SWARA NON-MUSLIM

Blog ini di-dedikasikan bagi kalangan non-muslim Indonesia!

Hi guys, apa kabar? Gimana keadaan di Indonesia sekarang?

FYI:

Sementara blog ini sedang di maintenance silakan click blog ini

-------> nabimuhamad.wordpress

Semua artikel di blog itu bisa langsung di download (PDF file). Juga tersedia terjemahan buku-buku "subversif" dalam bhs Indonesia yg tidak mungkin boleh diterjemahkan & disebarkan secara 'legal' di negara-negara mayoritas islam, include Indonesia, karena akan bikin para muslimer penganut "agama damai" itu ngamuk bin kalap.

Buruan download ebook-nya mumpung belum disensor oleh muslim yg ketakutan islamnya dibongkar habis kepalsuannya.

Untuk info lainnya silahkan email aku: namasamaran@riseup.net atau follow twitterku:@islamexpose

Selamat datang dalam Terang Kebenaran. God bless you all




JAMAN KEEMASAN ISLAM
Oleh Amil Imani - (11 April, 2007)


Muslim seringkali bernostalgia tentang jaman Keemasan Islam. Berbagai generasi Muslim telah menghabiskan masa hidupnya dengan bermimpi suatu hari mereka akan bisa mengembalikan kejayaan Islam yang terjadi pada tahun2 awal berdirinya Islam itu. Mereka mengira jika dunia Islam berjaya kembali maka hilanglah segala masalah mereka.

Angan2 tak berkesudahan untuk mendirikan Kalifah Islam berakar dalam dan sukar dihilangkan. Bahkan meskipun sekarang ada negara2 Islam yang menerapkan hukum Sharia, hal itupun masih saja kurang membuka mata para Muslim akan kenyataan. Jika kau tunjukkan pada mereka negara2 Saudi Arabia, Iran, Pakistan, dan Sudan yang penuh korupsi dan terkebelakang gara2 pemerintahan Islam, maka para Muslim bersikeras menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena negara2 itu tidak melaksanakan Sharia Islam dengan betul. Jika kau mengingatkan mereka akan rejim Taliban di Afghanistan yang menerapkan Sharia Islam tanpa pengaruh apapun dan mengakibatkan kemunduran luarbiasa kehidupan masyarakat Afghan, maka para Muslim berkilah bahwa yang dilakukan rejim Taliban itu terlalu kolot dan tidak sesuai lagi dengan jaman modern. Pokoknya bahkan rejim Taliban sekalipun tidak bisa mewakili Islam yang sebenarnya!

Jadi sebenarnya penerapan Islam yang sempurna yang seperti apa sih yang diangan-angankan para Muslim?

Secara resmi kekalifahan Islam lenyap kurang dari seabad yang lalu ketika Mustafa Kamal Ataturk memulai program modernisasi di Turki setelah berabad-abad mengalami kemandegan dan korupsi di bawah Kalifah Ottoman. Mayoritas Muslim sadar akan masalah korupsi dan merosotnya intelektualitas gara2 pemerintahan Ottoman, tapi mereka lebih memilih pemerintahan Islam Ottoman daripada pemerintahan kafir, hanya karena Ottoman membawa embel2 Islam.

Kebanyakan Muslim lebih menghormati dinasti2 Islam sebelum Ottoman, contohnya dinasti Umayyah dan Abbasid. Mereka lebih mengagungkan kedua dinasti itu karena kesuksesan agresi militernya. Meskipun demikian, para Muslim tidak berdaya jika dihadapkan dengan kenyataan sejarah yang terperinci. Kebanyakan Muslim membaca buku sejarah yang telah “disesuaikan” atau tidak baca sama sekali, dan percaya begitu saja dengan apapun yang diucapkan imamnya.

Dinasti Umayyah didirikan di tahun 661. Dinasti ini berhasil menyerang dan menaklukan banyak daerah dan menerapkan agama Islam kepada masyarakat taklukannya. Akan tetapi, seluruh dinasti sebenarnya adalah gerakan pemberontakan anti kalifah karena mereka tidak mau mengakui kekuasaan Kalifah Ali, yang merupakan Kalifah keempat keturunan Muhammad. Banyak anggota Kalifah Umayyah yang terang2an korupsi dan saling bunuh untuk memperebutkan kekuasaan. Muslim jaman modern umumnya berpendapat bahwa dinasti Umayyah sebenarnya baik tapi jauh dari sempurna.

Dinasti Abbasid didirikan di tahun 750 M setelah memberontak dan menggulingkan dinasti Umayyah. Kalifah pertama dinasti Abbasid adalah Kalifah Abdulla Alsaffah (yang artinya dalam bahasa Arab adalah: "Abdulla sang Pembantai!"). Gelar ini diberikan untuk menggambarkan kekejamannya terhadap siapapun yang berani menentangnya. Setelah berhasil merebut kekuasaan dan berkuasa penuh di seluruh kerajaan, dia mengundang sisa2 bani Umayyah untuk pesta makan malam. Lalu dia memerintahkan semua orang2 tersebut dibunuh. Ketegangan antar suku dan masyarakat menjalar di seluruh dinasti itu dari awal sampai akhir, belum lagi perseteruan diantara para Kalifah Abbasid itu sendiri. Di tahun 813M, perang saudara terjadi diantara dua saudara yg berkuasa dalam kekalifahan yakni: Ali Amin dan Al Mamoun. Perang ini mengakibatkan tewasnya Al Amin yang sebenarnya merupakan Kalifah yang resmi. Sepanjang waktu berkuasa, para Kalifah Abbasid tidak bisa berkuasa penuh, dan akhirnya kekuasaan mereka terguling oleh para penguasa kecil yang akhirnya mendirikan negara2 kecil terpisah.

Di jaman ini para Muslim tidak menganggap bahwa dinasti Abbasid lebih baik daripada dinasti Umayyah. Kejadian sejarah di atas sudah mencakup masa 1400 tahun sejarah Islam tanpa satupun tahun kejayaan. Jadi apa sih sebenarnya yang dimaksud Muslim dengan Kejayaan Islam? Jikalau Muslim berpikir tentang dunia Islam yang sempurna, mereka ternyata bukan memikirkan tentang dinasti Umayyah, Abbasid, atau Ottoman. Yang mereka pikirkan ternyata adalah keempat Kalifah Teladan yakni Abu Bakar, Omar, Usman, dan Ali yang berkuasa atas masyarakat Islam setelah Muhammad meninggal. Keempat Kalifah Teladan ini adalah para sahabat Muhammad, dan Muhammad sendiri sudah bersaksi dan menjamin tersedianya tempat bagi mereka di surga. Para Sunni Muslim menjunjung tinggi keempat Kalifah ini dan percaya bahwa empat orang ini benar2 mengikuti jejak tingkah laku Muhammad secara sempurna. Muslim menganggap bahwa masa berkuasa keempat Kalifah Teladan yang berlangsung selama 31 tahun total adalah jaman Keemasan Islam.

Sekarang masalahnya adalah: para Muslim ternyata tidak pernah baca sejarah dengan betoel! Dari keempat Kalifah Teladan itu, hanya Abu Bakar saja yang meninggal karena sakit, dan ketiga Kalifah lainnya mati karena dibunuh dengan cara yang sangat kejam dan biadab. Bayangkan saja jikalau pemimpin2 sebuah negara dibunuhi secara berturut-turut dalam waktu kurang dari 30 tahun!

Sekarang marilah kita melihat 31 tahun jaman Keemasan Islam yang dibangga-banggakan kaum Muslim. Referensi utama diambil dari sejarah Islam dalam buku Al-Tabakat Alkubra yang ditulis oleh Ibn Sa’ad, yang isinya kebanyakan juga sesuai dengan buku2 sejarah utama lainnya. Perlu pula diketahui bahwa buku Ibn Sa’ad ini ditulis dari sudut pandang Muslim Sunni.

Masalah Perebutan Kekuasaan

Seketika setelah Muhammad mati di tahun 632M, sejumlah ketua Muslim rapat untuk menentukan siapa pemimpin berikutnya. Masyarakat Arab Muslim di Medina dikenal sebagai Al-Anshar (bahasa Arab yang berarti “pendukung”) dan mereka dulu menerima Muhammad dan jemaat Muslim asal Mekah yang masuk tinggal di Medina dan karenanya Islam dapat terus hidup. Para Arab Muslim Medina berharap balas jasa dan mereka menuntut pemimpin baru harus berasal dari suku mereka. Tapi hal ini tidak mungkin diterima Arab Muslim Mekah yang dikenal sebagai Al-Mujahirin (bahasa Arab yang berarti “pendatang) yang merasa lebih unggul karena mereka berasal dari suku Quraish (di Mekah) yang merupakan suku asal Muhammad pula. Harapan Muslim Medina Al-Anshar pupus begitu Umar melangkah maju ke depan dan mengajukan Abu Bakar sebagai Kalifah dan menjabat tangannya. Hal ini didukung oleh para Muslim Mekah Al-Muhajirin. Muslim Medinah Al-Anshar merasa tidak sekuat Al-Mujahirin sehingga mereka pun akhirnya terpaksa setuju dengan pilihan Umar atas Kalifah baru Abu Bakar. Dengan tunduknya Al-Anshar atas kemauan Al-Mujahirin, maka berakhir pula kesempatan mereka mencapai kedudukan penting dalam sejarah Islam.

Al-Mujahirin bersatu dan tampil sebagai pemenang dalam penentuan kepemimpinan. Akan tetapi, akibat dari keputusan rapat ini, jutaan Muslim kehilangan nyawa dalam seluruh perjalanan sejarah Islam. Saudara sepupu Muhammad yang bernama Ali tidak hadir dalam rapat dan tidak mau mengakui Abu Bakar sebagai Kalifah baru yang resmi. Istri Ali yang bernama Fatima juga tidak suka dengan penunjukkan diri Abu Bakar sebagai Kalifah. Sebagian Muslim yang sekarang dikenal sebagai Muslim Shiah percaya bahwa Ali punya alasan relijius untuk menolak Abu Bakar, tapi hal agama ini tidak akan dibahas dalam tulisan ini. Yang lebih penting adalah mengungkapkan bahwa Islam merupakan agama yang umatnya sangat terpecah-belah hanya dalam waktu sesaat saja setelah kematian Muhammad.

Banjir Darah di Arabia

Abu Bakar berkuasa di tahun 632- 634 M. Tugas pertamanya adalah menghadapi krisis di Arabia ketika banyak suku2 tidak mau bayar zakat (pajak Islam) karena suku2 ini menganggap zakat hanya dibayarkan pada sang nabi saja, dan sekarang nabi sudah mati. Abu Bakar mengobarkan perang besar2an terhadap suku2 itu dengan menuduh mereka murtad meninggalkan Islam atau melakukan ridda. Dia memerintahkan jendral perang Khalid Ibn Al-Waleed untuk memimpin tentara Muslim menindas segala suku yang berani menolak bajar zakat. Maka terjadilah banyak peperangan sengit dan semua suku yang tidak mau bayar berhasil dikuasai kembali. Keberhasilan Khalid dalam perang2 ridda ini mengakibatkan puluhan ribu orang mati di kedua belah pihak. Banyaknya korban yang mati belum pernah terjadi dalam sejarah Arabia sebelumnya, tapi ini tampaknya berguna untuk menyatukan negara Islam dan menaklukkan seluruh Arabia.

Para Muslim mengenang Khalid Ibn Al-Waleed sebagai pedang Allah, dan ini adalah gelar yang sama yang diberikan Muhammad padanya. Sejarah Islam memaparkan Khalid sebagai jendral perang yang hebat dengan kemampuan dan pengalaman berperang yang unggul, tapi keterangan sejarah Islam juga menyiratkan kharakter tirani Khalid yang lebih cocok bagi pemimpin gerombolan gangster. Sejarah Islam penuh dengan kisah2 serupa tapi para Muslim memilih tidak membaca atau mengacuhkan keterangan ini. Ini salah satu contoh kisah serupa: Malik Ibn Nuwayra adalah ketua suku Bani Tamim yang sangat dihormati. Dia kalah telak setelah mengalami perang sengit melawan tentara Khalid. Istri Malik adalah Layla Bint Al Manhal yang merupakan salah seorang perempuan tercantik di seluruh Arabia. Malik dan beberapa tentaranya ditangkap dan dibawa menghadap Khalid. Malik tahu apa yang dipikirkan Khalid melalui pandangan mata Khalid terhadap istrinya Layla. Malik berkata bahwa kecantikan istrinya akan mengakibatkan kematiannya. Khalid sang pedang Allah tidak menunggu lebih lama lagi dan segera memerintahkan agar Malik dibunuh. Setelah itu Khalid langsung meniduri Layla di hari yang sama saat suami Layla dibunuh, di malam itu pula! (Like prophet, like followers, ya... –RiD)

Ingatlah bahwa bukan Malik dan tentaranya yang menulis kisah pembunuhan dan perkosaan di atas, sebab mereka sudah mati dibunuh. Kisah ini ditulis oleh para Muslim yang berada di pihak Khalid sendiri, orang2 yang mengikutnya dan memujanya. Yang lebih mencengangkan adalah reaksi Abu Bakar, yang adalah Kalifah Teladan Islam pertama, ketika mendengar kisah itu. Abu Bakar tidak memuji sikap Khalid, tapi tidak melakukan tindakan apapun! Tidak ada hukuman apapun, apalagi dijebloskan ke penjara barang seharipun. Malah sebaliknya, Khalid kembali memimpin pasukan Islam berangkat ke arah Utara Arabia. Sungguh ironis bahwasanya Abu Bakar mengobarkan perang besar2an melawan Malik Ibn Nuwayra hanya gara2 Malik tidak bayar zakat, tapi membiarkan Khalid yang melakukan pembunuhan dan perkosaan.

Sudah jelas bahwa Khalid tidak melakukan hal yang luar-biasa kejam dalam standard Islam. Tingkah lakunya dengan mudah mengingatkan kita pada kejadian serupa yang dilakukan Muhamad ketika menyerang kaum Yahudi Bani Nadir. Muhammad membunuh kepala suku dan kemudian memperkosa istrinya -- yang baru saja kehilangan suaminya, ayahnya, dan sanak saudara pria yang dibunuh tentara Muslim — di hari yang sama!

Perang Saudara (Perang Fitnah)

Usman adalah Kalifah Teladan ketiga dan berkuasa di tahun 644-656M. Usman berasal dari suku kaya-raya dan berkuasa Bani Umayyah. Dia banyak harta dan suka memberi, dan dia pun adalah sahabat Muhammad. Muhammad tahu sekali cara menggunakan kekayaan dan sikap suka memberi Usman demi kepentingannya sendiri. Semasa berkuasa, Usman menunjuk banyak anggota keluarganya untuk jadi gubernur2 di daerah2 jajahan baru Islam dan ini mengakibatkan banyak tuduhan bahwa dia melakukan nepotisme dan hanya menguntungkan keluarganya sendiri saja. Salah satu yang menuduhnya adalah Aisyah, si janda muda Muhammad. Aisyah tidak suka akan Usman dan dia mengadakan kampanye untuk menggulingkan kekuasaan Usman, dan bahkan berusaha membunuhnya pula.

Sekelompok Muslim yang diketuai oleh putra Abu Bakar, sang Kalifah Teladan pertama, memberontak terhadap Usman. Mereka akhirnya melakukan perbuatan yang dianggap sebagai fitnah terbesar dalam sejarah Islam. Para pemberontak ini mengepung rumah Usman selama dua minggu dan tidak satupun pengikut Usman berusaha menolongnya! Akhirnya, para Muslim pemberontak yang marah itu naik tembok, masuk rumah, dan membunuh Usman ketika dia sedang membaca Qur’an.

Semestinya Kalifah terhormat dikubur dengan upacara kehormatan. Tapi tidak begitu yang terjadi dengan jenazah Usman. Sebaliknya malah. Jenazah Usman tidak boleh dikubur di kuburan Muslim selama beberapa hari sampai akhirnya keluarga Usman berhasil mengubur jenazah diam2 di kuburan Yahudi! Ini terjadi dalam masyarakat yang mewajibkan penguburan jenazah di hari kematian.

Setelah Usman meninggal, Ali yang merupakan pemimpin terkemuka Muslim saat itu ditunjuk sebagai Kalifah baru. Dia berkuasa pada tahun 656-661 M. Seharusnya terjadi kesatuan dalam masyarakat Islam setelah terpilihnya pemimpin karismatik baru yang diterima pihak Muslim Sunni dan Shia. Tapi tidak demikian yang terjadi. Ali dituduh bersikap terlalu lunak terhadap para pembunuh Usman. Herannya, tuduhan ini datang dari Aisyah yang dulu mengajak para Muslim untuk membunuh Usman. Aisyah memang benci terhadap Usman, tapi ternyata dia lebih benci lagi terhadap Ali. Aisyah memulai kampanye untuk melawan Kalifah baru dan dia berhasil mengumpulkan banyak tentara untuk berperang melawan Ali sang Kalifah baru. Perang berdarah yang dikenal sebagai Perang Unta terjadi antara pasukan Ali lawan pasukan Aisyah. Kira2 lima belas ribu orang tewas dalam perang ini. Ali menang perang dan berhasil menghancurkan tentara Aisyah, tapi ini bukan berarti masalah sudah selesai.

Muaweya Ibn Abu Sufyan merupakan gubernur penuh kuasa di Syria dan dia tidak mau mengakui Ali sebagai Kalifah. Dia pun menggunakan alasan pembunuhan Usman untuk memulai permusuhan dengan Ali. Perang juga terjadi antara Muaweya Ibn Abu Sufyan melawan Ali di Perang Siffin. Pertikaian baru berhenti ketika beberapa Muslim membunuh Ali di tahun 661M.



Itulah jaman Keemasan Islam! Tiga puluh satu tahun jaman kesempurnaan penerapan Islam ternyata penuh dengan darah, peperangan, korupsi, perkosaan, pembunuhan, dan perebutan kekuasaan! Inilah ternyata yang paling baik yang bisa ditawarkan Islam. Inilah rupanya yang diangan-angankan Muslim selama ini!

(Kalian mau itu, wahai muslim? Silakan ambil utk kalian sendiri deh, tp jng coba terapkan itu pada negeri kami, Indonesia. –adm)




Sumber:

http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?p=154804#154804