SWARA NON-MUSLIM

Blog ini di-dedikasikan bagi kalangan non-muslim Indonesia!

Hi guys, apa kabar? Gimana keadaan di Indonesia sekarang?

FYI:

Sementara blog ini sedang di maintenance silakan click blog ini

-------> nabimuhamad.wordpress

Semua artikel di blog itu bisa langsung di download (PDF file). Juga tersedia terjemahan buku-buku "subversif" dalam bhs Indonesia yg tidak mungkin boleh diterjemahkan & disebarkan secara 'legal' di negara-negara mayoritas islam, include Indonesia, karena akan bikin para muslimer penganut "agama damai" itu ngamuk bin kalap.

Buruan download ebook-nya mumpung belum disensor oleh muslim yg ketakutan islamnya dibongkar habis kepalsuannya.

Untuk info lainnya silahkan email aku: namasamaran@riseup.net atau follow twitterku:@islamexpose

Selamat datang dalam Terang Kebenaran. God bless you all




Lying in Islam


Berbohong dalam Islam

By Abdullah Al Araby




Quran 40:28: "Sesungguhnya Auwloh tidak menuntun seorangpun yg melanggar dan membohong."

Dlm Hadis, Mohamad dikutip sbg mengatakan, "Jujurlah kalian karena kejujuran membawa kebaikan dan kebaikan mengantar ke surga. Hati-hati dgn kepalsuan karena ini mengantar kpd ketidakmoralan dan ketidakmoralan mengantar ke neraka."

Tetapi hanya ini yg akan dikatakan Muslim kpd NON-MUSLIM. Selebihnya mereka sembunyikan.

Buku "The spirit of Islam," oleh pakar Muslim, Afif A. Tabbarah ditulis utk mempromosikan Islam. Tapi lihat hal 247 "Berbohong tidak selalu buruk; ada kalanya dimana berbohong lebih bermanfaat dan lebih baik bagi kesejahteraan umum dan penyelesaian perkara. Menurut Nabi: 'Ia bukan orang curang (lewat berbohong) kalau menyelesaikan perkara, mendukung hal-hal yang benar atau mengatakan apa yang benar."

Mempelajari duplisitas (bersifat mendua) dlm Islam ini, kami akan menguji beberapa contoh dari sejarah Islam. Ini akan menunjukkan bahwa berbohong memang KEBIJAKAN UMUM para imam dan tokoh negara (muslim).

Juni 1967, MESIR dikalahkan Israel dan kehilangan Sinai Peninsula dalam Perang Enam Hari. Tujuan utama Presiden Nasser oleh karena itu adalah merebut kembali wilayah yg hilang itu. Presiden Sadat pun menerapkan motto: "No voice should rise over the voice of the Battle."

Tentara yg direkrut thn 1967 memperkirakan bahwa setiap saat "perang akan dimulai lagi". Namun, tahun demi tahun lewat dan rakyat Mesir semakin sebal dgn pernyataan-pernyataan jagoan pemimpin politik.

Thn 1972 Sadat bersumpah dgn pasti bahwa tahun ini adalah tahun perang yang sudah lama dinanti-nanti. Selama tahun itu ia berkali-kali bersumpah, "Saya bersumpah demi kehormatan saya bahwa tahun ini tidak akan lewat tanpa kita melancarkan perang." Satu tahun mereka terus menunggu...

Orang percaya padanya karena ia mempertaruhkan reputasi dan kehormatannya lewat sebuah sumpah. Tapi tahun itupun berlalu tanpa adanya satu tembakanpun. Akibatnya, orang-orang diluar dan didalam Mesir mengoloknya sbg ‘tong kosong nyaring bunyinya.’ Tapi Oktober 1973 ia tiba-tiba melancarkan serangan yg kemudian dikenal sbg perang Yom Kippur.

Sbg panglima militer, Sadat diperkirakan menggunakan elemen ‘surprise’ utk mengelabui musuh. Sbg Muslim tulen, Sadat tidak sedikitpun khawatir dgn janjinya yg agak melenceng itu. Ia mengerti bahwa sejarah dan ajaran Islam akan mengecualikannya dari tanggung jawab di akhirat nanti kalau ia menggunakan kebohongan sbg maneuver strategis militer.

Inipun juga dibuktikan oleh Muhamad sendiri. Ia sering membohong dan memerintahkan pengikutnya utk melakukan yg sama. Alasannya adalah prospek sukses dlm missi menyebarkan Islam akan membatalkan larangan berbohong dari Auwloh. Sebuah contoh baik adalah pembunuhan Kaab Ibn al-Ashrf, penyair Yahudi dari suku Banu Nadir. Dilaporkan bahwa Kaab menunjukkan dukungan bagi Quraish dalam perang mereka melawan Muhamad. Juga, Kaab dituduh menulis sajak-sajak menggiurkan ttg perempuan Muslim. Ini membuat Muhamad marah.

Jadi apa yg dilakukan Muhamad? IA MEMINTA SUKARELAWAN UTK MENGHABISI Kaab Ibn al-Ashraf. Spt dikatakannya sendiri, Kaab telah "Melukai Auwloh dan rasulNya." Pada saat itu Kaab Ibn al-Ashraf, dan sukunya masih kuat, jadi tidak mudah bagi orang asing utk menyusup dan membunuhnya. Seorang Muslim bernama Ibn Muslima, bersedia utk melakukan tugas ini dgn syarat Muhamad mengijinkannya utk berbohong. Dgn ijin Muhamad, Ibn Muslima, menemui Kaab dan berbohong padanya dgn mengaku tidak senang kpd Muhamad. Saat ia mendapatkan kepercayaan Kaab, suatu malam ia membujuknya agar keluar rumah dan membunuhnya di sebuah tempat terpencil.

Ini mirip dgn cerita pembunuhan Shaaban Ibn Khalid al-Hazly. Dikatakan bahwa Shaaban mengumpulkan tentara utk memerangi Muhamad. Muhamad membalas dgn memerintahkan Abdullah Ibn Anis utk membunuh Shaaban. Lagi-lagi, calon pembunuh itu meminta ijin Muhamad agar dapat berbohong. Muhamad setuju dan lalu memerintahkan agar sang calon pembunuh berbohong dan mengaku dari suku Khazaa. Ketika Shaaban melihat datangnya Abdullah, ia bertanya asal kesukuannya. Abdullah menjawab, "Dari Khazaa." Ia lalu menambahkan, "saya dengar kau sedang mengumpulkan tentara utk memerangi Muhamad dan saya datang utk bergabung dgn mu." Abdullah mulai berjalan dgn Shaaban dan bercerita kpdnya bgmn Muhamad datang kpd mereka dgn ajaran palsunya dan mengeluh bahwa Muhamad bergosip ttg para patriarch Arab dan menghancurkan harapan-harapan Arab. Mereka akhirnya sampai di tenda Shaaban. Sahabat-sahabat Shaaban meninggalkannya dan Shaaban mengundang Abdullah utk masuk dan beristirahat dgnnya. Abdullah duduk disana sampai Shaaban tertidur. Apa yg dilakukannya kemudian? Ia memenggal kepalanya dan membawanya ke Muhamad sbg trophy. Saat Muhamad melihat Abdullah, ia berteriak dgn girang, "Wajahmu penuh kemenangan (Aflaha al- wajho)." Abdullah membalas salam itu dgn mengatakan, "Wajahmu-lah, Rasulullah yang penuh kemenangan (Aflaha wajhoka, ye rasoul Auwloh)."

SYARAT BERBOHONG DALAM ISLAM

Ini syarat-syaratnya yg kebanyakan Muslim cukup mengenalnya:

Perang adalah bentuk penipuan (War is deception)
Tujuan menghalalkan hal-hal yg dilarang
Jika dihadapkan pada 2 kejahatan, pilih yg kurang jahat.

Inilah ayat-ayat yg dijadikan dasar utk berbohong:

"Auwloh tidak akan mempertanyakanmu ttg apa yg tidak dapat kau penuhi dalam sumpahmu." Surah 5:89

"Auwloh tidak akan mempertanyakanmu kalau kau tidak memikirkan matang-matang sumpahmu (for thoughtlessness [vain] in your oaths), tetapi bagi kemauan dalam hatimu; dan IA Maha pengampun.." Surah 2:225

"Siapapun yg setelah menerima Auwloh mengucapkan murtad, kecuali dibawah paksaan, hatinya tetap kuat dlm Iman – tetapi kalau mereka membuka hati mereka bagi Murtad, kemarahan Auwloh ada pada mereka…" Surah 16:106


Al-Tabary menjelaskan Surah 16:106 sbg surah yg diturunkan kpd Muhamad setelah ia tahu bahwa Ammar Ibn Yasser dipaksa utk menolak Islam ketika ia diculik oleh Banu Moghera. Muhamad menenangkan Ammar dgn mengatakan "Jika mereka berbalik, kau ikut berbalik." (Artinya: jika mereka menculikmu kembali, kau boleh menolak saya kembali.)

Ini menunjukkan bahwa kebohongan yg tidak direncanakan bisa diampuni dan bahkan kebohongan yg direncanakanpun bisa ditebus dgn melakukan beberapa hal, spt puasa. Jelas juga, bahwa jika terpaksa Muslim bisa mengambil sumpah (contoh; sumpah kesetiaan kpd Negara lain) dan bahkan berbohong dgn Auwloh, selama mereka tetap percaya didalam hati mereka.

Dlm Hadis, Muhamad mengeaskan konsep ini.

Dari "Ehiaa Oloum al-Din," oleh al-Ghazali, Vol.3: PP.284-287:

Salah seorang puteri Muhamad, Umm Kalthoum, mengatakan bahwa ia tidak pernah mendengar rasulullah mensahkan kebohongan kecuali dlm 3 situasi:

1. Rekonsiliasi antara pihak-pihak yg bersengketa.

2. Dlm Perang.

3. Diantara suami isteri,utk menjaga kerukunan rumah tangga.


Hadis mengutip Muhamad sbg mengatakan: "Para putera Adam bertanggung jawab atas kebohongan kecuali yg diucapkan utk mendamaikan Muslim."

Hadis lain lagi menyebut, "Aba Kahl, damaikan orang-orang."(artinya: bahkan lewat kebohongan)

Bgmn dgn yg satu ini "Para putera Adam bertanggung jawab atas semua kebohongan kecuali: selama perang, karena perang adalah penipuan, utk mendamaikan 2 lelaki yg cekcok dan bagi lelaki utk menenangkan isterinya."


PRINSIP AL-TAQGIYA

Kata "Taqqiya", berarti "menghindari," atau “menjaga dari.” Prinsip ini mengajarkan bahwa Muslim diijinkan utk berbohong utk menghindari luka-luka, kerugian terhdp dirinya atau sesama Muslim. Prinsip ini memberi kebebasan bagi Muslim utk berbohong dlm keadaan yg mereka anggap mengancam nyawa. Mereka dapat menolak agama mereka, selama mereka dalam hati tetap beriman.

Al-Taqqiya didasarkan pada ayat ini:
"Janganlah orang beriman mengambil sbg teman dan pembantu para kafir ketimbang sesama orang beriman: jika kalian melakukannya, Auwloh tidak akan memberikanmu bantuan: kecuali dlm hal pencegahan, agar kau dapat melindungi dirimu dari mereka. Tapi Auwloh memperingatimu agar hanya mengingatNya; karena tujuan utama adalah bagi Auwloh." Surah 3:28

Jadi, Muslim boleh berpura-pura baik dgn Kafir dan bahkan berpura-pura sbg kafir utk menghindari kerugian.

Berdasarkan konsep taqqiya, adalah sah bagi Muslim utk berlaku bertentangan dgn agama mereka, misalnya:

· Meminum anggur, melupakan sholat dan puasa selama Ramadan.

· Menyatakan ketidakpercayaan kpd Auwloh.

· Bersujud kpd dewa selain Auwloh.

· Mengucapkan sumpah setia.



DAMPAK AL-TAQQIYA

Jadi hati-hati kalau Muslim nampak jujur dan baik hati. Kenyataannya hati mereka memiliki sikap bertentangan dng agenda tersembunyi.

Dlm hal politik internasional, pertanyaannya adalah: Bisakah negara-negara Muslim dipercaya utk mematuhi perjanjian yg mereka sepakati dgn negara-negara non-Muslim ? Praktek menunjukkan bahwa saat Muslim masih lemah, mereka menyepakati apapun. Tapi, begitu mereka kuat, mereka akan membatalkan segala perjanjian atau sumpah yg pernah mereka lakukan.

Aktivis Muslim sudah sering terbukti melakukan taktik penipuan dlm menyebarkan agama Islam dgn memoles arti Islam dan membuatnya nampak menarik bagi pendatang baru. Mereka dgn sengaja menghindar dari ayat-ayat dan ajaran biadab dlm quran atau hadis.

Contoh penipuan ini adalah, aktivis Muslim hanya mengutip ayat-ayat Mekah (ayat-ayat damai, ketika Muhamad masih lemah) yang memang berbunyi damai dan mengajarkan toleransi. Tetapi mereka tahu penuh bahwa ayat-ayat ini sudah DI-ABROGASI atau DIBATALKAN oleh ayat kemudian setelah ia hijrah dan berkuasa di Medinah. Ayat-ayat ini penuh dgn kecurigaan dan kekejaman terhadap non-Muslim.

Kesimpulan, perlu dimengerti bahwa dalam menghadapi Muslim jangan percaya mentah-mentah apa yg dikatakannya. Masalahnya adalah bgmn kita mengetahui apa yg disimpannya dalam hatinya.

Walahualam-bisawab... beibeh...

Lihat juga Referensi ini: Klik-Link.



DOKTRIN PENIPUAN

DALAM ISLAM




K

eahlian, Persona, Penipuan, Disinformasi. Istilah-istilah tersebut adalah istilah dan metode operasional Dunia Barat. Tetapi kaum teroris yang beragama Islam memiliki istilah-istilah sendiri yang khusus: taqiyya (tark-e-ya): disinformasi atau penipuan sebagai tindakan preventatif demi merahasiakan niat, keyakinan dan rencana. Istilah serupa yg lain, kitman, mempunyai arti menahan diri secara mental dan kebohongan atau menutupi niat jahat.

Taqiyya dan kitman atau ‘kemunafikan suci’ telah mendarah-daging dalam kebudayaan Arab selama 1400 tahun sejak dikembangkan oleh kaum Shi’a sebagai alat bela diri dan menyembunyikan keyakinan terhadap kaum Sunni yang tidak percaya. Sebagaimana Muhammad katakan: “dia yang memelihara rahasia akan segera mencapai tujuannya.’

Penggunaan taqiyya dan kitman secara ahli sering merupakan soal hidup atau mati dalam pertempuran dengan musuh; hal ini juga merupakan soal hidup atau mati bagi banyak teroris Islamis masa kini. Sebagaimana telah sering terjadi dalam sejarah Islam, suatu doktrin theologia telah menjadi operasional kembali.

Pada waktu Penganiayaan Spanyol, kaum Sunni Moriscos menghadiri misa lalu pulang ke rumah dan mencuci tangannya dari ‘air kudus’. Dalam arti operasional, taqiyya dan kitman telah mengizinkan kaum ‘mujahidin’ menyamar dengan identitas apapun demi melaksanakan misinya. Mereka telah memiliki dukungan doktrin dan theologia dan kemudian izin ahli-ahli agama agar menyamar sebagai orang Yahudi atau orang Kristen agar memperoleh akses pada target-target Kristen dan Yahudi: ‘kaum mujahidin boleh mengambil rupa kaum musuh’.

Taqiyya adalah biasa dalam pembahasan Muslim Shi’a dan Sunni dan memiliki implikasi dalam memahami fundamentalisme dan kegiatan kaum teroris. Teori dan praktek lawan terorisme justru tak beruntung, tak berarti, bahkan merugikan, tanpa memahami taqiyya dan kitman dan pentingnya peranan penipuan dalam hukum Islam sampai kepada panduan pelatihan Al Qaeda, yang memuat instruksi-instruksi terinci tentang penggunaan penipuan oleh kelompok teroris dalam negara-negara sasaran di Dunia Barat.

Menurut etika Kristiani berbohong adalah dosa; dalam hukum dan teologia dalam agama Islam, penggunaan taqiyya untuk melawan kaum kafir dianggap suatu kesalehan bahkan kewajiban agama.

an akramakum 9inda allaah itqaakum inna auwloh $aliim xabiir.

"Sesungguhnya yang terhormat di antaramu di hadapan Auwloh adalah yang paling taat agama di antaramu; sesungguhnya, Auwloh mengetahui dan menyadarinya!" 49:13

Kaum Shi'a menafsirkan kalimat di atas sebagai "dia yang di antaramu yang paling banyak menggunakan taqiyya"

Seperti banyak konsep dalam Islam taqiyya dan kitman dibentuk dalam konteks perjumpaan sukuisme dan peperangan ekspansionis Arab-Islam. Taqiyya sudah digunakan orang-orang Muslim sejak Abad ke-7 demi membingunkan dan memecahbelah musuh-musuhnya. Suatu taktik favorit disebut ‘penipuan segitiga’; untuk meyakinkan musuh bahwa jihad tidak ditujukan kepada mereka tetapi pada musuh lain. Taktik lain adalah menyangkali adanya suatu jihad. Nasib kaum sasaran karena penilaian salah seperti itu adalah kekalahan dan kematian.




Sydney NSW Australia: 2 Nov. 2002


S

yeik Taj el-Din al Hilaly, Mufti Besar Australia yang penuh kontroversi, telah menikmati makan siang bersama dengan kawan kepercayaannya Keysar Trad.

Seorang wartawan telah menulis tentang pertemuan tersebut dan mencatat:

’Beberapa kali, waktu jawaban terus terang dan langsung terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang isi Al Qur’an hanya memohonkan jawaban sederhana saja, ‘ya’ atau ‘tidak’, ternyata kedua-duanya telah menghindari isu-isu pembahasan dengan membicarakan kesulitan menerjemahkan bagian ayat-ayat itu dari bahasa Arab ke bahasa Inggris.’

Dengan mencatat sikap meremehkan kata-kata kebencian dan agresif yang besifat anti-Semitisme yang diucapkannya pada tahun 1998, wartawan itu merenungkan:

'Saya hanya dapat menduga-duga isi pikiran tamu saya, yang juga memuji bom-bom bunuh diri belakangan ini, dan untuk membiarkan kata-katanya yang jahat dan ngeri dengan begitu mudah dan tanpa permaafan sedikitpun. Sepertinya sudah jelas bahwa dia sedang mempertimbangkan bagaimana caranya agar kata-katanya akan ditafsirkan oleh para pembaca Al-Qur’an The Sunday Telegraph yang banyak dan yang sangat berpengaruh secara luas khususnya ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab untuk diperdebatkan masyarakat Muslim. Dengan demikian dia sedang berjalan di ambang kesulitan besar.'

Seorang wartawan berpengalaman tidak akan bingung karena para pembaca tujuan Syeik itu adalah orang Australia dan bukan pembaca Arab. Taqiyya, atau disinformasi, adalah suatu taktik dan kunci utama dalam pembahasan umum Islam yang membingungkan pembaca atau pendengar Barat. Memang inilah tujuannya, menurut Al-Qur’an:
“Janganlah orang-orang percaya mengambil orang-orang kafir menjadi sahabat atau wali daripada orang-orang percaya. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Auwloh kecuali dengan jalan (siasat) untuk memelihara diri.” 3:28

Al Taqiyya adalah dengan lidah saja; bukan dari hati. Seorang percaya boleh mengatakan apa saja asal ‘hati merasa enak'. Para teroris 9/11 telah hidup dan mengunjungi Amerika Serikat selama dua tahun sebelum serangan 9/11. Bagaimana mereka menyesuaikan diri dengan kebudayaan Amerika? Dengan menggunakan taqiyya. Artinya: Saya membenci kamu tetapi saya akan tersenyum padamu di muka umum.


TAQIYYA DAN ‘MENGAKALI’ DALAM PEMBAHASA POLITIK KONTEMPORER DAN PERDEBATAN

Mengakali: Jurubicara Islam sering menggunakan taqiyya sebagai cara ‘mengakali’ para pendengar. Isi dalam pembahasan tidak boleh diperdebatkan; sebaliknya lawannya harus ‘diakali’ dengan taqiyya, dengan membelokkan topik dan mengaburkan dengan dibantu sewaktu-waktu dengan referensi mistik tentang Auwloh.

Klaim bahwa kesulitan dalam menerjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Inggris membuat komunikasi dengan orang yang tidak tahu bahasa Arab sangat sulit atau mustahil, juga merupakan cara mengakali lawan. Taktik menggunakan seorang penerjemah punya untung besar.

Role playing sebagai korban atau victim: Mengklaim diri sebagai ‘korban’ diskriminasi agama dan intolerans setiap kali dalam debat atau diskusi adalah cara lain untuk mengubah arah pembahasan sebagai cara ‘mengakali’ lawan.

Manipulasikan ketidakjelasan: Syeik Hilaly di Sydney, Australia dalam catatan umum dinyatakan sebagai orang yang (a) ‘mengutuk’ serangan 9/11 dengan kata-kata yang kurang jelas dan (b) memuji pelaku pemboman bunuh diri dalam kegiatan syuhada. Namun, jubir Islam jarang sekali akan mengeritik sebuah perbuatan terorisme yang spesifik dan bila ditanya langsung maka jawabannya menghindar topik yang ditanyai.

Diversion atau mengubah topik: Misalnya, pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan serangan teroris 9/11 akan diarahkan ke topik lain dengan menyebut masalah Palestina yang tak releven, peranan Israel dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan dukungannya untuk Israel sebagai ‘penyebab’ terorisme.

Anti-Semitisme, suatu keyakinan mendasar dalam fundamentalisme Islam juga dialihkan dengan cara-cara licik dengan memutarbalikkan fakta-fakta sejarah dengan mengemukakan bahwa orang-orang Yahudi telah memiliki status terhormat di bawah pemerintahan Islam dan dengan demikian mereka mengalihkan perhatian dari sikap anti-Semitisme yang sebenarnya dimilikinya.

Menuntut ‘bukti’: Jubir-jubir Islam menggunakan sejenis taqiyya yang disebut dalam psikologi sebagai ‘cognitive denial’ atau ‘penolakan dalam pikiran’ dengan mengulangi permintaan-permintaan ekstrim untuk ‘bukti’ perbuatan terorisme, yang mereka tahu tak boleh dinyatakan atau diekspos.





Sumber:

http://www.islamreview.com/articles/lying.shtml