SWARA NON-MUSLIM

Blog ini di-dedikasikan bagi kalangan non-muslim Indonesia!

Hi guys, apa kabar? Gimana keadaan di Indonesia sekarang?

FYI:

Sementara blog ini sedang di maintenance silakan click blog ini

-------> nabimuhamad.wordpress

Semua artikel di blog itu bisa langsung di download (PDF file). Juga tersedia terjemahan buku-buku "subversif" dalam bhs Indonesia yg tidak mungkin boleh diterjemahkan & disebarkan secara 'legal' di negara-negara mayoritas islam, include Indonesia, karena akan bikin para muslimer penganut "agama damai" itu ngamuk bin kalap.

Buruan download ebook-nya mumpung belum disensor oleh muslim yg ketakutan islamnya dibongkar habis kepalsuannya.

Untuk info lainnya silahkan email aku: namasamaran@riseup.net atau follow twitterku:@islamexpose

Selamat datang dalam Terang Kebenaran. God bless you all

Mengapa

Manusia Cerdas-Kritis

Sulit Terima Islam?



Awal September 2006 diberitakan bahwa Al Qaida, organisasi massa Islam bergaris keras, menyerukan agar presiden Bush dari USA dan perdana menteri Blair dari Inggris untuk memeluk AGAMA Islam.



Seruan ini sungguh luar biasa mengingat di dunia modern, agama model apapun sudah tidak laku sebab rasio mereka yang tinggi menandaskan bahwa Tuhan lebih penting daripada agama, jadi mereka bukan mencari agama tapi mencari TUHAN, mereka tidak berhenti mempelajari Tuhan pada kitab suci tertentu edisi ribuan tahun yang lalu – namun terus menerus mencari tahu akan Tuhan melalui banyak cara, misalnya ilmu pengetahuan, seperti kloning, nano teknologi, super komputer, genome, big bang, artificial intelligence, dst.

Teriakan petinggi Alqaida untuk memeluk agama islam terkesan sombong sekali bagi manusia modern. Bagi sementara Muslim, seolah-olah islam adalah agama sempurna dan yang terakhir, mereka juga sering mengkafirkan dan menyerang agama lain (terutama Kristen dan Yahudi) melalui buku-buku murahan/picisan yang dapat dibeli dengan mudah di berbagai kota di Indonesia, tanpa dapat dilawan; sebab buku/artikel yang mencoba meluruskan isu yang tidak benar ini selalu dilarang terbit atau pengarangnya dituntut di pengadilan, atau bahkan diancam dengan kekerasan, bahkan mungkin saja dibunuh!

Artikel ini akan mencoba menganalisis dan mengkritisi agama yang mengaku sebagai “agama penyempurna akhir” ini dari segi penalaran/logika. Kontributor utama artikel ini adalah tiga orang profesor dari luar negeri, Indonesianis, yang berdiskusi panjang lebar tentang agama, kebudayaan, nalar dan Tuhan di Yogyakarta. Mereka adalah dari Jepang, Inggris, dan Australia. Sebagai ilmuwan yang sudah tua dan sudah makan asam garam dunia, mereka ingin memberikan sumbang saran pemikiran.

Intisari pembicaraan mengatakan bahwa islam memang akan dapat menguasai dunia apabila dapat menjelaskan secara logis ajarannya kepada para calon pemeluknya, terutama kepada para cendekiawan atau scientiests yang kebanyakan sudah tidak peduli dengan agama. Tantangan ini kiranya juga dapat diberlakukan bagi agama lain (jadi bukan hanya untuk islam).

Apabila kelemahan dalam penalaran seperti tersebut dibawah ini bisa diatasi, maka islam memang layak menjadi agama nomor satu didunia. Menurut mereka, dinegara modern, apa saja dapat diperdebatkan atau didiskusikan, termasuk agama, sebab debat dan adu argumentasi akan meningkatkan inteligensia (IQ) dan EQ, asalkan kaki, tangan dan emosi (kelahi, bakar sana-bakar sini, bom sana-bom sini) tidak boleh disertakan dalam debat!



Larang-melarang diskusi/debat menunjukkan tingkat kecerdasan yang masih jauh tertinggal, last but not least: semua manusia cerdas pasti gemar berdebat, Tuhan sendiri adalah Maha Cerdas, jadi Tuhan pasti menyukai debat! Selain itu, manusia yang hanya hidup di lingkungannya, sebagai misal: orang Kristen hanya diwilayah kristen, orang Islam di wilayah Islam, orang Budha hanya kumpul dengan kelompok Budha, maka jelas akan jadi manusia yang bersifat “Katak dalam tempurung”.

Berikut ini intisari pendapat ketiga ilmuwan tsb.

1. Muhammad mengaku menerima kitab suci dari langit secara langsung atau “tiban” (jatuh dari langit), padahal bukti-buktinya (kitab) tidak ada.
Seandainya kitab suci itu ada, seperti apakah maha karya Tuhan itu - semaha indah seperti apa, apakah tulisan tangan, atau sudah pakai komputer dengan Microsoft Word dan dicetak dengan laser printer? (Teks asli atau Kitab Quran asli-sli yg jadi “INDUK” dari semua kitab Quran di dunia sekarang ini, kagak pernah ada!!! –adm)

2. Bukankah semua ilmu pengetahuan dan teknologi berasal dari hal yang sangat sederhana, misalnya: dalam matematika: satu tambah satu = dua, dalam Fisika: hukum Pascal, Archimedes, bejana berhubungan, dalam ekonomi: hukum permintaan, dst., sampai dengan yang amat canggih (atom, komputer, genetik, DNA), semuanya adalah jerih payah manusia selama ribuan tahun di laboratorium-laboratorium, dan tidak ada yang bersifat “tiban” (jatuh dari langit. – eh jadi inget ini; “Kalo coca-cola jatuh dari langit, the gods must be crazi. Kalo quran jatuh dari langit, your god must be crazy”…hehehehe –adm). Sejarah membuktikan bahwa Tuhan belum pernah menurunkan hukum atau kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi dari langit secara langsung (tiban), misalnya dalam bentuk Kitab Suci Ilmu Pengetahuan dan Teknologi!

3. Seandainya ada klaim dari seorang nabi tertentu yang menyatakan Tuhan telah menurunkan kitab maha suci bernama X langsung dari surga (tiban), dapatkah ia membuktikan keberadaan kitab itu?

Catatan tambahan penulis: Tanpa ada bukti adanya kitab tiban itu, bukankah ini bagaikan Soeharto (mantan presiden RI) yang mengaku menerima Supersemar (yang sampai saat ini belum diketemukan aslinya), kemudian menggunakan surat khayal itu untuk berkuasa dan memperdaya bangsanya (k.l. 200 juta dan yang s/d saat ini belum sadar tertipu!). Tidak hanya Supersemar, sejarah 1965pun, direkayasa regim Soeharto. Dan setiap usaha meluruskannya, selalu dilawan dengan kekerasan.

Menurut kaum Moslem, Alquran yang ada adalah hanya salinan dari yang asli (tiban), yang ternyata isinya mirip kitab suci orang Yahudi dan Kristen dengan tambahan-tambahan yang sulit diterima akal seperti terbukti dibawah ini dan menurut ahli bahasa banyak kesalahan bahasanya (lihat artikel di www.faithfreedom.org ATAU http://indonesia.faithfreedom.org/forum). Bukankah klaim kitab suci tiban (Alquran) ini tidak nalar? Tidak adanya Alquran yang asli ditambah adanya larangan menayangkan wajah Muhammad (benar adakah si Muhammad itu?), membuat manusia yang cerdas dan mau berpikir kritis beranggapan bahwa Alquran beserta nabinya adalah rekayasa manusia Arab. Ingat, kitab suci agama lain dapat dibuktikan secara historis. Ingat, agama lain, selain Islam, adalah buah tangan manusia dengan bukti-bukti historis yang nyata dan benar.

4. Alquran/Muhammad mengajarkan hukum dan aturan yang bersifat: mudah usang dimakan oleh jaman, statis, beku, tidak adil, bias gender, sulit diterapkan, berlaku lokal/regional (setempat), kurang menghormati hak asasi manusia (HAM), sadistik, ruwet serta banyak ayat yang tidak rasional dan ambigu/bias.

Berikut ini penjelasan hukum-hukum itu, misalnya saja: cara berpakaian (jilbab); hukuman yang bersifat sadis dan membuat cacat, misal potong tangan, penggal kepala dan dilempari batu; cara berpuasa yang tidak adil dan tidak rasional berdasarkan terbit-tenggelamnya matahari tanpa mengingat pembagian waktu dibelahan bumi yang berbeda-beda, ingat dikutub-kutub bumi, dimusim dingin matahari hanya muncul kurang dari 2 jam; pria boleh poligami, perempuan tidak boleh poliandri (rasio laki:perempuan disuatu daerah tidak menentu); sex dianggap kotor, sehabis melakukan hubungan sex, pelaku wajib keramas; cara berdoa yang rumit; perempuan sedang mens dianggap kotor dan perempuan dianggap sumber nafsu berahi maka tubuh perempuan harus dibungkus dari ujung kaki s/d kepala, cukup kelihatan mata saja; perempuan mempunyai hak waris lebih sedikit, ini sungguh sangat bias gender dan tidak adil; cara berdoa yang terpisah antara pria dan perempuan; anggapan perempuan yang sedang datang bulan sebagai kotor; bias binatang: binatang anjing yang mempunyai kecerdasan tinggi dan penyayang manusia (mampu berteman dengan sangat akrab, dan sangat bermanfaat bagi manusia) di najiskan, misal tidak boleh kena air liurnya; babi yang sangat mudah diternakan dan dagingnya sangat lezat (yang menjadi sumber daging utama dinegara non Moslem) di haramkan; cara membunuh hewan yang kurang berperikehewanan (digorok lehernya); orang pindah agama diancam hukuman mati (ini melanggar sifat Tuhan yang Maha Demokratis dan menghormati hak asasi); mengklaim paling benar dan mengatakan kafir pada kelompok lain, kemudian menambahkan ajaran jihad yang bila dipadukan (kafir dan jihad) dapat dipakai sebagai alat politik yang ampuh; dan sebagainya.

Hukum/aturan yang semacam ini bukankah justru melecehkan Sang Pembuat (=Tuhan) karena mencerminkan bahwa sang pembuat kok sebegitu tolol, padahal katanya Tuhan itu Maha Cerdas, mengapa aturannya kok sebegitu mudah usang, bersifat lokal/regional dan irasional, serta banyak mengandung kekerasan dan kekejaman? Jadi, siapa yang tolol: Muhammad atau Tuhannya Muhammad?
Bila Muhammad yang bego, bukankah yang percaya kepada Muhammad lebih bego lagi?

5. Alquran/Muhammad mengajarkan cara berdoa yang tidak logis. Sembahyang lima waktu berdasar terbit-tenggelamnya matahari, kembali lagi, tuhannya Muhammad kurang mengerti/menyadari ciptaannya sendiri bahwa dikutub-kutub bumi, seringkali siang dan malam itu hampir tidak ada sama sekali! Selain itu, berdoa (dan berkotbah) dengan alat pengeras suara yang demikian bising menyiratkan bahwa Tuhannya Muhammad mengalami kesulitan/cacat pendengaran, disamping itu hal ini sangat mengganggu ketenangan, ketentraman, dan kepentigan umum (melanggar HAM).

Demikian pula aturan bahwa pria dan perempuan harus terpisah saat sembahyang, dan bila saling senggol sudah dianggap kotor, menunjukan atau mengajarkan/membiasakan pikiran yang mesum bagi umatnya. Aneh dan tidak logis, tuhannya Muhammad kurang cerdas dan suka berpikiran mesum/munafik, cacat pendengaran, dan suka mengusik ketenangan umum.

6. Karena Alquran tidak memakai perumpamaan, maka ayat-ayatnya yang mudah usang dan tertinggal jaman seringkali membingungkan umatnya (karena bias, misal: haram-halal, kafir, memandang rendah perempuan, bunga bank, dst.).

Contoh lain yang sangat aktual adalah ayat-ayat yang diungkapkan oleh banyak penulis di forum internet, misalnya tentang ayat-ayat yang mendasari: bunuh diri dan membunuh orang lain, jihad, dan mengkafirkan keyakinan lain, yang semuanya ini menjadi dasar suburnya terorisme. Karena ayat-ayat itu boleh dikata menjadi sumber terorisme, maka tanpa dapat di update, bahaya terorisme didunia ini akan selalu mengancam.

Dan ancaman ini terbukti terjadi mengingat adanya klaim bahwa Muhammad adalah nabi terakhir sehingga mengakibatkan agama islam menemui jalan buntu untuk dapat direformasi dari ayat-ayat yang bias, sudah usang dan tertinggal jaman. Kalau tidak ada nabi baru setelah Muhammad, lalu melalui siapa bila Tuhan ingin mereformasi kitab suciNya?

Menurut petuah orang bijak: Pakaian dijahit untuk manusia, jadi bukan manusia dijahit untuk pakaian. Maka, kalau ukuran manusianya berkembang seiring waktu, pakaian sering kali menjadi sesak, maka jahitannya perlu disesuaikan, bukan manusianya dikecilkan/dioperasi agar pas dengan pakaiannya.

Mirip dengan petuah diatas, agama itu untuk manusia, bukan manusia untuk agama; jadi kalau ada ayat-ayat yang sudah tidak layak lagi atau sangat membingungkan, maka kitab suci tsb harus di update. Bukan manusianya dipasung untuk tetap menerima ayat yang sudah sulit diterima akal, dan juga bukan Tuhannya yang dimasukan kejalan buntu (karena tak ada nabi baru lagi), serta bukan Tuhannya selalu dipenjarakan kemasa lalu.

Bukankah dengan pernyataan Muhammad seperti itu justru menandaskan bahwa Islam adalah agama masa lalu yang tidak punya masa depan lagi?

Bukankah hal ini mengakibatkan perpecahan dan/atau pertumpahan darah diantara sesama umat Islam sendiri yang menginginkan reformasi Islam, misal antara Suni, Ahmadiah dan Siah, antara Muhammadiah dan NU, antara kolot dan liberal, dst? Dimana mereka juga akan saling klaim lebih islami, dan mungkin akan disertai kekerasan/pembunuhan/pertempuran?

Sungguh sulit dimengerti dan dipercaya oleh nalar, bahwa seorang manusia justru berani membatasi Tuhannya dengan mengaku bahwa ia adalah nabi terakhir!

7. Kontradiksi logika lain dalam Alquran/Muhammad adalah adanya ayat yang menandaskan bahwa agama islam adalah agama terakhir yang sempurna, tanpa cacat cela; namun dalam ayat yang lain ditandaskan bahwa Alquran hanya bagaikan setitik pasir dipantai dibandingkan Tuhan!

Salah satu ayat Alquran dengan tegas menandaskan bahwa apabila semua ajaran Allah dituliskan, maka tinta satu samudrapun tidak akan cukup! Jadi Alquran dan Islam adalah amat sangat maha terbatas sekali, dan Tuhan adalah amat sangat Maha Tak Terbatas! Dengan demikian, klaim bahwa Islam adalah agama yang sempurna merupakan kontradiksi yang luar biasa! Klaim agama yang sempurna ini juga merendahkan martabat Tuhan mengingat sesuatu yang Maha Sempurna dan Tak Terbatas kok cukup ditulis dan diwadahi hanya dalam buku setipis Alquran (yang kurang dari 1000 halaman).

Klaim ini juga menyiratkan bahwa Tuhan itu seolah-olah beragama islam; hal ini adalah maha kayal sekali; bagaimana Sang Maha Cerdas dan Maha Sempurna dapat diwadahi pada sesuatu yang maha sempit, maha terbatas, dan banyak yang tidak nalar?

8. Jika Tuhan itu ada, maka Ia pasti sesuatu yang hidup, sangat dinamis bukan statis; mengingat aturan dalam Alquran seperti dibahas diatas ternyata bersifat kaku, beku, dan statis (dan banyak yang sudah ketinggalan jaman, serta tak bisa di update karena Muhammad diklaim sebagai nabi terakhir) maka ini merupakan kontradiksi logika yang parah juga. Ini juga merendahkan martabat Tuhan yang Maha Dinamis, Maha Tak terbatas dan Maha Sempurna. Agama Islam lalu bagaikan agama yang telah mati, karena hanya memiliki masa lampau tanpa memiliki masa depan.

9. Alquran/Muhammad memuat logika yang saling kontradiksi. Dikatakan bahwa Allah adalah Maha Besar; namun Muhammad mengaku sebagai nabi terakhir. Mana mungkin sesuatu yang Tak Terbatas dan Maha Besar (Allah, milyaran tahun) cukup dijelaskan oleh satu orang saja yang SANGAT TERBATAS (Muhammad, umur manusia k.l. 80 tahun saja)! Nabi agama lain tidak ada yang berani membatasi Tuhannya! Setelah Muhammad ternyata masih banyak nabi bermunculan, silahkan cari di internet dengan mengetik keyword: “New Religion” di google.com; contoh nabi lain misalnya Yoseph Smith pendiri gereja Mormon di tahun 800 (k.l 400 thn setelah Muhammad).

Jika Tuhan bisa digambarkan sebagai garis lurus berawal dari minus tak terhingga (tak tahu kapan awalnya = alpha) dan berakhir di plus terhingga (tak tahu kapan berakhirnya = omega), maka mana mungkin seorang manusia yang hidup di suatu range (daerah) umur yang sangat terbatas (katakan 75 tahun) mampu menjelaskan sendirian secara tuntas sesuatu yang tak terhingga (milyaran tahun)! Bumi dan universe sudah milyaran tahun, dan masih milyaran tahun lagi, dan masih terus berkembang, maka seribu, sejuta atau bahkan semilyar nabi disertai ilmuwan tidak akan pernah selesai mempelajari universe dan Tuhan!

Ilmu Fisika tidak boleh diberhentikan cukup pada Newton saja, bukan? Masih ada Einstein, ada Quantum, dst, bukan? Adalah sangat khayal, bila Newton menyatakan bahwa ia adalah Fisikawan terakhir dan hukum Newton adalah hukum Fisika terakhir yang sempurna, dan Tuhanpun beraliran fisika Newtonian!

Sesuatu Yang Maha Tak Terbatas (Tuhan) diklaim cukup dijelaskan oleh hanya seorang manusia yang amat sangat terbatas (Muhammad) dalam sebuah buku (Alquran) yang sangat terbatas (tipis), edisi lama, dan tak pernah dapat direvisi pula, ini adalah maha kontradiksi! Ini bagaikan menggembalakan kambing dengan mengikat kakinya pada seutas tali sepanjang 5 m, kambing itu boleh berkeliaran kemana saja dia suka, tapi tidak boleh lebih dari radius 5 m; demikian pula dengan Islam, Islam bagaikan mengikat tuhannya dengan tali (Alquran), sehingga tuhannya orang Islam terikat dan dibatasi pada “area waktu” yaitu sebatas abad 4; setiap usaha mengupdate kebenaran tentang tuhan, pasti dilawan, seringkali dengan kekerasan.

10. Secara umum dikatakan bahwa Tuhan itu menghormati hak asasi manusia (HAM). Namun hal ini tidak tercermin dalam Islam.

Pindah agama dapat dikenai hukuman mati; kawin campur antara perempuan Muslim dengan pria agama lain tidak diperkenankan; cara berdoa yang mengganggu ketentraman umum; mengkritik agama atau berbeda pendapat dengan lembaga tertinggi agama dapat di fatwa hukuman mati. Kalau demikian, bolehkah dikatakan: “Tuhannya Islam” suka melanggar HAM?

11. Pria Muslim dapat menikah dengan perempuan non Muslim, tapi sebaliknya tidak berlaku. Pria boleh nikah lebih dari satu istri (poligami), tapi sebaliknya perempuan nikah dari lebih dari satu suami tidak berlaku. Pria boleh jadi imam, tapi sebaliknya perempuan tidak berlaku. Pria mendapatkan warisan yang lebih banyak dari pada perempuan, dst. Kalau demikian, bolehkah dikatakan: “Tuhannya Islam” sangat bias gender dan tidak adil?

12. Demikian pula dengan adanya ayat yang mengkafirkan keyakinan/pendapat/ajaran lain. Alquran tidak mengenal agama selain Islam (3:85). Alquran mengutuk orang yang tidak percaya Islam agar masuk neraka (5:10), dan mengelompokan mereka sebagai najis/kotor (9:2#; Alquran juga memerintahkan untuk memerangi mereka sampai tidak ada agama selain Islam didunia ini (2:193); Alquran juga memerintahkan untuk membantai atau menyalib atau memotong tangan dan kaki pada orang yang tidak percaya Islam dan mengusir mereka keluar daerah dengan cara yang memalukan!

Nampak bahwa Islam tidak seiring dengan sifat Tuhan yang menghormati pluralisme dan penuh kasih sayang. Tuhan menciptakan berbagai suku bangsa, berbagai jenis hewan dan tumbuhan, lalu Tuhan menciptakan matahari untuk menyinari semua ciptaanNya, bukan hanya untuk golongan tetentu saja. Berapa ratusan fatwa ulama Islam telah diterbitkan untuk melanggar HAM? Ini merupakan kontradiksi logika yang hebat.

13. Bila melihat latar belakang kehidupan Muhammad, adalah sulit sekali untuk dapat menerima bahwa ia adalah seorang yang suci. Peri kehidupan sexnya dengan banyak pelayan perempuannya/harem dan terlebih lagi dengan Aisha, gadis yang baru 9 tahun umurnya, sangat mengherankan dan mengerikan.

Hubungan sex antara pria umur 54 th (Muhammad) dan Aisha (9 th) bila terjadi saat ini akan disebut kasus pedophili, dan pelakunya (yang dewasa) dapat dituntut hukuman penjara. Hal ini juga merupakan kontradiksi logika yang luar biasa (seorang nabi melakukan pedophili).

Cobalah sekali-kali membandingkan kehidupan Muhammad dengan Budha dan Yesus, jauh sekali bedanya! Budha dan Yesus tidak menciptakan agama (murid-murid mereka yang mendirikan agama), tidak membatasi Tuhan, tidak suka kekerasan (sebaliknya penuh kasih sayang), dan perilaku kehidupan mereka luar biasa salehnya!


14. Dalam kariernya, Muhammad melakukan: 47 pertempuran, pembantaian orang Yahudi, pemenggalan kepala masal (dimana Muhammad hadir), dan pembunuhan terencana tokoh Arab yang menjadi lawan politiknya di Medina.

Perangainya yang suka kekerasan sangat mewarnai berbagai ayat yang mentolerir kekerasan dalam Alquran, sebagai contoh ayat2: (2:191), (9:123), (9:5), (8:65 ), (25:52), (66:9), (47:4) dan (9:29). Ini merupakan kontradiksi yang menarik, seorang nabi kok gemar kekerasan dan bersifat sadis!


Menurut para ilmuwan diatas, Muhammad lebih tepat bila disebut politisi daripada nabi. Hal ini juga mengindikasikan bahwa Alquran lebih mencerminkan watak Muhammad yang keras dan sadis dari pada watak Tuhan yang penuh kasih sayang!

15. Pengakuan resmi dan pemberian kedudukan yang amat luar biasa tingginya dalam Alquran terhadap Yesus, yang dikenal sebagai Isa, yaitu sebagai: nabi Ulul Azmi (nabi yang memiliki keunggulan dibandingkan nabi-nabi yang lain), bahkan Isa juga diberikan atribut yang indah yaitu sebagai pemuka manusia baik di Bumi maupun di Langit (sebagai referensi tambahan: Alwi Shihab, mantan menteri dan petinggi NU, harian Kompas tertanggal 18 Desember 2003), serta pernyataan bahwa nabi Isa-lah yang akan menjadi hakim paling adil di akhir jaman nanti membuat Alquran kehilangan kekuatan magis dan super naturalnya, serta menjadikan Muhammad nabi kelas bawah.


Aliran Ahmadiah juga menghormati nabi Isa dan menantikan pula kedatangan kembali nabi Isa. Bila Isa adalah hakim di akhir jaman (kiamat) dan sangat dihormati, maka sudah selayaknya Isa dihormati, dan ajaran Isa semestinya diajarkan dalam Islam sebab nantinya Isa tentu saja akan mengadili manusia menurut ajaran Isa pula; namun ternyata ajaran Isa justru tidak diajarkan dan Isa diperlakukan bagaikan musuh.

Ini juga merupakan suatu kontradiksi yang hebat, seorang nabi yang terunggul menurut Alquran justru dimusuhi!

16. Muhammad, dalam Alquran, juga menganjurkan pada pemeluknya untuk belajar sampai ke negeri Cina. Perlu diketahui, saat itu adalah jaman keemasan agama Budha.

Ini berarti, Muhammad secara tidak langsung menandaskan bahwa Budhism jauh lebih baik dari ajarannya! Atas pernyataan Muhammad sendiri itu (poin 15 dan 16), maka Islam adalah bagaikan agama yang rangking sekian - dibawah; tidak mengherankan manusia cerdas berkulit putih (Eropa) dan kuning sipit (Jepang, Korea, Taiwan, RRC) sulit menerima Islam mengingat Muhammad kurang yakin atas ajarannya sendiri!

17. Konsep ke-Esa-an Tuhan dalam Islam terlalu simplistis untuk melukiskan ke Maha Besaran Tuhan. Dalam agama Hindu, Tuhan digambarkan dengan indah sekali sebagai kekuatan 3 dewa: perusak, pemelihara, dan pencipta.



Dalam agama Kristen, Tuhan digambarkan sebagai Tri Tunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus; ada yg mengumpamakan demikian: air dapat berupa fase cair, uap dan padat (es), atau sekaligus ketiga fase itu hadir bersama, namun ia tetap satu yaitu air; kebetulan umat Kristen telah bersentuhan dengan Tuhan secara manusiawi liwat fase Es (Isa), maka tidak heran bila mereka lebih sering menyebut Isa/Yesus (Es) daripada Tuhan (air).


Untuk lebih memperjelas lagi, sebagai ilustrasi: dalam Islam seolah-olah manusia yang esa/tunggal/satu itu ya manusia, titik. Agama lain menggali manusia lebih jauh lagi, misalnya ternyata manusia yang satu itu terdiri atas roh, pikiran dan jiwa, dimana ketiganya bisa dirasakan kehadirannya, namun tetap menyatu (esa) dalam diri manusia.

Semua konsep tentang ke Esaan Tuhan ini dirumuskan oleh manusia, tidak ada yang jatuh dari langit (tiban), jadi mungkin dapat saja salah, ini tidak masalah mengingat manusia belum selesai atau tidak akan pernah selesai memahami Tuhan!

Sayang sekali, ada sementara orang yang pengetahuannya/konsepnya tentang Tuhan hanya sedikit dan sederhana sekali, namun justru memarahi atau bahkan mengkafirkan manusia lain yang pengetahuannya tentang Tuhan justru lebih banyak!

Ini bagaikan ilmuwan Blaise Pascal memarahi ilmuwan Einstein! Ini juga kontradiksi nalar. Ibarat manusia yang pengetahuan matematiknya haya terbatas pada tambah, kurang, kali, bagi – kok menyalahkan manusia yang tahu bilangan imaginer bersama diferensial integral!

18. Dengan banyaknya ayat-ayat yang kontradiksi dengan nalar, maka cara menyebarluaskan agama Islam adalah dengan sistim pendidikan yang memaksa dan searah (brain washing, doktriner, menghindari debat dan diskusi), serta harus dimulai sejak kecil (pengajaran disertai hal-hal yang tidak nalar dan menakut-nakuti anak kecil: misal dibakar dan ditusuk saat dineraka, mau masuk surga ditanyai agamanya apa, dst.); dan melalui politisasi agama - direkayasa berbagai aturan yang bertentangan dengan nalar dan HAM untuk melindungi agama Islam, misalnya: melarang kawin campur dan melarang pindah agama, mewajibkan hukum syariah untuk suatu daerah/negara, sistim pendidikan yang porsi jamnya banyak dihabiskan untuk agama, ancaman perusakan, kekerasan s/d pembunuhan bagi yang mengkritisi Islam (fatwa mati), dsb.

Pikiran modern yang berusaha mengupdate ayat-ayat yang sudah ketinggalan jaman ini sering dilawan dengan kekerasan, tak jarang pengusulnya difatwa hukuman mati. Tidak mengherankan bila sampai dengan detik ini belum ada negara Islam yang demokratis dikarenakan banyaknya kontradiksi logika dalam Islam yang harus dijagai dengan kekerasan dan kediktatoran. Padahal sifat Tuhan adalah logis dan demokratis, serta suka berdebat sebab Maha Cerdas, maka ini adalah kontradiksi nalar lagi!

19. Muhammad/Alquran mengajarkan penyembahan berhala yaitu batu besar yang disebut Ka’bah yang harus disembah dan menjadi kiblat doa umat Islam.

Untuk melihat dan berdoa disekitar Ka’bah, biayanya sangat besar, namun Alquran menganjurkan untuk dapat kesana sampai 7 kali! Kiblat doa ke Ka'bah juga akan menyulitkan bagaimana seorang astronaut Muslim harus berdoa diatas pesawat antariksanya (Ka'bah dibawahnya). Benarkah Tuhan menginginkan agar Ia disamakan dengan sekedar batu besar? Ataukah ini keinginan Muhammad untuk memperkaya negara, lembaga dakwah dan agamanya? Sungguh tidak nalar.

20. Muhammad/Alquran mendesain penjajahan kebudayaan bagi negara penganut Islam dengan cara: mengharuskan menggunakan bahasa Arab dan meniru cara berpakaian, berdoa, berseni, dan bernegara (politik, hukum dan perbankan).

Dengan strategi ini, otomatis kebudayaan Arab akan mewabah, sebaliknya kebudayaan/keyakinan setempat akan tertindas. Benarkah Tuhan menginginkan bahasa dan kebudayaan Arab yang levelnya masih jauh tertinggal dibanding beberapa kebudayaan lain sebagai ‘terpilih internasional’? Atau ini sekedar keinginan Muhammad? Apakah ini bukan politisasi kebudayaan dengan mengatas namakan Tuhan, sungguh tidak nalar.

20. Muhammad/Alquran mengajarkan bahwa ada bulan suci yaitu Ramadhan (bias waktu), ada tempat suci yang disebut Mekah (bias tempat), kemudian menyatukannya dengan ajaran bahwa wajib bagi umat Islam untuk pergi naik haji ke Mekah dengan diberi imbalan kepastian naik surga, gelaran tamu Allah dan pengampunan dosa setahun.

Dengan demikian, umat Islam tergerak untuk bolak-balik naik haji ke Mekah walau membutuhkan biaya banyak dan kalau perlu harus menjadi miskin (bagi yang ekonomi menengah/lemah).

Benarkah Tuhan menginginkan DiriNya atau SurgaNya dijual semurah itu? Benarkah Tuhan menginginkan ajaranNya menjadi mesin pencuci dosa (ada money laundry, ada sin laundry)?

Bukankah ini suatu bentuk ketidak adilan karena yang kaya bagaikan mampu membeli surga sedangkan yang miskin lalu tidak mampu membeli surga (katanya Tuhan Maha Adil)?


Bukankah hal ini akan menyebabkan suatu negara terjerembab menjadi bangsa yang hipokrit-munafik karena penguasanya yang hobi berbuat KKN dan suka melanggar HAM ternyata merasa sama sekali tidak bersalah/berdosa atau bahkan merasa suci-bersih kembali dengan hanya cukup naik haji atau cukup berpuasa?

Bukankah bagi negara diluar Arab, hal ini mengakibatkan terkurasnya devisa/uang setempat, pemiskinan masyarakat lokal, dan menumbuh suburkan pelaku KKN dan pelanggar HAM? Sedangkan bagi negara Arab, agama dibuat kedok sebagai penghasil “devisa pariwisata”.

Benarkah Tuhan menginginkan hal setolol ini, menguras negara miskin, memakmurkan negara kaya? Benarkah Islam hanya sekedar sin laundry?

21. Alquran mengajarkan umat Islam untuk beragama namun dengan sifat tidak percaya diri (PD).

Berbagai praktek larang-melarang buku, kebebasan pendapat, temuan baru, inovasi, kreativitas, dinamika baru dalam teologi, filsafat, kebudayaan, bahkan ilmu pengetahuan adalah buktinya. Demikian pula, “membungkus perempuan Muslim” sehingga cukup sekedar nampak wajahnya atau matanya saja menunjukan kekurangan PD mereka; perempuan bagaikan barang yang terus diplastiki takut rusak.

Hal ini juga menyiratkan:

a) ngeresnya (kotornya) pikiran, sebab cukup melihat betis perempuan atau pusar perempuan saja maka kaum lelakinya langsung terjangkit pikiran mesum (ngeres) atau berahi alias horny, di negara modern, perempuan dan lelakinya sudah jauh sekali (bebas) dari “pikiran mesum” melihat hal-hal seperti itu;

b) tidak menghargai karunia Tuhan bahwa perempuan itu diberi banyak keindahan, misalnya rambut (ingat ungkapan:”Rambut adalah mahkota perempuan”), dan keindahan tubuh perempuan, jadi bila diibaratkan: membungkus perempuan sama saja menutupi dengan plastik suatu pemandangan pegunungan atau patung karya seni yang indah sekali, jadi sama sekali tidak ada penghargaan bagi sang Pencipta keindahan itu sendiri! Bayangkan saja bintang film secantik Krisdayanti, Nicole Kidman, dan Agnes Monica hanya kelihatan matanya atau wajahnya saja!



c) Justru dinegara muslim yang keras, perkosaan malah banyak terjadi (lihat nasib TKW Indonesia); sedangkan dinegara maju/modern para perempuannya mendapat perlindungan hukum yang sangat baik (misalnya dari Sexual Harashment).

Sungguh aneh dan tidak logis, suatu agama membuat pemeluknya untuk beragama secara tidak PD dan mengingkari atau tidak menghargai kreasi Sang Pencipta dalam hal keindahan yang naturalistik sekaligus memandang perempuan hanya sebagai manusia kelas dua dan objek kambing hitam!

22. Masih ada kaitan dengan diatas, hal lain yang kurang logik adalah jurus apologi. Karena para pemuka agama Islam kesulitan mencari negara berbasis agama Islam yang bisa dijadikan model/tauladan yang baik misalnya dalam hal demokrasi dan penegakan hukum, maka seringkali untuk menutupi kelemahan ini lalu mereka mengatakan bahwa negara lain: yang non Islam namun baik, itulah yang lebih Islami.

Misalnya saja hukuman tegas, yaitu mati, bagi para koruptor di RRC lalu diaku sebagai hukuman yang lebih Islami, lalu negara yang demokratis dan menghormati HAM secara baik seperti Eropa juga disebut lebih Islami daripada negara Islam; ini adalah jurus apologi yang sama sekali tidak fair, tidak logik, bahkan boleh dikata menipu umat: karena tidak mampu berprestasi sendiri, lalu meminjam prestasi orang/negara lain sebagai contoh, sekaligus sebagai pernyataan maaf atas ketidak mampuan berprestasi sendiri.

Demikian pula dalam hal moral dan etika, karena negara Islam tidak mampu menjadi teladan atau justru menjadi negara KKN dan pelanggar HAM nomor wahid seperti Indonesia, maka para agamawan Islam yang merangkap sebagai politikus selalu menimpakan atau mengalihkan ketidak mampuan ini pada “kambing hitam” yang lain, misalnya kebudayaan barat, internet, maraknya pronografi, atau kurangnya pelaksanaan hukum syariah Islam.

Padahal negara-negara modern yang aman, tentram, sejahtera, dan bermoral tinggi, justru negara-negara yang sudah sangat dewasa dimana penduduknya tidak begitu perduli dengan agama lagi ! Politik kambing hitam dan “buruk muka cermin dibelah” sangat membahayakan harmonisasi hubungan antar manusia didunia.

23. Seperti dikatakan diatas, Alquran adalah sangat terbatas, tidak sempurna, dan buku yang termasuk edisi lama (ribuan tahun y.l), maka keinginan untuk meng Islamisasi berbagai hal seperti hukum negara (syariah), perbankan, ilmu pengetahuan, bahkan kebudayaan adalah jauh dari nalar dan bertentangan dengan sifat Tuhan yang dinamis dan menjujung tinggi pluralisme. Islamisasi segalanya bagaikan membalikan dunia kemasa lampau seperti abad kegelapan Eropa (abad 17) disaat bangsa Eropa dibuat mendem/mabok agama Kristen oleh para pemuka agama dan penguasa politik!

24. Last but not least, dengan karakteristik Alquran yang: tiban (jatuh dr langit), isi kitab yang banyak bertentangan dengan logika, bias lokasi, bias budaya, sangat terbatas oleh isi, ruang dan waktu, bias gender, bias binatang, bias tafsir, nabinya (Muhammad) meninggikan nabi lain (Isa) dan keyakinan lain (Budha), kurang mencerminkan kecerdasan Tuhan, kurang mencerminkan sifat kasih sayang Tuhan (banyak sadismenya), statis-kaku-beku, dan sama sekali tidak mencerminkan ke dinamisan dan ke Maha Besaran Tuhan, mengandung pelanggaran HAM, dst., maka dapat disimpulkan bahwa Alquran justru bertentangan dengan sifat-sifat Tuhan itu sendiri. Dalam perkembangannya, kotbah ulama Islam lebih banyak mengakomodasi kebenaran-kebenaran umum dalam ceramah ke agamaannya.

Sebagai penutup, para profesor tsb. menyarankan agar:

o Untuk anak-anak, agar pendidikan budi pekerti lebih dipentingkan daripada agama (abstraksi anak-anak tentang Tuhan belum mampu). Di negara modern, agama sudah tidak diijinkan untuk diajarkan di sekolah-sekolah negeri, agama adalah tanggung jawab pribadi dan orang tua.



o Agama adalah kebebasan, maka sebaiknya dipilih setelah dewasa (bukan kanak-kanak). Memilih agama jangan hanya karena umatnya banyak (jutaan atau milyaran), melainkan karena mutunya dan tingkat rasionalitasnya. Agama yang baik tidak mementingkan jumlah umat, melainkan mutu ajaran dan umatnya.

Emas itu lebih sedikit daripada loyang/besi, doktor itu lebih sedikit daripada lulusan SMU/SMA, pemenang hadiah Nobel itu hanya segelintir manusia saja! Negara Belanda yang hanya sebesar Jawa Barat mampu menjajah Indonesia selama 300 tahun, Jepang yang hanya sebesar Sumatra mampu menundukan ekonomi dunia, jadi – jelas bukan? Bukan kuantitas, melainkan kualitas SDM.

Apa gunanya agama dengan umat yang banyak dan dominan disuatu negara pabila rasionya terbelakang? Jumlah umat yang banyak namun hanya mempunyai mental seperti kumpulan domba atau kumpulan ikan adalah justru memprihatinkan; sebab setiap domba adalah peserta sekaligus pemimpin pada saat yang sama, masing-masing saling tergantung satu sama lain, masing-masing begitu mudah saling menyesatkan.

Kumpulan ikan juga berkeliaran dengan cara yang sama. Tapi manusia adalah lain, kita tidak selayaknya mengikuti yang lain secara membabi buta! Kita punya hati nurani, kecerdasan dan nalar! Jadi, justru mungkin sekali bahwa agama yang irasional namun mayoritas justru akan membuat suatu negara menjadi terbelakang dan masyarakatnya tertinggal dibanyak hal (kecerdasan, kemakmuran, keamanan dan keadilan). Atau dengan kata lain, umat beragama yang banyak, mayoritas, dominan namun dengan kualitas SDM setingkat kumpulan domba atau ikan justru hanya akan membebani serta merugikan negara dan bangsanya!

Memilih agama tuk kemudian beragama secara santun, baik, dan benar harus tetap mengedepankan rasio yang kritis, analitis, dan berpengetahuan yang luas dan terbuka terhadap science dan agama/kepercayaan yang lain.

o Agama masih tetap diperlukan oleh banyak manusia sebagai salah satu pintu masuk untuk mengenal Tuhan, namun agama apapun seharusnya tidak boleh bertentangan dengan nalar/logika, apalagi menyetop pengetahuan (membatasi) tentang Tuhan sebatas pada nabi tertentu saja. Agama juga tidak boleh digunakan untuk membentuk dinding penyekat antar manusia, sebab Tuhan itu tidak membeda-bedakan.

o Dinegara modern, manusia sudah tidak mencari atau berhenti pada suatu agama beserta kitab sucinya yang sangat terbatas, melainkan terus mencari Tuhan Yang Maha Tak Terbatas! Manusia modern berpendapat bahwa agama yang sangat terbatas itu telah dipakai untuk: membatasi Tuhan demi kepentingan duniawi semata dan juga membatasi (mengkotak-kotakan) manusia, dan seringkali ujung-ujungnya adalah duit (UUD) dan kekuasaan!

o Pada umumnya, agama akan tumbuh dan berkembang dengan baik dinegara yang: miskin, tidak stabil dan terbelakang (pendidikan rendah, SDM masih bernalar rendah), serta banyak terjadi pelanggaran HAM dan KKN. Di negeri semacam ini, agama seringkali menjelma menjadi kekuatan/alat politik yang hebat, menjadi bahan mimpi (negara yang seperti surga) dan seringkali berubah wajah sekedar menjadi alat kekuasaan belaka serta menjadi alat perusak kerukunan bangsa!

Sedangkan bagi para pelaku pelanggaran HAM dan KKN kelas berat, agama adalah tempat persembunyian yang teraman, tenang dan tentram, inilah salah satu sebab maraknya kemunafikan! Sebaliknya, agama di negara maju-modern sudah dianggap tertinggal dan kurang diperlukan mengingat watak agama yang seolah-olah sengaja dibuat statis-kaku-beku oleh para penguasa agama; agama bagi manusia yang cerdas-maju-modern sudah bagaikan “sun set technology” (teknologi yang sudah mulai usang/terbenam).

o Penyebaran agama seringkali ditumpangi kebudayaan asal agama itu; bila tidak hati-hati, maka perkembangan suatu agama dapat memusnahkan atau melemahkan/melecehkan kebudayaan lokal setempat.

o Cara suatu bangsa memahami dan mempraktekan agama/Tuhan mencerminkan tingkat penalaran bangsa itu sendiri.

o Beberapa oknum pemuka agama mencoba mengkelabui umatnya dengan menandaskan bahwa kitab sucinya serba bisa-serba pintar, misalnya bisa menjelaskan fisika, biologi, ekonomi, perbintangan, nuklir, komputer, dst. Para ilmuwan busuk lalu diminta mengarang buku-buku yang isinya, sebenarnya mengada-ada serta mereka-reka, seolah-olah kitab suci itu maha bisa, maha kuasa, dan maha luar biasa; padahal sebaliknya maha terbatas (baca point 7 diatas)!

Ingat, tak ada seorang ilmuwan top pemenang hadiah Nobel yang mengkaitkan kepakaran keilmuannya dengan kitab suci, sebab kitab suci ditulis untuk menjelaskan adanya kehidupan yang jauh lebih baik setelah mati (surga) beserta cara untuk dapat sampai kesana (surga), jadi kitab suci ditulis bukan untuk menjelaskan fisika, biologi, ekonomi, perbintangan, nuklir, komputer, dst.

Gejala rekayasa ini, yang baru marak di Indonesia, dapat dipahami mengingat sejarah lampau agama Kristen/Katholik yang mulai ditinggalkan oleh para ilmuwan akibat kebekuan dan kekakuannya. Untuk menghindari nasib serupa (Islam ditinggalkan oleh umatnya), maka oleh sementara pemuka Islam, dirasa perlu dikarang ke maha hebatan kitab suci (Alquran) yang mampu apa saja! Dan gerakan ini biasa disebut Islamisasi Ilmu Pengetahuan.

Harap hati-hati dengan kecap nomor 1 dari oknum pemuka agama ini! Sungguh dapat dikatakan bahwa para oknum pemuka agama ini telah: menyesatkan, membodohi serta membuat bodoh umatnya bahkan bangsanya! Ingat di abad 17 hal sama telah terjadi di Eropa, saat Paus menghukum ilmuwan kelas Dunia seperti Gallileo, Kopernikus, dan Charles Darwin karena pendapat ilmuwan ini dianggap tidak Kristiani dan menentang kitab Injil.

Bila tidak hati-hati, sejarah akan berulang kembali di Indonesia, akan terjadi penghukuman ilmuwan atas dasar tidak Islami dan menentang Alquran.

SEBAGAI PENUTUP, ITULAH BERBAGAI TANTANGAN YANG PALING BERAT BAGI UMAT ISLAM (DAN JUGA AGAMA LAIN). Masa depan agama sangat tergantung pada tingkat rasionalitas para pemimpin agama beserta umatnya.

Agama yang tidak rasional sebaiknya bubar saja! Manusia modern-kritis-cerdas-analitis-bijak merasa sudah tidak perlu beragama lagi, namun merasa tertantang untuk teru-smenerus untuk hidup secara baik-benar-religius.

Mohon bantuan agar artikel ini dapat disebarluaskan, demi mencegah kesempitan beragama yang akan bermuara pada: penyempitan ke Maha Besaran Tuhan, pengkotak-kotakan manusia, kemunduran negara dan kerusuhan serta kriminal berbaju agama seperti terorisme dan perusakan/pelarangan atas beda faham.

Sekali lagi, agama masih sangat diperlukan, namun setiap agama harus selalu dijaga agar tidak boleh bertentangan dengan nalar/logika, untuk itu setiap agama perlu mengadakan revisi dan reformasi secara berkala, sebab Tuhan bukan hanya masa ribuan tahun yang lalu, melainkan masa depan yang masih milyaran tahun lagi.

Kritik dan saran anda yang positip sangat ditunggu dan diharapkan, demi revisi artikel ini. Mohon dihindari emosi dan kebodohan yang tidak perlu dalam menanggapi setiap isi artikel yang cerdas; sebab sering terjadi dikarenakan ketidak mampuan menerima pendapat orang lain yang lebih: intelektual, maju, cerdas dan bijak, lalu mengakibatkan tanggapan emosional misal dalam bentuk anjuran untuk penutupan web site, atau bahkan fatwa hukuman mati (seperti fatwa untuk Salman Rusdi dan Ulil Absar Adhala). Terima kasih…



Sumber:
Ditulis oleh seorang netter di FFI