WHAT ABOUT
Yth. Ali,
Salah satu pembaca anda mengutarakan mengenai Malaysia :
"Yth. Dr Ali Sina,
Saya membaca artikel anda di mana anda mengajukan tantangan “Tunjukkan saya satu saja negara Islam yang makmur dan rakyatnya merasa bebas dan senang atau yang penjara-penjaranya tidak dipenuhi oleh para pembangkang.” Saya rasa Malaysia memenuhi kriteria di atas. Bagaimana pendapat Anda?”
Saya ingin menjernihkan pendapat orang yang simpang-siur mengenai staus Malaysia sebagai sebuah negara Islam. Muslim senang sekali membangga-banggakan Malaysia sebagai suatu contoh yang sukses, namun apakah Malaysia itu betul-betul negara Islam? Federasi Malaysia --saya tekankan kata FEDERASI-- dibentuk pada 1963 oleh bekas koloni Inggris yaitu Malaya, Singapura, dan Sabah dan Sarawak di Kalimantan yang banyak orang Kristennya. Pada saat terbentuknya formasi Malaysia, lebih dari 50% penduduknya adalah non-Muslim – sekitar 35% Budha, 5% Hindu, 10% Kristen dan 10% agnostics/atheist/animist,taoist, dan para penganut agama tradisional. Malaysia mewarisi system hukum dan bentuk pemerintahan parlemen dari Inggris. Islam dinobatkan sebagi agama resmi untuk menghormati orang Malay, tetapi kita harus lebih jernih melihat bahwa sesungguhnya federasi Malaysia dirancang dan dibentuk supaya menjadi multi-etnis, multi-agama, dan multi-bahasa.
Populasi non-Muslim Malaysia berkurang menjadi sekitar 43% dari total 24 juta jiwa sekarang adalah akibat ditendangnya Singapura (sekarang berpenduduk 4,5 juta dan 85% nya non-Muslim) keluar dari perserikatan pada 1965, selain itu Malaysia memberikan izin tinggal permanen dan kewarganegaraan kepada banyak sekali pendatang illegal Muslim dari Filipina Mindanao dan Muslim Indonesia dari Sumatra dan Jawa (termasuk Hambali, satu di antara terroris yang paling dicari di dunia), dan juga membuat lingkungan tinggal menjadi bermusuhan dan tidak nyaman bagi non-Muslim sehingga sekitar 1 juta jiwa kabur ke negara-negara Barat atau ke Singapura karena mereka beranggapan tidak ada masa depan di Malaysia.
Seperti halnya di manapun di bumi ini, angka kelahiran Muslim di Malaysia juga melebihi angka kelahiran non-Muslim. Namun, bahkan biarpun sekarang hanya 43% saja non-Muslim lalu bukan berarti mereka ini bisa diremehkan. Bualan bahwa Malaysia adalah sebuah negara Islam itu asalnya ketika mantan diktator, Perdana Mentri Malaysia, Mahathir Mohammad, secara sepihak mengumumkan bahwa Malaysia adalah negara Islam dalam rangka menyenangkan hati golongan ultra-Islamis di dalam negeri dan juga karena dia ingin memperoleh pengaruh dalam OIC (Organization of Islamic Countries) atau OKI.
Dia juga mulai menerapkan Islamisasi dalam pemerintahan sewaktu dirinya naik memegang tampuk kuasa di awal 1980an, ini dikenal sebagai “Penerapan nilai-nilai Islam”. Dia membentuk Jabatan-jabatan Islam atau Department-departemen Islami dan menaikkan status peradilan syariah sampai bahkan berstatus lebih tinggi dari National High Court (hukum nasional umum)!
Menyinggung soal suksesnya Malaysia, itu sebenarnya lebih banyak dihasilkan oleh penduduk non-Muslim. Kebanyakan pengusaha sukses dan pegawai-pegawai dari global MNC adalah non-Muslim. Sedangkan muslim, karena mereka yang mengontrol pemerintahan, memiliki kebijakan-kebijakan resmi yang mendiskriminasi non-Muslim. Itulah sebab mengapa banyak non-Muslim murtad ke Islam supaya bisa mendapat promosi dalam pemerintahan atau supaya bisa mendapatkan kontrak-kontrak dari pemerintah dan bukanlah karena mereka percaya Islam.
Jika ada pembaca yang meragukan hal ini, datanglah langsung ke Malaysia dan lihatlah secara langsung. Pemerintah lalu menggembar-gembor bahwa pencapaian Malaysia itu adalah dari Islam sedangkan kenyataannya yang menyumbang sukses lebih banyak adalah non-Muslim. Ini jelas tidak adil. Banyak muslim di seluruh dunia mati-matian mencari contoh negara Islam yang sukses supaya dapat dipertontonkan dan mereka langsung saja menunjuk kepada Malaysia tanpa menyadari apa latar belakang yang membuat Malaysia itu sukses yaitu penduduk non-Muslimnya.
Bagaimanapun, sebagai hasil dari penindasan yang bertambah-tambah terhadap non-Muslim, Malaysia saat ini sebenarnya masih belum lagi mencapai sukses seperti yang seharusnya. Bahkan semestinya, Malaysia itu sedikitnya harus sama suksesnya atau lebih daripada Singapura, mengingat kesamaan sejarah keduanya yang adalah sama-sama koloni Inggris dan tambahan keunggulan alamnya yang lebih kaya-raya. Tapi bukan ini masalahnya. Singapura yang kecil mungil lebih makmur dan maju daripada Malaysia. Untung sekali bagi orang Malay karena kebanyakan dari mereka tidak bersungguh-sungguh mempraktekan Islam kalau tidak sudah pastilah keadaan mereka akan lebih parah! Orang Malay, yang dulunya itu sebetulnya Hindu, Budha, atau animist dan secara alamiah bersifat lemah-lembut, ramah, dan banyak candanya, juga bersifat feudalistis dan menurut saja kepada para penguasanya, dan sejak para penguasa ini menyuruh mereka untuk masuk Islam, mereka pun tidak melawan. Sedihnya sekarang, kaum ultra-Islamis telah mengacaubalaukan Malaysia sedemikian sehingga banyak yang kehilangan ciri khas Malay-nya diganti dengan pemikiran bahwa mereka ini haruslah Muslim tulen atau bahkan Muslim Arab!
Orang Malay yang ingin meninggalkan Islam mengalami ancaman atau ditolak statusnya sebagai non-Muslim. Coba search Google dng keyword ‘Ayah Pin’ dan ‘Lina Joy’ untuk lebih detailnya. Tinggal di Malaysia, di mana non-Muslim terus menerus berada di bawah ancaman para penguasa Muslim, saya sangat setuju dengan Anda bahwa Muslim memiliki sebuah agenda religius yang tujuan akhirnya memang untuk melenyapkan non-Muslim Kafir dan Dhimmi sebagaimana yang dituntut oleh Al-Quran. Mereka ini akan berbicara manis di hadapan non-Muslim namun di belakangnya menyiapkan rancangan jahat.
Menyinggung hal damai dan toleransi, ini cuma jalan sepihak saja. Muslim menyuruh non-Muslim, jangan ngomong dan bicara tentang Islam barulah ada damai dan ketenangan (tapi Islam boleh ngomong seenaknya). Bukankah ini sama saja semacam pemerasan dan gangsterisme? Kelompok-kelompok Islam bahkan menentang sebuah lembaga antar-keyakinan tahun ini dengan mengatakan bahwa kegiatan itu akan mengancam Islam! Saya undang segenap pembaca untuk mengunjungi forum-forum terbuka semacam www.malaysia-today.net dan www.malaysiakini.com untuk melihat keadaan Malaysia yang sesungguhnya dan tidak begitu saja terperdaya oleh propaganda pemerintah dan para wartawan yang kurang berdasar.
-Sincerely
SkyliteSeven
Secular Malaysia?
By Ilhan (EX MUSLIM)
Yth Ali,
Mengenai pertanyaan yg diajukan kpd anda ttg Malaysia sbg contoh negara Muslim. Sbg orang Malaysia (ex-Muslim) saya ingin meluruskan kebohongan ini.
Malaysia adalah federasli peninsular Malaya, Sabah & Sarawak yg dibentuk thn 1963. Kami bekas jajahan Inggris selama lebih dari 130 thn. Inggris meninggalkan hukum, konstitusi dan meletakkan dasar-dasar kuat dan baik bagi pemerintahan dan ekonomi Malaysia. Juga infrastruktur sebuah negara modern (fasilitas jalan raya, trasnportasi, komunikasi, sarana kesehatan, pendidikan, sistem tata-kelola dan administrasi pemerintahan, dsb)
Sementara pengaruh Islam hanya terbatas pada rumah dan mesjid. Ulama paling bisa hanya mengulangi retorik.
Saat Inggris memerdekakan Malaysia, mereka mendirikan monarki konstitusional dimana raja hanya sbg lambang dan negara dijalankan oleh pemerintahan yg dipilih secara demokratis. INILAH WARISAN INGGRIS OK? INGGRIS! BUKAN ISLAM! Apa yg dicapai Malaysia bukan karena Islam, TETAPI KARENA PERADABAN BARAT dgn peraturan-peraturan hukum mereka. Bahkan pemimpin-pemimpin kita pertama adalah anglophile yg sekuler yg mengikuti segala yg bersifat 'British'. Sayangnya, trend dan pengaruh itu sekarang sudah mulai berkurang.
Satu hal lagi yg menahan penetrasi Islamisme adalah masuknya pekerja imigran Cina dan India. Saat mereka diberi kewarganegaraan, dan hak suara, mereka menolak segala partai-partai islam. Kecuali Kelantan, semua negara bagian Malaysia diperintah partai-partai sekuler. Ini, dan sikap Malay yg secara umum damai menghasilkan kemakmuran.
Anda jangan salah! Malaysia adalah negara sekuler, spt Turki. Ketiga Perdana menteri kami yg pertama menegaskan ini, sampai datangnya Mahathir yg menghapuskan ini semua. Mahathir sering memaki-maki Barat & Yahudi tetapi juga terus memodernisasi Malaysia ala Barat. Rentetan propagandanya bahwa Malaysia adalah negara Islam, sebagian retorik melawan partai oposisi, PAS.
Namun, 10 thn terakhir ini, extremisme pelan-pelan mulai meresap. Dimana-mana, perempuan Malay mengenakan hijab, dan orang Malay memulai menerapkan hukum Islam kpd semua hal, termasuk memaksakan shariah. Faktor-faktor mitigasi adalah besarnya jumlah non-muslim (khususnya Cina) yg berpengaruh secara ekonomi, 30% dr total populasi, yg secara tidak sengaja menjadi wali-wali sekularisme di Malaysia.
Utk itulah FFI sangat penting bagi Malaysia. Sebelum keadaan semakin mundur, kelas menengah Malaysia (para pemimpin masa depan) harus diwanti-wanti ttg kerangkeng Islam sebelum terlambat. Saya menyumbang sedikit dgn menginformasi teman-teman dan kolega-kolega saya kpd situs ini.
Ada yg tidak suka ttp ada juga yg diam-diam suka.
Mudah-mudahan, pembaca akan mencapai massa kritis dlm 10 thn yad, shg saat mereka memegang kekuasaan, Islam, kalau tidak di-eliminasi dari
Malaysia, setidaknya bisa dijinakkan dan dicopoti giginya.
Regards
Ilhan
MALAYSIA: REDISCOVERING SECULARISM
Malaysia:
by Baradam Kuppusamy
Baik kaum Muslim moderat maupun non-Muslim, yg khawatir akan semakin menjalarnya hukum Shariah, melancarkan gerakan utk menegakkan kembali konstitusi sekuler Malaysia dan memulihkannya sbg hukum tertinggi negara.
Dalam kampanye seantero negara, mereka menyerukan agar rakyat mendukung memorandum yg “menekankan kembali supremasi Konstitusi”.
Kampanye ini diselenggarakan oleh The Bar Council (Dewan Pengacara) dan 'Article 11' – sebuah koalisi 14 NGO yg mengambil nama mereka dari pasal dlm konstitusi yg menyatakan hak fundamental semua orang Malaysia ''terlepas dari agama, suku, tempat kelahiran atau jenis kelamin''.
Penting juga adalah partisipasi kelompok 'Sisters in Islam', oleh mereka yg menyatakan diri sbg “kelompok feminis Muslim”.
Mereka semua menuntut agar pemerintah dan pihak yudikatif menegakkan supremasi konstitusi; memastikan jalannya pemerintahan sesuai dgn konstitusi; menuntut ketegasan bahwa Malaysia bukan negara teokratis dan mendesak agar pemerintah mengakui kemerdekaan pihak yudikatif.
''Sudah saatnya kita mengambil konstitusi kita dari lemari, menghapus debu dari sampul bukunya, dan mempergunakannya sehari-hari. Konstitusi federal ini harus diperlakukan sbg dokumen paling penting dalam hidup kita karena ini memang UUD mutlak,'' kata pengacara ternama, Cyrus Das, pada sebuah pertemuan hari Minggu yg membahas erosi hak-hak sekuler fundamental.
Ketakutan bahwa negara semakin tenggelam kedalam bentuk negara teokratis nampak setelah para anggota eksekutif, yudikatif dan parlementer (yg 65% Muslim) menganggalkan tugas mereka utk membela konstitusi.
''Mereka bersumpah utk membela konstitusi kita tetapi tidak melakukannya,'' kata pengacara Malik Imtiaz Sarvar, pembela sekularisme, hukum perdata dan hak-hak demokratis. ''Kami ingin menegaskan supremasi konstitusi sekuler karena kami menghadapi bahaya dijadikannya kami kedalam negara Islam secara pelan-pelan dan diam-diam.''
''Otak para politisi, hakim dan pegawai sipil begitu mandek sampai lebih mementingkan diri sbg Muslim ketimbang sbg warga Malaysia,'' kata Malik. ''Mayoritas Muslim moderat memilih utk bungkam dan kami ingin membangunkan mereka dgn kampanye kami.''
''Malaysia bukan negara Islam, Malaysia adalah negara sekuler dan konstitusi kami adalah hukum tertinggi negara, TITIK'' kata Imtiaz, pemimpin kampanye ini.
Katanya, dalam beberapa tahun ini hak-hak fundamental ini semakin dikikis habis dan kalau dibiarkan, Malaysia akan jadi negara teokratis. ''Situasi ini seharusnya mengkhawatirkan semua warga.''
Sudah 1.000 orang, termasuk politisi, pengacara, hakim-hakim pensiunan --Muslim moderat (alias muslim KTP, atau muslim bingung…) dan non-Muslim-- menandatangani memorandum, yg ditujukan kpd PM Abdullah Badawi.
''Kebebasan dan keadilan bagi semua warga Malaysia hanya bisa dicapai melalui kekuatan yudikatif yg merdeka dari intimadsi pemerintah. Sedihnya, orang Malaysia menyaksikan semakin berkurangnya hak dan kekuasaan hakim-hakim kami,'' kata memorandum.
''Beberapa kasus pengadilan tinggi membuktikan bahwa hakim-hakim menolak utk mengadili kasus-kasus penting hanya karena adanya elemen hukum syariah. Akibatnya, para pihak yg bersengketa dibiarkan terkatung-katung,'' katanya. ''Ini adalah keadaan yg tidak perlu dialami sebuah bangsa yg beradab.''
Namun kampanye ini bentrok dgn kelompok-kelompok Muslim yg menolak konstitusi ini sbg tidak islami karena merupakan dokumen buatan manusia yg diwarisi dari kaum colonial Inggris.
Dua perdebatan kini menghangat diantara kaum intelektual Muslim. Di satu pihak kaum Muslim mengatakn Quran adalah yg pertama bagi Muslim, dan bukan kosntitusi buatan manusia.
Pendapat ini juga semakin lantang terdengar diantara para hakim dan membuat mereka sepihak dlm menjatuhkan keputusan. Menurut para pengacara, dimanapun ada faktor Islam, disitulah hilangnya hak perdata dan perlindungan hukum.
Debat yg juga terjadi ttg bgmn mereformasi konstitusi agar semakin Islami.
''Semakin banyak Muslim sekarang percaya bahwa dgn jumlah mereka yg semakin bertambah dlm parlemen, mereka dapat mengubah konstitusi,'' kata seorang pakar.
Berbeda dgn jaman sebelumnya, Muslim dan non-Muslim sekarang semakin berani menantang pemerintah setelah bertahun-tahun dibungkam, sesuatu yg hanya dpt terjadi dlm suasana liberal dibawah PM Abdullah Badawi.
Sementara Muslim moderat (alias muslim bingung) menolak hak mayoritas Muslim utk mengatasnamakan mereka, non-Muslim menentang apa yg mereka anggap sbg menjalarnya Shariah kedalam kehidupan pribadi mereka dgn cara “diam-diam dan pelan-pelan tapi pasti.”
Kebebasan beragama menjadi isu hangat setelah, tahun lalu, para petinggi agama Islam menyerukan agar massa menyerang sebuah aliran yg tidak berbahaya yg memuja pot teh raksasa. Seluruh pemukiman mereka dihancurkan bulldozer. Sekitar 100 pengikut aliran pimpinan Ayah Pin itu, yg mengajarkan sintesis antara Islam dan agama-agama lainnya, entah dipenjara atau menunggu palu hakim.
Pelecehan hak mereka membuat marah para Muslim moderat (muslim KTP) dan membangkitkan aktivis HAM yg menuntut perlindungan minoritas.
Belum lagi kasus S. MOORTHY, bulan Januari lalu, yg melibatkan para petinggi agama Islam dan mengundang kemarahan non-Muslim diseantero negara. Seorang letkol yg dianggap memeluk Islam, dikubur dgn upacara Islam terlepas dari keberatan isteri dan keluarganya yg Hindu. Pengadilan sipil menolak utk campur tangan dgn mengatakan mereka itdak memiliki yurisdiksi. Diputuskannya juga bahwa non-Muslim tidak memiliki jalan keluar dlm kasus macam itu.
Tidak banyak orang Malaysia yg menyadari bahwa konstitusi mereka mengandung perlindungan dan jaminan hak warga. UUD ini dikesampingkan oleh pihak eksekutif yg otokratis, media yg lembek dan kemajuan ekonomi yg membuat orang lupa akan semakin terancamnya HAM dan kebebasan fundamental.
''Sayangnya, tidak ada budaya konstitusionalisme, baik dlm koridor yudikatif maupun dlm masyarakat. Pengadilan kami juga tidak mendukung perkembangan yurisprudensi yg koheren,'' kata Cyrus, menjelaskan mengapa UUD Malaysia sampai dilupakan setelah 50 tahun merdeka.
MERASUKNYA ISLAMISASI DI MALAYSIA
Letter from Malaysia:
Nation's Secular Vision
vs. 'Writing on the Wall'
Thomas Fuller International Herald Tribune
Published: August 28, 2006
'Gagasan Negara sekuler Malaysia sudah mati," kata Farish Noor, pakar Melayu dgn spesialisasi politik dan Islam. "Sebuah masyarakat Islam sudah tinggal waktunya saja. Pertanyaannya adalah, masyarakat Islam macam apa yg akan timbul."
Ternyata dibelakang polesan kosmopolitan Kuala Lumpur, sedang berlangsung tarik urat yg memecah belah masa depan negeri itu.
Mereka yg ingin mempertahankan dasar-dasar sekuler negara itu sedang menahan apa yg mereka sebutkan, merangkaknya Islamisisasi. Para perempuan Muslim yg dulunya mengenakan baju-baju ketat, kini tidak lagi meninggalkan rumah tanpa jilbab yg kini juga diwajibkan bagi semua polwan selama upacara-upacara resmi.
Jeritan sholat Muslim bersahut-sahutan lewat loudspeaker gedung-gedung departemen negara di ibukota administratif baru, Putrajaya. Dan polisi Islam secara rutin menahan pasangan tidak semuhrim karena "terlalu dekat secara fisik."
"Saya melihat tanda-tanda jaman," kata Ivy Josiah, direktur Organisasi Bantuan Perempuan. Kelompok yg melobby bagi urusan perempuan. "Tinggal menunggu waktu sebelum Malaysia mirip negara Taleban."
Malaysia, negara multirasial dgn penduduk Muslim berjumlah setengah dari total jumlah penduduk yg 26 juta, sedang menguji kompatibilitas antara kepercayaan tradisional Muslim dgn demokrasi gaya Barat.
Di Eropa, ancaman terorisme oleh Muslim telah membuat politisi mencari cara yg lebih baik utk meng-asimilasi Muslim dgn tradisi Barat. Pengalaman Malaysia menunjukkan bahwa: BAHKAN SETELAH MENCOBA SELAMA 50 TAHUN, solusinya tidak mudah.
Kasus-kasus high-profile menunjukkan bentrokan antara hukum Muslim dan sekuler. Yang paling terkenal adalah kasus yg diajukan Lina Joy, saleswoman komputer yg menantang pemerintah Malaysia karena menolak mengakui secara resmi kemurtadannya dari Islam ke Kristen. Setelah dua pengadilan rendah memutuskan utk memihak pemerintah, Joy maju ke Mahkamah Agung.
Kasus ini semakin meruncing hubungan antara masy Kristen & Hindu vs Muslim yg memang sudah saling curiga. Malah sampai mengakibatkan ancaman pembunuhan terhdp seorang pengacara terkenal, protes-protes besar dan larangan pemerintah bagi perdebatan umum. Jantung kasus ini adalah pertanyaan dasar: mana yg lebih tinggi di Malaysia, hukum islam atau Konstitusi yg sekuler?
Malaysia memiliki sistem hukum campuran yg menerapkan baik hukum Islam dan sipil utk masalah pribadi dan keluarga: Muslim diperintah hukum agama yg melarang alkohol, makan selama waktu puasa dan berdekatan secara fisik antara perempuan dan lelaki yg tidak semuhrim sampai perkawinan, perceraian, penguburan dan waris. Sementara bagi non-Muslim; Kristen, Buddhis, Hindu dan Sikh, diberlakukan hukum sipil. Tetapi kini, sistim campuran dan susunan multirasial Malaysia dapat terpecah-pecah.
Para pengritik mengeluh ttg campur tangan Islam dlm urusan pemerintahan sehari-hari. Ketika pemerintah memperdebatkan apakah jarum suntik gratis harus dibagikan kpd para pecandu narkotika, PM Ahmad Badawi mengatakan, akan cek dulu dgn ustadz!
"Anda menyaksikan hal umum yg terjadi secara global," kata Malik Imtiaz Sarwar, pengacara Muslim. "Muslim mengidentifikasikan diri lewat agama mereka ketimbang negara mereka." Malik harus mendapatkan perlindungan polisi setelah menerima ancaman mati karena perannya membela hak Lina Joy utk murtad.
"Lina Joy penting karena akhirnya membawa ke permukaan ketegangan yg eksis antara mereka yg suka negara Islam dan mereka yg percaya pada Konsitusi." Kata Malik. Di Malaysia, murtad dari Islam sangat tidak disukai dan tidak didorong. Hanya satu negara bagian, Negri Sembilan, mengijinkan kemurtadan dan biasanya setelah memerintahkan sang pelaku mengikuti program rehabilitasi yg panjang – sebuah upaya utk membujuk mereka kembali ke Islam.
18 orang sukses murtad baru-baru ini dan banyak yg melakukannya walau secara tidak resmi. Dlm negara bagian yg paling konservatif, Kelantan, hukum bagi murtad adalah MATI. Tapi hukum ini belum pernah diberlakukan.
Alasan ketegangan akibat kasus Lina Joy adalah bahwa masyarakat Muslim merasa terancam oleh gerakan Kristen evangelis yg kuat. Surat kabar sering agak berlebihan dlm memperkirakan jumlah orang yg akan murtad ramai-ramai, jika Lina Joy memenangkan perkaranya nanti. Oleh karena itu Muslim ketakutan dan minta agar hukum agama diperketat.
Dlm 30 thn belakangan ini, angka pengikut Kristen naik dua kali lipat, sampai 10 %, kata Wong Kim Kong, sekjen ‘the National Evangelical Christian Fellowship.’ Wong mengatakan bahwa pertumbuhan Kristen adalah karena Kristen "bertukar pengalaman ttg kepercayaan mereka dgn cara yg sangat alami."
ORANG MELAYU YG BERLAGAK
ISLAMOFASCIST NAZIS
STOP HARASSING APOSTATES
Johan Baba
In his letter Have zero tolerance for apostasy, Mohamad Elfie Nishaem Juferi betrayed his extreme intolerance bordering on fanaticism towards Malay Muslims whose only crime (if that indeed is what it be called) is to follow the dictates of their hearts and leave their religion.
In the eyes of Elfie, these people stigmatised as apostates or ‘murtad’ are even worse than Muslims who are rapists, murderers or people who commit incest.
But what many people are not aware of is that Elfie has all along been harassing and intimidating these apostates, many of whom have fled overseas to escape the wrath of the Malaysian religious authorities with whom he has apparently been liaising with.
He does this under the pseudonym of ‘Menj’ which is the abbreviation of his name. One Malaysian apostate, at the website mentioned by Shairul Fazleena, complained that Elfie, through cunning and deception, had somehow managed to get her to reveal her true identity.
He then exposed her at his own personal website with what one can only assume to be a sinister motive - to get Muslims to hate her and other apostates even more. It is highly possible that Elfie is either part of the apparatus of the Malaysian religious affairs authority or works closely with them to harass and intimidate apostates.
These apostates are then forced to leave the country of their birth, which they love and cherish, and seek refuge in faraway countries.
In this era of globalisation and respect for human rights - which include the basic freedom to profess a religion of one's choice - Elfie and his ilk are behaving like the Gestapo of Nazi Germany, breathing heavily down the necks of all those who dare venture out of Islam.
The problems faced by apostates have been around for a long time but because of the media blackout, not many people are aware of them. These apostates only want to be left alone to follow the religion of their conviction.
They do not want to be forced to blindly embrace Islam from birth onwards. In other predominantly- Muslim societies like Indonesia, apostates are treated just like any other of their citizens with no discrimination.
But in Malaysia, not only are they treated like outcasts by their community, they are also harassed and intimidated, thanks to people like Elfie and his ilk But is must be said that there are many people, including Muslims, who sympathise with the plight of the apostates.
It is high time human rights organisations, both local and international, do something to alleviate the plight of unfortunate Malaysian apostates who have fled overseas to enable them to return to their country of birth.
They should be allowed to return here and live as proud and equal citizens without having to convert back to Islam. In the meantime, people like Elfie and his ilk should be condemned for harassing and intimidating them.
Lihat contoh berikut dibawah ini !
PERNAHKAH ANDA MELIHAT BLOGs YG MENGECAM ORANG-ORANG YG MENINGGALKAN HINDU/KRISTEN/ATHEISME/BUDHA UTK ISLAM? Tidak pernah bukan?
Nah, perhatikanlah bgmn Muslim menanggapi kasus-KASUS murtad spt Kasus Lina Joy. Baca blog Islamofascist dibawah ini :
(Tulisan merah dalam kurung & di bold adalah dari saya)
Wednesday, August 09, 2006
Lina Joy-The Becket Fund from America-Her Patrons
To the Malaysian public, the Lina Joy apostasy case might seem trivial
and most wouldn't lose sleep over it. To those of us who follow her case closely, the more we unravel the mysteries beneath the surface of this case, the more do we find of roots and networks going beyond our national borders!
Today, I discovered a direct link between Lina Joy or Azlina bte Jailani
and The Becket Fund, an American Organisation for championing the
religious 'freedom' of any person on Earth! (SO WHAT? Or you expect the Wahabis to fund her?)
They call themselves as an organisation that is a nonprofit, nonpartisan, interfaith, legal and educational institute dedicated to protecting the free _expression of all religious traditions.
They operate in three arenas: in the courts of law (litigation), in the
court of public opinion (media), and in the academy (scholarship).
No wonder Azlina Jailani @ Lina Joy is so gung ho in her agenda to beat
the Syari'ah Courts of the Kingdom of Malaysia as The Becket Fund Group
is solidly behind her quest!
This group is made up of the former US Attorney General and a plethora
of legal eagles all hellbent in defending the rights of apostates wannabes like Lina!
Actually by theory, she has already become an apostate and is thus
liable to be charged under the Syariah Laws of Islam which calls for the
capital punishment if after 3 warnings given to her finds her obstinate
and recalcitrant to repent!
Luckily for her, Malaysia has yet to uphold the Laws of Syariah as the
Supreme Laws of this country! She is still however , bound by the
Syariah Courts decision to refuse her application to apostate!
I'd like to thank mujahidah.blogdireve.com for tipping me off about this group. (AH, ANOTHER ISLAMOFASCIST!)
I have read this group's objectives and find them so prepared to take
our Malaysian Government to the International Courts of Justice , just
so that this landmark case can be made into an all time passport for
Malaysia's Malays to apostasize as they please in the future!
So, Kerajaan Malaysia, please be aware of all the snakes in the IFC pits
and watch out for those who seem so eager to please for you know not of
their devious plans to destroy the foundations of Islam from within! (YESSS!)
As far as I am concerned with this Becket Fund group, their intentions
might seem noble to them but for me as a Muslim, I call it treacherous
and irresponsible for them to try and champion apostasy amongst my
fellow Muslims. (BUT IT IS OK FOR OTHERS TO LEAVE THEIR RELIGION FOR ISLAM. THAT IS NOT TREACHERY, of course!)
Azlina Jailani seems to have made a pact with the Devils (???) in her attempt to champion herself as the first Malay murtad in Malaysia to be reckoned officially by the BN Government!
The Becket Fund group is headed by Kevin Seamus Hasson.
He is a former Attorney-Advisor for the U.S. Department of Justice's
Office of Legal Counsel, where his responsibilities included advising the Reagan Administration on church/state issues. He is a 1985 Magna Cum Laude graduate of the Notre Dame Law School, and also holds a Masters Degree in Theology from Notre Dame. Bar Memberships: District of Columbia; Illinois; United States Supreme Court; United States Courts of Appeals for the Third, Fifth, Sixth, Seventh, Eighth, and Tenth Circuits.
So, to our Malaysian Muslims Legal Eagles, it pays to take note of your
adversaries. Know your enemy!
Let the trials begin, so to speak.
It's now clear that this is no longer an individual's case where he or
she wants to apostate as they feel like it. This is now open warfare
between the Syariah Courts of the Kingdom of Malaysia against an
American Organisation that bankrolls those who want to apostate,
especially from Malaysia, a 'crucial' point of Christian evangelical
struggles here in South East Asia.
May Almighty Allah strengthen the resolve and give the Muslims victory
over this case! (MAN... YOU HAVE ALREADY LOST! SHAME ON YOU, FASCIST!)
Masih banyak lagi orang yg ketakutan kalau orang pada murtad :
Quote: LAWYERS SET UP GROUP TO DEFEND ISLAM |
RELAX MAN, ORANG MAU MENINGGALKAN AGAMA BENGISMU KOK DIBILANG 'ATTACK'?!? Adakah 100 pengacara Kristen/Hindu dsb yg ketakutan spt ini karena pengikutnya murtad? Nggak tuh!
SO, listen people, the best way to ATTACK Islam = to LEAVE IT ! No guns needed. Totally bloodless ...
sumber: