SWARA NON-MUSLIM

Blog ini di-dedikasikan bagi kalangan non-muslim Indonesia!

Hi guys, apa kabar? Gimana keadaan di Indonesia sekarang?

FYI:

Sementara blog ini sedang di maintenance silakan click blog ini

-------> nabimuhamad.wordpress

Semua artikel di blog itu bisa langsung di download (PDF file). Juga tersedia terjemahan buku-buku "subversif" dalam bhs Indonesia yg tidak mungkin boleh diterjemahkan & disebarkan secara 'legal' di negara-negara mayoritas islam, include Indonesia, karena akan bikin para muslimer penganut "agama damai" itu ngamuk bin kalap.

Buruan download ebook-nya mumpung belum disensor oleh muslim yg ketakutan islamnya dibongkar habis kepalsuannya.

Untuk info lainnya silahkan email aku: namasamaran@riseup.net atau follow twitterku:@islamexpose

Selamat datang dalam Terang Kebenaran. God bless you all


Muhammad Susah Melepaskan Diri

dari Agama Asalnya


by Ayesha Ahmed (01 May, 2007)


Sang nabi besar kita memilih cara-cara ibadah dari seluruh agama besar di jamannya sehingga semua Muslim dapat menerima anugrah dari tuhan masing-masing agama. Karena dia lahir sebagai pagan (Hindu), maka sudah jelas agama Hindulah yang terdekat di hatinya. Karena itulah dia tidak dapat tidak memilih Dewa Bulan, salah satu dewa dalam agama Hindu sebagai Tuhan dalam Islam dan bulan sebagai simbol Islam.

“Umat Hindu menyebut Dewi Bulan Durga sebagai “Allah” bagi lafal ibadah dalam bahasa Sankrit sejak jaman awal Hinduisme.” - referensi: Kaaba adalah Kuil Hindu.

Muhammad juga memilih kuil Dewa Siva agama Hindu yakni Ka’bah (yang dibangun oleh Raja Vikramaditya bagi sang Dewa Bulan Siva) sebagai tempat tersuci dan menuntut semua Muslim sholat dan menyembah ke arahnya. Sebagai tambahan, dia memilih ibadah Hindu naik haji sebagai bentuk ibadah termulia dan satu-satunya ibadah yang dapat menghapus semua dosa. Dia memilih batu hitam (Hajar Aswad, yang merupakan simbol lingga (atau alat kelamin), yang dibuat sebagai bagian dari kuil Siva Ka’bah oleh Raja Vikramaditya), sebagai batu paling suci dalam Islam, untuk disentuh dan dicium oleh semua Muslim yang naik haji.

Naskah Raja Vikramadityan yang ditemukan dalam Ka’bah di Mekah merupakan bukti yang tidak dapat disangkal bahwa Jazirah Arabia merupakan bagian dari Kekaisaran India di masa lalu, dan dia yang sangat menjunjung tinggi Deva Siva lalu membangun kuil Siva yang bernama Ka’bah. Naskah penting Vikramaditya ditemukan tertulis pada sebuah cawan emas di dalam Ka’bah di Mekah, dan tulisan ini dicantumkan di halaman 315 dari buku yang berjudul ‘Sayar-ul-Okul’ yand disimpan di perpustakaan Makhtab-e-Sultania di Istanbul, Turki. Inilah tulisan Arabnya dalam huruf latin:
"Itrashaphai Santu Ibikramatul Phahalameen Karimun Yartapheeha Wayosassaru Bihillahaya Samaini Ela Motakabberen Sihillaha Yuhee Quid min howa Yapakhara phajjal asari nahone osirom bayjayhalem. Yundan blabin Kajan blnaya khtoryaha sadunya kanateph netephi bejehalin Atadari bilamasa- rateen phakef tasabuhu kaunnieja majekaralhada walador. As hmiman burukankad toluho watastaru hihila Yakajibaymana balay kulk amarena phaneya jaunabilamary Bikramatum".
(Page 315 Sayar-ul-okul).
[Note: The title ‘Saya-ul-okul’ signifies memorable words.]

Terjemahan bahasa Indonesianya adalah:
“Beruntunglah mereka yang lahir dan hidup di masa kekuasaan Raja Vikram. Dia adalah orang yang berbudi, pemimpin yang murah hati, berbakti pada kemakmuran rakyatnya. Tapi pada saat itu kami bangsa Arab tidak mempedulikan Tuhan dan memuaskan kenikmatan berahi. Kejahatan dan penyiksaan terjadi di mana-mana. Kekelaman dosa melanda negeri kami. Seperti domba berjuang mempertahankan nyawa dari cakaran kejam serigala, kami bangsa Arab terperangkap dalam dosa. Seluruh negeri dibungkus kegelapan begitu pekat seperti malam bulan baru. Tapi fajar saat ini dan sinar mentari penuh ajaran yang menyejukkan adalah hasil kebaikan sang Raja mulia Vikramaditya yang pimpinan bijaksananya tidak melupakan kami – yang adalah orang-orang asing. Dia menyebarkan agamanya yang suci diantara kami dan mengirim ahli-ahli yang cemerlang bersinar bagaikan matahari dari negerinya kepada kami. Para ahli dan pengajar ini datang ke negeri kami untuk berkhotbah tentang agama mereka dan menyampaikan pendidikan atas nama Raja Vikramaditya. Merkea menyampaikan bimbingan sehingga kami sadar kembali akan kehadiran Tuhan, diperkenalkan kepada keberadaanNya yang suci dan ditempatkan di jalan yang Benar.”

Banyak batu-batu bagian dari Ka’bah yang menunjukkan kata-kata Sanskrit yand ditulis di jaman kaum pagan, akan tetapi gorden yang diletakkan di sekeliling Ka’bah menutupi tulisan-tulisan ini.

Hajar-e-Aswad merupakan batu hitam berbentuk oval, dengan diameter 7 inci, tinggi 2 kaki 6 inci, dengan bentuk alat kelamin. Mencium dan berdoa pada batu mewakili doa bagi syahwat dan kesuburan. Ini merupakan tata cara ibadah Arab pagan yang juga dilakukan Muhammad dengan mencium Hajar-e-Aswad, dan berdoa pada shakti (kata hindi untuk kekuatan) agar pria punya kekuatan seksual yang jooozzzz dan kesuburan perempuan yang top pula.

Sahih Bukhari, halaman 396, No. 808
`Umar (semoga Allah memberkatinya) datang mendekat ke Batu Hitam dan menciumnya dan berkata, “Jika aku tidak melihat Rasul Allah menciummu, maka aku tidak akan menciummu.”

Sudah jadi pengetahuan umum bahwa orang-orang Arab pagan yang kaya raya dan makmur jarang berhasil menghamili istri-istrinya sekali atau dua kali dalam hidup mereka. Akibatnya populasi orang kaya ini menurun. Untunglah ada berkat kesuburan dan daya seks tinggi dari mencium dan menyentuh batu hitam. Inilah sebabnya mereka diperbolehkan punya sampai empat istri dan budak-budak seks yang tiada batasnya, sehingga mereka bisa beranak pinak bagaikan kelinci. Tanyakan saja pada orang Perancis kenapa dulu Muslim jumlahnya sangat kecil dan tiba-tiba saja dalam waktu 20 tahun jadi sangat banyak. Jika ini bukan bukti kebudayaan Islam, lalu apa sebabnya dong? (Dr. Zaheer dan Dr. Ghamdi bisa membahas kenyataan ini dalam debates mereka di Faithfreedom.org)

Salah satu tradisi Hindu yang dipertahankan nabi besar kita dari kebudayaan Hindu masa lalunya adalah konsep air suci di masa naik haji gaya Hindu. Menurut tradisi Hindu, air Gangga itu tidak bisa dipisahkan dari lambang Shiva yang berupa bulan sabit. Di mana ada lambang Shiva, maka air suci juga harus ada. Sesuai dengan hal ini, terdapat mata air tak jauh dari Ka’bah. Airnya, yang disebut air Zam-Zam, dianggap suci karena secara tradisional dianggap mewakili air sungai Gangga sejak jaman sebelum Islam.

Muslim pelaku ibadah haji yang pergi ke Ka’bah, menganggap air Zam-Zam itu suci dan memasukkan sebagian air ke dalam botol untuk dibawa pulang. Hal ini sama dengan yang dilakukan umat Hindu di sungai Gangga kalau lagi melakukan ibadah keagamaan. Banyak kaum Muslim yang membasahi kain kafan dengan air Zam-Zam, dan ini sama dengan tradisi agama Hindu kuno yang membasahi jenazah dengan air Gangga yang suci.

Sang Nabi juga mempertahankan ibadah Hindu yang mengelilingi Ka’bah tujuh kali pada saat melakukan ibadah haji. Hal ini pun dilakukan kaum pagan Arab sebagai bagian dari ibadah Hindu sebelum Nabi menaklukkan Mekah. .

Hal lain yang diambil nabi islam ini dari Hinduisme adalah konsep mengapus semua dosa melalui ziarah ke kuil-kuil Hindu di sungai Gangga dan menyelam di air Gangga. Sang Nabi berkata Muslim dapat menghapus semua dosa dengan berziarah ke Ka’bah dan meminum air suci Zam-Zam. Konsep naik haji ini merupakan win-win situation bagi semua yang bersangkutan. Bayangkan saja, Dewa Shiva akan senang melihat berjuta-juta umat datang, menyembah di kuilnya, mencium lambang alat kelaminnya. Di lain pihak umat yang naik haji termasuk para pembunuh, pedofil, pezinah, perampok dan pemerkosa semuanya bakal senang karena dosa mereka seumur hidup dihapus begitu saja hanya dengan berjalan tujuh kali mengelilingi Ka’bah. Selain itu, para pedagang lokal dan Mualim (pemimpin doa) juga turut bahagia karena kebanjiran nafkah besar.

Muhammad juga mempertahankan kata “Eid” yang diambil dari Hinduisme untuk merayakan terlaksananya ibadah haji di kuil Shiva Ka’bah. Dalam bahasa Sanskrit, Eid berarti menyembah. Kata Islam Eid untuk hari raya ibadah, merupakan kata asli Sanskrit. Kaum Hindu juga sembahyang sepanjang malam pada dewi bulan Durga (auwloh) di malam-malam tertentu yang disebut “Jagratta” dan percaya dengan melakukan doa semalam suntuk maka mereka akan mendapatkan lebih banyak anugrah. Muhammad tidak mau Muslim kehilangan anugrah-anugrah ini sehingga dia mengikutsertakan tiga “Jagratas” dalam Islam, yakni sholat shab-e-Qadar, Shab-e-Barat dan Shab-e-Meraj yang berharga lebih tinggi dibandingkan sholat-sholat biasa. Muslims takwa sholat bagaikan orang gila di malam-malam suci ini untuk meraih bonus berkat extra yang lebih banyak (kebanyakan mereka tidak bisa berjalan lagi keesokan harinya setelah duduk tegak sepanjang malam).

Kesimpulannya, nabi islam ini mengikutsertakan ibadah dan konsep Hindu agar Muslim juga diberkati oleh Dewa Shiva dan Dewi Durga (auwloh), juga oleh Yahweh, Tuhannya Abraham, dan Ahuramazda, tuhannya Zoroastrian, yang ibadahnya juga diambil Muhammad untuk menciptakan agama Al Islam).




Mengambil dewa bulan “Allah” dari agama Hindu sebagai Tuhan dalam Islam


Membuat kuil Hindu Dewa Shiva Ka’bah sebagai tempat tersuci dalam Islam


Membuat batu hituam sebagai batu tersuci Islam dan menentukan sunnah nabi untuk menyentuh dan menciumnya.


Menganut ziarah Hindu naik haji dan umroh sebagai ibadah tertinggi Islam.


Menggunduli kepala sama seperti yang dilakukan kaum Hindu pada saat ziarah


Mengelilingi kuil Shiva Ka’bah sebanyak 7 kali, sama seperti yang dulu dilakukan kaum Hindu


Melakukan konsep Hindu membersihkan dosa dengan melakukan ziarah ke tempat suci


Mengumpulkan air suci yang mewakili Gangga Jal (air zam-zam) sama seperti kaum Hindu mengumpulkan air suci sungai Gangga untuk dibawa pulang


Pakai baju putih tanpa jahitan kala naik haji sama seperti yang dikenakan kaum Hindu saat melakukan ibadah dan ziarah


Merayakan tuntasnya ibadah haji ke Kuil Shiva Ka’bah dan menamakan hari tersebut sebagai hari raya Eid yang merupakan kata ibadah Hindu dari bahasa Sanskrit


Memasukkan semua malam doa Jagratta kepada sanga Dewi Bulan Durga (Allah) sebagai bagian dari Islam.



Sumber:
http://www.islam-watch.org/AyeshaAhmed/Paganism-Hinduism-in-Islam.htm