APA PROSES YANG DILALUI QURAN
SEBELUM MENJADI KITAB AUWLOH?
Aku diajar beberapa cerita bagaimana Quran dibentuk. Dua keterangan yang paling terkenal adalah:
Muhammad menyusun Quran menjadi sebuah buku sebelum dia mati dan Kalifah lainnya, Abu Bakr, menyusunnya dari orang-orang yang telah menulis ayat-ayat Quran dan menghafalnya.
Meskipun begitu, aku diajari bahwa Quran yang sekarang ini persis sama dengan yang diberikan pada Muhammad dulu oleh malaikat Jibril. Setelah itu aku mulai mempelajari sumber-sumber Islam yang bisa dipercaya terutama Hadis yang Sahih (terpercaya) yang disusun oleh Bukhari untuk mengerti sejarah Islam.
Sewaktu aku mempelajari sejarah penyusunan teks Quran, aku sangat kaget ketika mengetahui bahwa Quran yang kita miliki hari ini ternyata melalui beberapa tahapan evolusi sebelum jadi yang standard seperti yang saat ini ada. Misalnya, aku menemukan ada tujuh cara yang berbeda untuk melafalkan Quran. Seorang dapat melafalkan dan mengingat Quran secara berbeda dan itu tetap diterima sebagai wahyu Auwloh. Kutipan dari Hadis Sahih Bukhari:
Volume 3, Buku 41, Nomer 601: Dikisahkan oleh 'Umar bin Al-Khattab:
Aku dengar Hisham bin Hakim bin Hizam melafalkan Surat-al-Furqan dengan cara yang berbeda dengan caraku. Rasul Auwloh telah mengajarkan padaku (dengan cara yang berbeda). Lalu, aku hampir saja ingin bertengkar dengan dia (pada saat sembahyang) tapi aku tunggu sampai dia selesai, lalu aku ikat bajunya di sekeliling lehernya dan kuseret dan kubawanya menghadap Rasul Auwloh dan berkata, Aku telah mendengar dia melafalkan Surat-al-Furqan dengan cara yang berbeda dengan yang kau ajarkan padaku.
Sang Rasul menyuruhku melepaskan dia dan meminta Hisham melafalkannya. Ketika dia melakukan itu, Rasul Auwloh berkata, “Itu (Surat-al-Furqan ) dilafalkan begitu.” Sang Rasul lalu meminta aku melafalkannya. Ketika aku melakukannya, dia berkata, “Itu dilafalkan begitu.” Quran telah dinyatakan dalam tujuh cara yang berbeda, jadi lafalkan dengan cara yang mudah bagimu.
Karena itu dari sejak awal Quran, kutemukan bukan saja SATU melainkan TUJUH cara untuk melafalkannya. Ini berarti orang Muslim dapat menghafal Quran dalam tujuh cara yang berbeda, dan bukan hanya satu. Ini menimbulkan suatu masalah yang tadinya tidak terpikirkan bagiku. Jika Muhammad telah mengijinkan tujuh cara untuk melafalkan Quran, maka tentunya ada TUJUH VERSI QURAN.
Aku tidak pernah diajari bahwa ada tujuh buah Quran, aku hanya diberitahu satu Quran saja. Apakah memang betul ada tujuh buah dan semuanya itu asli?
Ketika aku terus melanjutkan penelaahanku, kutemukan Hadis Sahih lain yang memperkuat dan memperluas paham bahwa Quran mungkin dikisahkan dalam tujuh cara yang berbeda. Contohnya Sahih Bukhari Volume 4, Buku 54, Nomer 442; V6, B61, N513; V6, B61, N514; V9, B3, N640.
Sewaktu aku mempelajarinya lebih lanjut, Hadis Sahih menegaskan bahwa Muhammad tidak menyusun tulisan Quran jadi satu koleksi, tapi ini untuk pertamakali dilakukan di bawah kekuasaan Khalifa Abu Bakr. Ternyata pada saat itulah qurra, yakni orang-orang yang menghafalkan Quran, terbunuh di Perang Yamama. Khalifa Abu Bakr memerintahkan untuk dibuat kumpulan ayat-ayat Quran, dan ini juga atas desakan Umar (Khalifa yang kedua). Kumpulan ayat ini disimpan oleh Khalifa Abu Bakr, dan setelah dia mati, lalu disimpan oleh Khalifa Umar dan diserahkan pada anak perempuan Umar yang bernama Hafsa, yang juga adalah janda Muhammad.
Ini diceritakan dengan jelas di Sahih Hadis of Bukhari:
Volume 6, Buku 61, Nomer 509: Dikisahkan oleh Zaid bin Thabit:
Abu Bakr As-Siddiq memanggilku ketika orang-orang Yamama telah dibunuh (sejumlah pengikut sang Nabi yang bertempur melawan Musailama). (Aku pergi kepadanya) dan menemukan 'Umar bin Al-Khattab duduk dengannya. Abu Bakr lalu berkata (padaku), Umar telah datang padaku dan berkata: Banyak yang Qurra Quran(orang-orang yang hafal Quran di luar kepala) yang tewas di Perang Yamama dan aku takut akan lebih banyak lagi Qurra yang akan tewas di medan perang lain, sehingga sebagian besar Quranbisa hilang. Karena itu aku menganjurkan kau (Abu Bakr) memerintah agar ayat-ayat Quran dikumpulkan.
Aku berkata pada Umar, Bagaimana kau dapat berbuat sesuatu yang Rasul Auwloh saja tidak lakukan? Umar berkata, Demi Auwloh, ini adalah usaha yang baik. Umar terus saja membujukku untuk menerima usulnya sampai Auwloh membuka hatiku dan aku mulai menyadari kebenaran usul ini.
Lalu Abu Bakr berkata (padaku). Kamu adalah anak muda yang bijaksana dan kami tidak curiga apapun padamu, dan kau biasa menulis Ilham Illahi bagi Rasul Auwloh. Maka kau harus mencari (ayat-ayat terpisah-pisah) Quran dan mengumpulkannya jadi satu buku. Demi Auwloh, jika mereka memerintahkanku untuk memindahkan satu dari gunung-gunung, ini tidak akan sesukar perintah mengumpulkan ayat-ayat Quran.
Lalu aku berkata pada Abu Bakr, Bagaimana kau dapat berbuat sesuatu yang Rasul Auwloh saja tidak lakukan? Abu Bakr menjawab, Demi Auwloh, ini adalah usaha yang baik. Abu Bakr terus saja membujukku untuk menerima usulnya sampai Auwloh membuka hatiku seperti Dia telah membuka hati Abu Bakr dan Umar.
Lalu aku mulai mencari ayat-ayat Quran dan mengumpulkannya dari (yang ditulis di) tangkai-tangkai palem, batu-batu putih tipis dan juga orang-orang yang mengingatnya dalam hati, sampai aku menemukan ayat akhir dari Surat At-Tauba (Pertobatan) dari Abi Khuzaima Al-Ansari, dan aku tidak menemukan ayat ini pada orang lain.
Ayatnya berbunyi: Sesungguhnya telah datang bagimu seorang Rasul (Muhammad) dari antara kalian sendiri. Dia sedih melihat engkau harus menerima kecelakaan atau kesusahan (sampai akhir Surat-Baraa (At-Tauba) (9.128-129). Lalu naskah-naskah (salinan) lengkap Qurandisimpan Abu Bakr sampai dia mati, lalu disimpan Umar sampai akhir hidupnya, dan kemudian disimpan Hafsa, anak perempuan Umar.
Sewaktu aku mempelajari Hadis Sahih di atas dan Hadis yang lain yang sama pesannya, aku mendapatkan hal-hal yang penting.
Pertama, Umar khawatir jika Qurantidak ditulis, dan jika para penghafal Quran banyak yang mati, maka sebagian besar Quran akan hilang. Kedua, ini adalah tugas yang monumental (besar sekali) yang diberikan pada Zaid karena Muhammad sendiri tidak pernah melakukan hal ini, dan Zaid menjelaskan kekhawatirannya. Ketiga, perlu banyak usaha untuk mengumpulkan ayat-ayat Quran karena beberapa ayat hanya diingat oleh satu orang dan tidak ada orang lain yang menegaskan atau membenarkannya.
Ada beberapa Hadis Sahih lain yang juga mengatakan hal itu. Kejujuran Zaid membuatku waswas. Apakah betul ini adalah tugas yang sangat berat? Apakah memang dia orang yang tepat melaksanakan tugas itu? Aku mulai mencari dan menemukan bahwa Muhammad telah menganjurkan orang-orang lain dan bukan Zaid untuk mengajar Quran. Dari Hadis Sahih:
Volume 6, Buku 61, Nomer 521: Dikisahkan oleh Masriq:
'Abdullah bin 'Amr mengingatkan 'Abdullah bin Masud dan berkata, "Aku akan mencintai orang itu selamanya, karena aku mendengar sang Nabi berkata, Belajarlah Quran dari empat orang ini: 'Abdullah bin Masud, Salim, Mu'adh dan Ubai bin Ka'b.
Aku sangat khawatir karena tidak seorang pun dari keempat orang yang direkomendasikan Muhammad untuk mengajar Quran diberi tugas untuk mengumpulkan atau menegaskan kebenarannya. Yang disuruh malah juru tulisnya Muhammad: Zaid bin Thabit. Dia juga khawatir bahwa tugas ini terlalu berat. Tapi baik Khalifa Abu Bakr maupun Umar pada saat itu tidak minta satu pun dari keempat orang di atas untuk memeriksa hasil kerja Zaid.
Aku lanjutkan penyelidikanku dengan rasa agak bingung karena proses penyusunan ini ternyata melibatkan lebih banyak hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. Sayangnya, aku mendapatkan bahwa sejarah penyusunan Quran tidak berhenti pada saat itu saja. Dengan makin bertambah dan menyebarnya masyarakat Muslim, jadi bertambah sukar pula untuk mempertahankan keutuhan isi Quran karena tidak ada satu patokan isi Quran yang sah, tapi setiap guru agama punya salinan mereka sendiri. Ini mengakibatkan banyaknya ketidaksetujuan diantara masyarakat Muslim, dan karena itu, Khalifa Uthman diminta untuk berbuat sesuatu untuk menanggulangi hal ini. Harap ingat bahwa pada saat itu, naskah Quran yang dikumpulkan Zaid tidak disebarkan ke mana-mana, dan masih disimpan oleh Hafsa. Juga perhatikan apa yang dilakukan Khalifa Uthman seperti yang diterangkan di Hadis Sahih Bukhari berikut.
Volume 6, Buku 61, Nomer 510: Dikisahkan oleh Anas bin Malik:
Hudhaifa bin Al-Yaman datang pada Uthman pada saat orang-orang Sham dan Iraq sedang mengadakan perang untuk menaklukkan Arminya dan Adharbijan. Hudhaifa takut akan perbedaan pelafalan Quranyang dilakukan mereka (orang-orang Sham dan Iraq), lalu dia berkata pada Uthman, ketua orang yang beriman! Selamatkan negara ini sebelum mereka bertentangan tentang Buku ini (Quran) seperti yang dilakukan orang Yahudi dan Kristen sebelumnya. Lalu Uthman mengirim pesan pada Hafsa yang isinya, Kirim pada kami naskah-naskah Quran sehingga kami bisa mengumpulkan bahan-bahan Qurandalam salinan yang sempuran dan mengembalikan naskah-naskah itu padamu. Hafsa lalu mengirimkannya pada Uthman. Uthman lalu memerintahkan Zaid bin Thabit, 'Abdullah bin AzZubair, Said bin Al-As dan 'AbdurRahman bin Harith bin Hisham untuk menulis ulang naskah-naskah itu menjadi salinan yang sempurna. ‘Uthman berkata pda tiga orang Quraish, Andaikata kau tidak setuju dengan Zaid bin Thabit tentang isi apapun dalam Quran, maka tulislah Quran dalam dialek Quraish, agar Quran dinyatakan dalam bahasa asli mereka. Mereka melakukan itu, dan ketika mereka telah menulis banyak salinan, Uthman mengembalikan naskah-naskah yang asli pada Hafsa. Uthman mengirim satu salinan Quran ke setiap propinsi Muslim, dan memerintahkan semua tulisan-tulisan Quran lain, baik yang ditulis di beberapa naskah atau seluruh buku, dibakar. Said bin Thabit menambahkan, “Satu ayat dari Surat Ahzab hilang dariku ketika kita menyalin Quran dan aku biasa mendengar Rasul Auwloh menceritakannya. Maka kami mencarinya dan menemukannya pada Khuzaima bin Thabit Al-Ansari. (Ayat ini berbunyi): ‘Diantara orang-orang yang Beriman ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Auwloh.” (33.23).
Dari mempelajari kisah di atas dan juga Hadis Sahih lain yang pesannya serupa, aku perhatikan ada beberapa kumpulan Quran yang berbeda-beda yang tersebar saat itu. Ini adalah bagian kumpulan Quran yang dibuat oleh keempat guru-guru Quran yang direkomendasikan Muhammad seperti yang ditulis di Hadis terdahulu, yakni salah satunya Ubai bin Ka'b. Lagi-lagi aku merasa terganggu dengan hal-hal berikut.
Pertama, ada banyak ketidaksetujuan diantara para Mauslim tentang apa yang seharusnya ada dalam Quran. Karena itu, Khalifa Uthman memerintahkan naskah-naskah Quran yang disimpan Hafsa untuk disalin dan disebarkan dan ditunjuk sebagai salinan Quran yang sah. Kedua, jika ada banyak ketidaksetujuan diantara ahli-ahli tulis yang menyalin Quran tentang bagaimana melafalkan suatu ayat, Uthman menyuruh mereka menulisnya dalam dialek Quraish. Aku merasa kecewa ketika tahu Khalifa Uthman memerintahkan perubahan kata-kata Quran ke dalam dialek Quraish. Apakah perubahan bagian dari tujuh versi Quranyang berbeda? Aku tidak menemukan penjelasan ini di Hadis Sahih. Yang terakhir, aku kaget sekali ketika Khalifa Uthman memerintahkan penghancuran Quran-quran yang lain tidak peduli apakah seluruhnya atau sebagian saja. Ini sangat mengganggu. Aku bertanya dalam hati: mengapa? Mestinya karena Quran-quran lain yang beredar saat itu begitu berbeda dengan yang dimiliki Khalifa sehingga dia sampai-sampai mengeluarkan perintah yang begitu keras. Ingat saat Al-Yaman bertemu Uthman untuk memintanya menyelamatkan negara karena mereka berbeda pendapat tentang Quran. Sekarang Khalifa Uthman memerintahkan disebarkannya salinan yang dimiliki Hafsa, padahal versi ini belum pula disahkan oleh guru-guru Quranterbaik untuk jadi patokan Quranyang sah.
Sewaktu aku menyelidiki apa kemungkinan perbedaannya yang ada, aku menemukan contoh kata Bismillah yang hilang pada awal Surah 9, ayat perajaman yang hilang yang berhubungan dengan perzinahan, dan lalu ayat ini dihapus, ditarik kembali, dibatalkan atau dilupakan. Aku telah membicarakan hal ini dalam penelitianku tentang ayat-ayat yang dibatalkan. Aku menjumpai bahwa meskipun perintah penghancuran diberikan, beberapa bagian dari versi Quran lain ternyata selamat, mungkin karena orang-orang Muslim hafal akan variasi lain dari Quran. Contohnya, dari terjemahan Quran oleh Abdullah Yusuf Ali dan dari catatan kaki kutemukan Qiraat (bacaan Quran) lain, dari Ka’b yang direkomendasikan Muhammad sebagai satu dari empat guru terbaik untuk mengajar Quran. Dia menulis ada kata-kata tambahan bagi Surah 33:6. Aku dulu diajari bahwa tidak ada satu titik pun yang diubah, dan inilah seluruh kalimat yang hilang yang ditandai dengan ** di bawah di catatan kaki 3674 dari Abdullah Yusuf Ali.
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri, ** dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Auwloh daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Auwloh) . Surah 33:6
** Catatan kaki 3674: Di beberapa Qiraats, seperti yang dimiliki Ubai ibn Ka’b, muncul pula kata-kata ini “dan dia adalah ayah bagi mereka, yang mengartikan bahwa hubungan spiritualnya dan hubungannya dengan kata-kata dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka.
Ini bukan berita baik bagiku. Tidak ada guru Muslim yang bahkan mengisyaratkan kenyataan bahwa naskah akhir Quran yang diperintahkan oleh Khalifa Uthman untuk disebarkan sebenarnya punya sejarah yang penuh perubahan, pertentangan dan penghancuran.
Dengan menyesal aku mengambil kesimpulan pengertian mengenai penyusunan Quran bahwa:
Muhammad tidak pernah mengumpulkan bahan-bahan Quran menjadi satu naskah Quran tunggal. Dia merekomendasikan empat guru untuk mengajar bahan-bahan Quran. Dia juga menegaskan bahwa Quran dapat dilafalkan dalam tujuh cara.
Khalifa Abu Bakr memerintahkan Zaid bin Thabit, salah satu juru tulis, dan bukan empat guru yang direkomendasikan Muhammad, untuk menyusun bahan-bahan Quranjadi satu naskah tunggal, ketika para qurra mulai berguguran di medan perang.
Dalam beberapa tahun, versi Quran yang berbeda-beda muncul dan menyebabkan banyak masalah diantara masyarakat Muslim. Khalifa Uthman memerintahkan penyebaran salinan dari versi Quran yang dibuat oleh Zaid bin Thabit yang disimpan oleh anak Khalifa Umar, yakni Hafsa. Dia lalu memerintahkan penghancuran Quran-quran yang telah disusun orang lain.
Sebagian Muslim tentunya tidak suka dengan kesimpulan ini karena mereka percaya bukan ini yang terjadi. Akan tetapi, tulisan sah yang diakui dalam sejarah Islam adalah dari Hadis Sahih, Sirat (riwayat hidup Muhammad) dan dari Tafsir Quran. Tidak ada sumber sejarah Islam lain yang bisa menjelaskan dengan sah tentang masalah ini. Dari semua sumber yang lain, kesaksian yang ada juga mirip seperti yang telah aku jabarkan dengan menggunakan Hadis Sahih Bukhari sebagai sumber keterangan yang utama. Quran yang kita miliki sekarang jauh dari kumpulan Quran yang sempurna dan berwenang seperti yang dulu diajarkan padaku bahwa kita punya Quran asli dari Muhammad.
Sumber:
www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=566
http://answering-islam.org.uk/Authors/FarooqIbrahim