DER SPIEGEL: MESJID?
NOT IN MY BACKYARD!
By Jochen Bölsche - 07/16/2008
Mesjid dan minaret (menara mesjid)? 'Tidak di halaman belakang kami,' kata -semakin banyak- orang Jerman.
Rakyat Jerman sekarang semakin sadar mengapa nenek moyang mereka memerangi Islam dgn segenap jiwa raga mereka.
Rencana pembangunan lebih dari 180 mesjid di Jerman semakin memobilisasi penduduk setempat, baik dari garis kanan maupun kiri. Mereka khawatir bahwa tempat ibadah Muslim ini hanya akan menciptakan masyarakatarakat yg paralel dan tidak mendukung integrasi.
Penduduk setempat mulai geram. "Minarets itu bahkan mirip peluru misil," kata seorang perempuan dan seorang lelaki mengatakan bahwa kubah mesjid itu mirip "pabrik pembuat senjata nuklir."
Kemarahan atas rencana pembangunan mesjid raksasa di Cologne menyebar keseluruh Jerman. Protes semakin sering dan semakin diwarnai dgn kekerasan. Bom molotov dilemparkan ke jendela-jendela mesjid di kota Lauingen di Bavaria; Kristen memasang simbol salib dgn tulisan "Terra christiana est" atau INI TANAH KRISTEN di halaman mesjid Hanover; dan traktor-traktor konstruksi mesjid dibakar di Berlin, di distrik Pankow.
Rencana pembangunan mesjid raksasa di COLOGNE. "Ini bukan tanda keinginan utk berintegrasi. Ini tanda buruk. Ini tanda sebuah pencaplokan wilayah asing; sebuah deklarasi perang," kata Ralph Giordano, penulis Yahudi ternama di Jerman. Click Link
Karena tekanan umum, arsitek mengurangi ukuran rencana mesjid raksasa kontroversial di kota Cologne.
Ini lambang kota Cologne (Köln-bhs Jerman) begitu anda memasuki kota tsb dari stasiun kereta api. Katedral ini memiliki permukaan yg paling besar diseluruh dunia, sekitar 7000 meter persegi dan memakan waktu pembangunan 632 thn, yg sering harus ditunda karena peperangan Kristen dgn Islam yg mencoba mencaplok daerah-daerah Kristen di Eropa Barat.
Gerakan protes anti-Islam ini malah menjalar ke politik dewan kota. Di Cologne, inisiatif anti-mesjid milik garis kanan PRO-COLOGNE menang 5 kursi pemda dlm pemilihan baru-baru ini. Kelompok ini ingin melibatkan diri dlm politik Jerman dgn cuma satu program tunggal: menentang Islamisasi.
Dikawasan berpenduduk padat lembah Ruhr di Jerman Barat, kelompok the Voter Initiative Recklinghausen (atau "WIR") juga turut memerangi 'MERAYAPNYA ISLAMISASI," dan bersekutu dgn partai berkuasa dan mayoritas, partai konservatif Christian Democratic Union (CDU). Anggota WIR mengatakan, mereka tidak sendirian dlm oposisi mereka terhdp Islam dan mereka khawatir bahwa "dlm 20 thn di Recklinghausen, dan di kota-kota besar Jerman, mayoritas penduduk dibawah usia 40 adalah Muslim." "Kerisihan sudah menjalar di bagian-bagian kota itu," kata Georg Schliehe, wakil WIR dlm dewan kota, "namun para pakar dan politisi tidak menganggap serius masalah ini."
Rasa antipati yg semakin menggebu-gebu ini tidak diragukan lagi dicuatkan oleh pembunuhan-pembunuhan Islami dan serangan-serangan bunuh diri di berbagai kota di Eropa belakangan ini.
Belum lagi pernyataan PM Turki, Recep Tayyip Erdogan, thn 1997, yg membuat konstruksi mesjid-mesjid ini dianggap sbg bagian dari strategi Islamisasi: "Minaret adalah tombak kami, kubah-kubah adalah helm-helm kami dan mukminin adalah pasukan kami."
Jangankan Muslim Sunni, bahkan Muslim AHMADIYAH saja punya rencana "100 mesjid" bagi Jerman. Baru 25% proyek ini sudah rampung.
"Sekarang mereka tuntut mesjid-mesjid segede gajah, sebentar lagi mereka menuntut TOA 5 kali sehari," tulis situs Pro Germany. Dan prospek-prospek macam ini mendorong semakin banyak orang Jerman menganggap pembangunan mesjid ini sbg 'perebutan tanah.'
Belum lagi nama-nama mesjid-mesjid baru ini yg jelas tidak sejalan dgn slogan 'islam agama damai.' Nama-nama kalif-kalif pengumbar perang spt Fatih Sultan Mehmet, perebut Konstantinopel dianggap sbg provokasi. Kata seorang ahli sejarah, "Muslim-muslim ini tidak hanya ingin menunjukkan kehadiran mereka, melainkan juga memperkuat dan memperluasnya."
Muslim di Jerman semakin lantang menuntut mesjid-mesjid raksasa spt mesjid di kota Rendsburg (foto atas) ini di Jerman Utara.
Pernyataan-pernyataan oleh pakar-pakar liberal spt Spuler-Stegemann, yg juga mengatakan bahwa "Islam punya problema dgn kekerasan," menekankan bahwa kritik terhdp menjalarnya mesjid di Jerman bukan lagi dikeluarkan kaum Islamofobia atau xenofobia. Dan jangan salah, kata seorang pejabat imigrasi, bukan hanya ekstrimis garis kanan yg sekarang mengritik mesjid.
Malah kaum liberal dan garis kiri spt wartawan Yahudi, Ralph Giordano, aktivis HAM perempuan, Alice Schwarzer dan wartawan investigatif, Günter Wallraff, semuanya secara terbuka menentang pembangunan mesjid raksasa di Cologne. Wakil-wakil gereja Jerman juga semakin lantang menyuarakan protes mereka.
Gereja-gereja kini juga enggan mencari 'persamaan umum' dgn Islam. Malah mereka kini lebih rajin menekankan perbedaan diantara mereka, khususnya mengenai 'toleransi Islam' sehubungan dng pembangunan rumah-rumah ibadah non-Muslim di negara Muslim.
"MENGAPA BANGUN MESJID DI DAERAH
YG TIDAK ADA MUSLIMNYA?"
Di Berlin misalnya, pengikut Ahmadiyyah yg cuma berjumlah 200 orang ngotot bikin mesjid senilai €1 juta ($1.6 juta) di kawasan luar Berlin di Heinersdorf, yg cuma dihuni segelintir Muslim.
Karena politisi acuh tak acuh, penduduk setempat marah dan mulai turun ke jalan mengadakan protes ramai. "NEIN" kata mereka terhdp rencana mesjid tsb. "Kamilah penduduk disini." Mereka menuntut agar kawasan damai mereka tidak diijinkan utk menjadi "Kreuzberg kedua," rujukan kpd kawasan Berlin yg padat penduduk Muslim Turkinya. "Mengapa?" tanya salah seorang demonstran yg diikuti tepuk tangan, "Mengapa bangun mesjid di daerah yg tidak ada Muslimnya?"
Sementara itu, di Cologne, markas Serikat Turki-Islam bagi Urusan Religius --yg merupakan cabang sebuah institusi di Ankara-- berencana utk mendirikan "MESJID TERBESAR EROPA."
Konstruksi dirancang bagi ribuan pengunjung dan menargetkan kawasan Ehrenfeld, daerah yg sudah super padat penduduknya dan kekurangan lapangan parkir. Bukan hanya lokasi mesjid, melainkan LUAS mesjid yg gigantis itu yg semakin membuat penduduk semakin naik darah. Mesjid itu direncanakan meliputi permukaan 22.000 meter persegi dgn minaret setinggi 55 meter yg setinggi gedung bertingkat 18 lantai.
Gedung gaya Ottoman raksasa ini, kata penulis Dieter Wellershoff, berbentuk aneh, "spt sebuah obyek dari planet lain yg tiba-tiba mendarat disitu."
Dan di kawasan Hause di Frankfurt yg sudah punya dua mesjid beranggotakan 300 anggota ingin mendirikan pusat masyarakatarakat Islam ketiga dlm radius 400 meter seharga €3 juta. 1000 tanda tangan sudah dikumpulkan oleh para penantang mesjid tsb.
Belum lagi sifat tertutup masyarakatarakat Muslim ttg proyek mesjid raksasa itu semakin mengundang rasa curiga penduduk setempat. Tidak pernah ada upaya Muslim utk menjelaskan apakah proyek itu ditujukan bagi integrasi atau separasi, atau bgmn pendapat mereka ttg hak-hak perempuan (mengingat Honor Killing terhdp para Muslimah di Jerman semakin meningkat) dan terorisme (mengingat semakin banyak Muslim Jerman diciduk karena tuduhan terorisme).
Quote: http://www.jamestown.org/terrorism/news/article.php?articleid=2373324 |
... the federal Verfassungsschutz puts the number of the supporters of the 28 Islamist organizations that operate in Germany at 32,100, a slight increase from 31,800 in 2004. The number of supporters of Turkish Islamist groups stands at 27,250. The Islamische Gemeinschaft Millî Görüs gets the largest share of support with around 26,500. Arab Islamist groups claim 3,350 supporters. The Muslim Brotherhood tops this list with around 1,300 supporters; the Lebanese Hezbollah comes second with 900. As for Jama'at Tabligh, it has about 500 members, and Hamas 300 members |
Quote: |
THREE men arrested in Germany had formed a terror cell to carry out “massive” bomb attacks, among the biggest on German soil, authorities say. They planned to attack Frankfurt’s international airport along with the Ramstein Air Base, a key US military hub, Harms said. They also planned to hit and nightspots popular with Americans. |
Pakar Islam, Leggewie mengatakan, mesjid "jauh berbeda dari gereja." Mesjid adalah gedung multi-guna. Bahkan Islam sendiri "bukan hanya sekedar sebuah kepercayaan," tekan Daniel Cohn-Bendit, politisi Partai Hijau. Islam juga sebuah "visi teokratis," dimana politik dan religi berhubungan erat dan "nilai-nilai demokratik dan HAM menempati tempat kedua dan bersyarat dibawah Islam."
Beda paling besar antara mesjid dan gereja sudah nampak dlm rencana mesjid Cologne; mesjidnya sendiri hanya mencakup 1/5 areal total sebesar 22.000 meter. Ruang selebihnya adalah bagi studio TV, farmasi, kantor dokter, lembaga bantuan hukum, toko roti, salon, supermarket, bank, TK, perpustakaan, restoran dan toko perhiasan. Belum lagi madrasah, studio kickboxing, ruang-ruang komputer dan TV, agen travel dan kamar mayat -- semua dibawah satu atap.
Maka tidak heran bahwa penduduk setempat mulai mencurigai kompleks mesjid itu sbg fasilitas apartheid Muslim. Seorang Muslim tidak perlu meninggalkan kompleks mesjid tsb, tidak perlu berintegrasi dgn penduduk Jerman diluar, karena semua kebutuhannya sudah terpenuhi. Kompleks mesjid ini tidak lain dari 'bibit' masyarakatarakat paralel dan 'halangan bagi integrasi,' demikian komentar masyarakatarakat umum di Jerman.
Masyarakat Muslim di Neukölln, Berlin, juga ingin mencontoh Cologne dan mendirikan pusat budaya dan komersial tersendiri. Tapi karena ijin bangunannya dilanggar organisasi Muslim tsb, pembangunannya kini ditentang keras oleh politisi setempat.
Begitu konstruksi rampung, minaret mesjid itu menjulang tinggi sampai 37 meter, padahal yg diijinkan hanya 28 meter dan kubahnya berukuran 22 meter yg melebihi syarat 18 meter. Gedung tsb dikenakan denda yg paling besar yg pernah dikenakan terhdp sebuah gedung, yaitu €100,000. "Siapapun yg tinggal atau bangun gedung disini, harus mengikuti aturan kami," kata jubir pemda setempat.
Tapi surat kabar Berliner Kurier mendengar omelan Muslim setempat yg mengatakan bahwa minaret ilegal itu seharusnya lebih tinggi lagi, karena setiap mesjid di Turki lebih tinggi. 'Mereka (orang di Turki) pasti menertawakan kami,' kata Muslim ngedumel.
Pernyataan-pernyataan spt ini mengundang kecurigaan pembangunan mesjid di Jerman adalah cara utk MENUNJUKKAN KEKUATAN dan MEMBANGUN KAWASAN EKSLUSIF MUSLIM, spt sebuah negara dlm negara. "Dimanapun kau mendengar TOA minaret," kata Spuler-Stegemann, "dari perspektif Muslim, itulah DARUL ISLAM (yg tidak lagi bisa diganggu gugat)."
PELANGGARAN IJIN BANGUNAN DAN
CEKCOK ANTAR MASYARAKAT
Setelah pengalaman dikelabui Muslim itu, pemda setempat juga sukses menghentikan asosiasi bernama Inssan, yg merencanakan mendirikan mesjid raksasa di Neukölln, yg sudah memiliki 15 mesjid dan 31 ruangan solat. Gedung itu melanggar "semua ordinansi zona," kata mereka.
Kompleks 8.000 meter persegi itu direncanakan bagi perumahan dan terletak dekat sekolah Rütli yg tersohor di seluruh Jerman thn 2006 karena insiden-insiden kekerasan. Gedung itu dirancang utk menduduki tanah sepanjang 73 meter, padahal yg diijinkan cuma 13 meter!
Organisasi itu juga dng sombong menolak permintaan utk menunjukkan sumber dana mereka kpd pemda setempat. Ternyata proyek itu didanai "Saudi dan yayasan-yayasan Arab lainnya" – negara-negara yg paling rendah dlm rekor kebebasan beragama. Kelompok itu juga memiliki koneksi dgn Muslim Brotherhood dan kelompok-kelompok radikal lainnya.
Namun kini, seakan tidak kapok juga, Asosiasi Inssan sudah pasang strategi baru dan ingin mendirikan pusat mesjid disebuah zona komersial di kawasan Charlottenburg di Berlin. Kawasan yg tadinya dimaksudkan bagi pembangunan gereja-gereja, kini ditargetkan utk menjadi pusat mesjid dlm skala besar.
Organisasi itu berupaya keras utk menampakkan diri sbg 'moderat' dgn secara terbuka mengiritk perkawinan-perkawinan paksa dan giat dlm kampanye lingkungan hidup. TAPI ini dgn sigap dikritik media sbg upaya KAMUFLASE utk mengalihkan perhatian dari sumber-sumber dana Islamiyah mereka.
MINA AHADI, pendiri Dewan EX-MUSLIM Jerman mengatakan, sudah ada "lebih dari cukup mesjid di Jerman." Mina Ahadi harus dilindungi polisi 24/7 sejak ia secara terbuka mengumumkan telah murtad dari Islam -- sebuah kejahatan yg dijatuhi hukuman mati dibawah syariah.
"Begitu sebuah mesjid berdiri," kata Ahadi, "semakin besar tekanan terhdp perempuan dan anak-anak utk mengenakan jilbab, dan ini semakin meningkatkan isolasi." Ia menuduh politisi Jerman sbg "luar biasa naif" dlm menangani organisasi yg bertujuan "mendirikan hukum syariah."
Uskup Besar Cologne, Joachim Meisner, sudah memperingatkan orang akan wilayah-wilayah di Jerman "yg menyebarkan syariah."
Bahkan dari tembok-tembok mesjid Ahmadiyyah terdengar ucapan-ucapan para pemimpin mesjid yg mengatakan bahwa perempuan, Yahudi & homoseksual adalah warga negara kelas dua. Dan thn 2007, situs Ahmadiyyah mengatakan bahwa "homosexualitas diakibatkan karena konsumsi babi."
Protes luas melawan Ahmadiyyah oleh penduduk Schlüchtern di negara bagian Hesse mengakibatkan dewan kota mengubah UU zona-nya utk menghindari pembangunan mesjid dan minaret. Ditempat lain, politisi semakin sigap memanfaatkan aturan rencana kota sbg cara membatasi atau bahkan melarang total proyek-proyek yg tidak transparan oleh organisasi-organisasi (islam) yg diragukan.
Itulah yg dilakukan kota Bonn ketika kota itu memutuskan utk melarang konstruksi sebuah pusat budaya dgn minaret-minerat karena proyek itu akan mengakibatkan "ghetto-ghetto" di kawasan Muslim. Di Munich, pemda setempat juga menolak rencana mesjid karena "ukurannya yg tidak proporsional" yg bisa merusak gedung-gedung bersejarah disekitarnya.
DIRIKAN GEREJA DI TURKI,
BARU KITA NGOMONG URUSAN MESJID DI COLOGNE
Para petinggi gereja Katolik dan Protestan di Jerman terus menekankan bahwa negara-negara Muslim tidak akan semudah mengijinkan pembangunan gereja di wilayah mereka. Mereka juga menuntut bahwa, cepat atau lambat, status quo ini tidak dapat diterima.
Uskup Protestan, Huber, menyerukan agar "Hak Muslim utk murtad harus dilindungi," sementara Uskup Besar Katolik Meisner menyerukan pada organisasi Muslim Turki di Cologne yg berada dibelakang pembangunan mesjid di Cologne, "utk mendukung sebuah proyek Kristen di Turki." Spt dijelaskan Meisner: "Paus sudah mengumumkan thn 2008 sbg Tahun Rasul Paulus saat kami merayakan ulang tahun ke 2000 rasul Paulus. Karena tempat lahirnya berada di Tarsus (Turki), kami Kristen tidak bisa apa-apa. Oleh karena itu kami harus berkampanye utk mendirikan sebuah pusat hijrah dan sebuah gereja disana. BARU kita bisa duduk dan membahas pembangunan mesjid raksasa di Cologne."
Anggota partai CDU dan cabangnya, the Christian Social Union (CSU) di Bavaria, juga tanpa tedeng alingaling mewajibkan bahwa minaret tidak boleh lebih tinggi dari menara gereja.
Jelas mesjid harus diijinkan di Jerman, kata anggota CDU, tetapi penggunaan tanah harus dibatasi dan "Kami mengusulkan agar kami memberlakukan standar yg sama spt Turki memperlakukan tempat-tempat ibadah non-Muslim di wilayahnya."
Kota Tarsus, tempat lahirnya Rasul Paulus, sebelum dicaplok Islam adalah kota Kristen, dan ibukota provinsi Asia Minor, Cilicia.
http://www.biblestudy.org/biblepic/tarsus-birthplace-of-apostle-paul.h tml
Cuma sumur ini di Tarsus, menandakan tempat lahir rasul Paulus, rasul yg paling penting dlm agama Kristen.
http://www.pbase.com/image/37687178
Sekarang Kristen tidak puas dgn sekedar sumur dan menuntut didirikannya gereja di Tarsus utk memperingati Rasul Paulus
Menurut sebuah studi thn 2007 (Muslims in Germany), 40% dari semua Muslim di Jerman “berorientasi fundamentalis”. Ini berarti bahwa ke 1.2 juta Muslim yg mempraktekkan agama mereka dgn ketat memiliki “tendensi utk mengecualikan Muslim moderat, meng-glorifikasi Islam, dan menganggap rendah budaya berorientasi Barat/Kristen”.
Kedua, 12% penduduk Muslim Jerman bisa dianggap sbg anti- demokrasi dan “Islam-otoriter”; mereka sangat bersikap menentang masyarakat Barat dan percaya akan hukuman mati dan hukuman badan lainnya sesuai dgn syariah. Mereka memiliki potensi “radikalis Islamiyah.”
Ketiga, 6% Muslim Jerman -- 180.000 orang -- mentolerir kekerasan yg didasarkan atas nama agama, yaitu terorisme atas nama Islam.
... Terakhir dan yang paling mengkhawatirkan, studi itu menyimpulkan bahwa para remaja Muslim -- termasuk generasi imigran kedua atau ketiga yg lahir di Jerman dan memiliki paspor Jerman -- sangat sigap utk menggunakan kekerasan, anti-semitisme dan kepercayaan radikal Islam lainnya.
Mereka percaya bahwa semua peristiwa-peristiwa di dunia ini diorganisasikan oleh sebuah konspirasi 'Yahudi-Kristen agresif' melawan Islam. Di Perancis, misalnya, semakin banyak serangan anti-semitik dilakukan oleh Muslim-muslim muda dan tidak lagi oleh kelompok-kelompok rasis neo-nazi.
SO, pantaskah masyarakat Jerman khawatir dan menghentikan menjalarnya pembangunan mesjid-mesjid yg hanya meningkatkan radikalisasi & apartheid?
PANTAS, DUNK !