The Language Miracle of the Quran
Mukjizat Bahasa Quran
By ex muslim; Mumin Salih
QURAN dipercaya Muslim sbg wahyu Tuhan yang disampaikan dalam bahasa Arab. Muslim juga percaya bahwa Quran persis sama dgn yang diturunkan 1400 tahun lalu.
Saat "diturunkannya" Quran, kaum Arab memiliki kemampuan berbahasa tinggi sehingga bisa dikatakan bahwa bakat itu adalah satu-satunya seni yang mereka sempurnakan. Sekarangpun banyak yang mengakui bahwa literatur dan sajak Arab jaman pra-Islam adalah yang terbaik.
Pun jika Quran benar-benar sebuah mukjizat bahasa, ini bukan berarti bahwa Quran diturunkan bagi seluruh umat manusia juga tidak khusus bagi kaum Arab. Ini karena negara-negara yang tidak berbahasa Arab tidak dapat membaca apalagi mengerti Quran; karena itu mereka tidak dapat menilai apakah benar Quran sebuah mukjizat bahasa. Bahkan mayoritas orang Arab sekarangpun tidak memiliki kemampuan untuk mengerti bahasa Arab klasik dalam Quran.
Sungguh menarik bahwa Muslim sedunia yakin benar bahwa Quran adalah mukjizat bahasa, a language-miracle, padahal kebanyakan mereka biasanya hanya dapat membaca beberapa surah tanpa mengerti artinya. Dilain pihak, banyak penulis Arab (Kristen) yang ahli dalam bahasa Arab klasik, merasa bahwa bahasa Quran tidak sedikitpun mengandung mukjizat!
Saya sendiri (yg menguasai bhs Arab modern dan klasik), setiap kali saya membaca Quran merasa bahwa buku ini tidak mungkin dari Tuhan. Ini bukan karena mengandung kerancuan sains tetapi karena gaya bahasanya yang miskin (the poor language style). Memang ada surah yang ditulis dengan indah tetapi ada juga yang biasa-biasa saja dan bahkan ada yang ngaco alias amburadul! Tadinya saya merasa bahwa Quran adalah kata-kata Tuhan yang tidak dapat di-ubah (infallible) dan sempurna. Namun setelah mengamatinya dengan seksama, saya tidak melihat adanya satu kesempurnaanpun! Quran bagi saya penuh pengulangan, kontradiktif dan mengandung banyak kesalahan gramatikal. Tadinya saya menyalahkan diri saya sendiri. Saya menyangka PASTI saya salah. Tidak mungkin Quran mengandung kesalahan.
Nah, siapa akhirnya yang akan menentukan kemukjizatan bahasa dalam Quran? Para pakar Islam secara otomatis akan mengatakan bahwa Quran adalah mukjizat, sementara yang lainnya tidak setuju. Kenyataan bahwa Quran menciptakan dua pendapat yang sangat bertentangan ini sendiri menujukkan bahwa QURAN BUKANLAH MUKJIZAT. Sebuah mukjizat harus jelas kepada setiap mahluk hidup, terlepas dari bahasa, tingkat melek huruf dan intelektualitas. Semua—tanpa pengecualian, harus menyetujui kesempurnaan Quran.
SEJARAH
Mari kita tengok lagi sejarah dan melihat pendapat orang Arab jaman baheula atas Quran. Muhammad menghabiskan waktu 13 tahun menyebarkan Islam di kota kelahirannya, Mekah, dengan sukses terbatas. Selama era ini, hanya beberapa orang menyambutnya, kebanyakan teman dekat, kerabat dan saudara sendiri. Ia sering ke pasar terkenal, Okaz, diluar Mekah, untuk bicara tentang Islam. Gagal juga ia! Bazar Okaz adalah festival populer orang Arab. Para penulis sajak berkumpul dan memamerkan sajak mereka yang paling mutakhir. Mohamad disana bersaing dengan mereka dengan melafalkan wahyu-wahyu auwloh kepadanya. Namun demikian, kaum Arab lebih suka dengar sajak daripada wahyu-wahyu yg di-klaim muhammad.
Jika orang Arab benar-benar mendengar mukjizat dalam apa yang dikatakan Muhammad, mereka tentu akan terpesona dan terus mendengarkannya. Tetapi sebaliknya, mereka mengacuhkannya. Apakah ini berarti bahwa karya Tuhan tidak sanggup memenangkan kompetisi dengan para sastrawan sajak di pasar itu?
Muslim membela dengan mengatakan bahwa rakyat Mekah tidak yakin karena mereka memang TIDAK MAU diyakinkan, bukan karena Quran tidak meyakinkan. Bukti mereka adalah bahwa Arab Medina (suku Aws dan Khazraj ) lebih mudah diyakinkan dan memeluk Islam bahkan sebelum Muhammad sampai di kota mereka. Namun ini adalah bukti jelas bahwa kedua suku Arab dari Medinah yang saling bersaingan itu memeluk Islam karena alasan politik saja. Tidak ada alasan lain. Kebanyakan orang Arab bahkan tidak pernah melihat ataupun mendengar Quran. Mereka memeluk Islam hanya karena pemimpin mereka berurusan dengan Muhammad yang saat itu kedudukannya bagai hakim, pihak netral, yang diminta untuk mengakhiri konfrontasi antar suku yang berkepanjangan.
Mari sekarang kita maju beberapa abad dan melihat pendapat orang Arab tentang Quran pada masa kejayaan Islam. Dua penulis sajak terkenal jaman itu adalah :
1) Al Mutanabi, yang secara kuat dianggap penulis sajak Arab termasyur. Ia bahkan sempat disebut nabi, karena ia merasa bisa membuat buku serupa dengan Quran. Oleh karena itulah namanya sesuai dengan pernyataannya itu (Muta-NABI). Saat Al Mutanabi sadar bahwa ia dalam bahaya, ia membatalkan bukunya itu.
2) Abu Alaa Al Maari, tukang sajak buta dari Syria yang bahkan mengecam semua agama. Tentu, tidak satupun dari mereka ini menganggap Quran sebuah mukjizat.
Ada banyak faktor mengapa Muslim percaya bahwa Quran sebuah mukjizat.
1) karena Quran hanya dapat dibaca dalam bahasa Arab (klasik), orang lain tergantung pada orang Arab untuk membuat penilaian ttg gaya bahasa Quran. Orang-orang Arab ini biasanya imam yang dari semula telah menganggap bahwa Quran = mukjizat, dan karena itu mereka menghalalkan segala cara untuk membenarkannya. bahkan dengan memutar-balikkan setiap peraturan gaya bahasa dan logika agar sesuai dengan kesimpulam mereka itu. Dengan cara ini mereka bersedia memakai logika terbalik. Kata-kata tidak berarti, pengulangan dan kontradiksi semua menjadi bagian dari mukjizat! Luar biasa!
2) apa yang membantu mereka mempertahankan sikap ini selama berabad-abad adalah bahwa orang-orang Kristen atau para humanis (freethinkers) enggan memberi komentar. Mereka (orang Kristen dan kaum humanis) terlalu sopan! Namun, kebungkaman dan ketidakmauan mereka untuk memeluk Islam jelas menunjukkan sesuatu!
3) faktor lain yang mempertahankan kesan mukjizat ini adalah, Muslim bersikeras bahwa Quran tidak dapat diterjemahkan ke bahasa lain. Muslim bersikeras bahwa semua terjemahan yang ada hanya untuk menegaskan arti Quran dan tidak ada alternatif selain membaca Quran dalam bahasa Arab. Jadi, setiap orang yang ingin mengerti Quran harus belajar bahasa Arab dulu. Cape’ deeeehhhh...
4) Cuci otak semasa bayi. Memang tradisi bahwa suara pertama yang harus didengarkan orok baru lahir adalah auwlohuakbar, yang dibisikkan dalam telinganya begitu ia keluar dari perut. Dari detik itu proses cuci otak sudah berjalan. Setiap hari ia akan mendengarkan pengajian yang meninggalkan rasa takut, yang oleh otak diterjemahkan menjadi rasa hormat yang sangat tinggi terhadap kata-kata auwloh. Ditambah lagi bahasa yang sulit dan surah-surah yang tidak jelas.
Merupakan pandangan pribadi penulis bahwa eksistensi agama (islam) bergantung pada kebingungan dan intimidasi psikologis untuk pencapaian tujuannya. Sama seperti para pesulap memukau penontonnya. Mereka menata latar belakang dengan hati-hati, kemudian memilih musik dan dekorasi dan tentu saja dengan nuansa kegelapan. Mereka biasanya berpakaian hitam-hitam, dan memilih pula latar belakang gelap. Seolah masih kurang, mereka juga kemudian meredupkan lampu pada waktu memulai aksinya. Ilusi mereka tidak akan berhasil bila lampu cukup terang. Kegelapan merupakan sahabat mereka sementara terang menjadi musuh mereka. Mereka juga membenci ilmu pengetahuan dan logika, sementara menyukai mithologi. Mereka tidak menyukai kejelasan, tetapi lebih suka kebingungan.
Alquran ditulis dalam buku-buku yang disebut Mushaf. Para muslim diajari sejak kecil bahwa buku-buku ini berbeda dengan buku lainnya. Hanya orang yang suci yang boleh memegangnya, maka dari itu seorang perempuan yang sedang menstruasi tidak boleh memegang buku itu. Seorang non-muslim tidak diperkenankan dekat-dekat. Seorang muslim yang suci hanya boleh memegangnya dengan tangan kanan, dan mereka harus mencium buku itu sebagai tanda hormat. Mushaf-mushaf ini ditulis dalam bentuk khusus yang berbeda dengan buku lainnya dalam bahasa arab. Ada kesalahan yang disengaja dalam setiap ayatnya. Hal tersebut menambah kesulitan membaca mushaf. Tidak berbeda dengan membaca buku teka-teki yang dipenuhi kode khusus yang untuk membacanya dan menyelesaikan teka-teki tersebut membutuhkan keahlian khusus. Dalam setiap mushaf terdapat beberapa halaman di akhir buku yang berisi kode-kode yang dipakai dalam penulisan mushaf. Alquran memiliki keunikan lainnya. Buku itu mengajari anak-anak secara terbalik! Misalnya, surah yang pendek ditempatkan di bagian belakang, sementara yang panjang-panjang ditempatkan di depan. Ini membuat anak-anak membaca dari belakang ke depan, sehingga menambah kesan di dalam benak mereka bahwa buku ini memang spesial.
Para muslim sudah dikondisikan untuk percaya, tanpa pertanyaan, atas apa yang ada di dalam quran. Mereka juga selalu siap untuk mengatakan apapun, termasuk berbohong untuk melindungi kesan ilahi dari alquran. Coba tanyakan kepada muslim, ”apakah anda percaya bahwa alquran merupakan keajaiban bahasa?” pasti jawabannya adalah “Ya”, apapun tingkat pemahaman mereka. Bagi kebanyakan muslim, membaca dan memahami alquran merupakan siksaan, tetapi jika anda tanyakan mana yang mereka pilih untuk dibaca alquran atau novel, mereka semua akan menjawab alquran. Jika anda bertanya, “mana yang anda lebih sukai, mendengar musik atau alquran?” jawaban mereka, “Tentu saja alquran.” Mereka yakin bahwa auwloh sedang melihat mereka melalui dua mata-mata di pundak mereka. Oleh karena itu mereka tidak berani menyatakan pendapat mereka sendiri.
Alquran digunakan secara luas dalam hal pengobatan di dunia islam. Apakah ada muslim yang berani mengatakan bahwa cara itu sia-sia? Ada suatu penelitian medis di suatu negara arab yang membandingkan efek penenangan dari alquran dibandingkan dengan musik yang lembut. Namun berapa banyak muslim yang berani menyatakan bahwa musik buatan manusia lebih menenangkan daripada bunyi alquran?
Apakah auwloh membutuhkan suatu bahasa untuk berkomunikasi dengan manusia?
Bahasa adalah cara memasukkan informasi ke dalam otak. Cara lainnya adalah melalui kelima indra kita. Bahasa dikembangkan dan terutama digunakan untuk sarana komunikasi antar anggota dalam suatu komunitas yang berbahasa sama. Bahasa hanya merupakan sarana memasukkan informasi ke dalam otak. Untuk tujuan ini, bahasa tetap bergantung pada indra lainnya. Bahasa oral bergantung pada pendengaran, sementara tulisan bergantung pada penglihatan dan sentuhan. Oleh karena itu, bahasa kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan penglihatan atau pendengaran, atau indra lainnya. Akurasi dalam komunikasi bahasa dimulai sejak pengucapan dan aksen, kemudian sisi penerimaan mungkin mengalami kesulitan pendengaran atau kurang pemahaman.
Jika demikian, bahasa nampaknya bukanlah cara yang paling efektif untuk menyampaikan informasi ke dalam otak. Mengapa Tuhan menggunakan cara yang primitif seperti ini untuk berkomunikasi dengan manusia? Apakah Tuhan kurang mampu berkomunikasi dengan cara yang lebih efektif dalam menyampaikan pesannya ke dalam otak manusia, dengan lengkap dan jelas?
Alquran meng-klaim diri sebagai panggilan terakhir Tuhan kepada manusia untuk memeluk islam. Pesan tersebut dikatakan bersifat universal bagi semua manusia dimanapun berada. Namun demikian sebagian besar tidak menanggapinya. Sekarang kita mesti mengakui bahwa mayoritas manusia tidak pernah membaca Quran, dan kebanyakan dari yang membacanya tidak memahaminya. Jadi, setelah 1400 tahun pesan tersebut belum tersampaikan. Komunikasi bahasa nampaknya tidak berhasil.
Namun, untuk adilnya, kita harus mengakui bahwa memang ada SATU MUJIZAT QURAN, yaitu bagaimana Alquran mampu LOLOS DARI KRITIKAN selama 1400 tahun!?!
*Email Mumin Salih mumbo.mua884@gmail.com