.
GOSSIP DI MEDINA
TENTANG AISYAH SERONG
Mengungkap Perselingkuhan
Istri Sang Nabi Muhammad
Oleh Mumin Salih
21 September, 2009
H |
adithul-ifk, berarti ‘ucapan dusta’, adalah istilah yang diberikan atas gosip yang beredar di kota Medina sewaktu tentara Muslim kembali pulang setelah mengalahkan suku Yahudi Bani Al-Mustaliq. Tentara Muslim menang dengan mudahnya atas suku Yahudi ini dan kembali dengan begitu banyak tawanan budak² dan harta jarahan perang. Akan tetapi, saat yang seharusnya penuh kegembiraan itu berubah menjadi salah satu kejadian yang paling memalukan dalam hidup Muhammad.
Apa sih yang lebih memalukan bagi seorang pria yang pulang kembali ke rumah dan mendapatkan istrinya ternyata sedang berada di luar rumah dengan pria lain? Kau bisa bayangkan sendiri bagaimana perasaan Muhammad ketika dia bersama warga Medinah melihat istri kesayangannya (Aisyah) masuk kota Medina naik unta dengan pria lain yang bernama Safwan ibn Al Muattal!!
Apapun yang terjadi antara Aisyah dan Safwan di hari itu membuat semangat Muhammad rontok, wibawanya sebagai lelaki hancur berantakan dan umat Muslim di kota itu pun jadi terpecah. Sampai sekarang pun umat Muslim tetap saja terpecah dan berbeda pendapat tentang peristiwa Aisyah dan Safwan. Beberapa peperangan sengit diantara kelompok² Muslim yang memakan korban puluhan ribu nyawa ternyata bersumber dari peristiwa skandal Aisyah dan Safwan ini. Artikel ini membahas tentang kejadian memalukan tersebut, yang juga ditulis dengan lengkap di berbagai buku² Sira Rasul, dan dijabarkan melalui sudut pandang seorang mantan muslim (penulis, Mumin Salih). Artikel ini mencoba menerangkan mengapa ‘wahyu’ illahi sangat lambat difirmankan di saat yang paling dibutuhkan.
Begini Lho Kisahnya
Muhammad sering membawa satu dari istri²nya untuk pergi bersamanya ketika dia melakukan ‘ghazwa’ atau perampokan terhadap kafir, yang dianggapnya sebagai piknik. Muhammad sangat menikmati ghazwa² ini sedemikian rupa sehingga dia menyelenggarakannya beberapa kali setiap tahun. Di tahun ke-6 setelah Hijrah, Muhammad membawa Aisyah untuk menemaninya ketika dia dan tentara Muslim menyerang suku Yahudi Bani Al-Mustaliq. Serangan mendadak itu sangat sukses; kebanyakan pria suku itu dibantai dan istri² dan anak² mereka lalu diperbudak. Diantara tawanan² perang terdapat Juwayriyah, istri kepala suku Yahudi yang sangat cantik. Sumber² sejarah Islam mengungkapkan derajat sosial Juwayriyah yang tinggi, dan mengatakan bahwa dia merupakan salah seorang wanita tercantik di Arabia. Wanita ini tidak hanya sangat cantik, tapi juga terpandang karena dia dibesarkan sebagai putri bangsawan. Aisyah sendiri mengakui bahwa dia benci Juwayriyah pertama kali melihatnya karena kecantikan Juwayriyah yang memukau. Aisyah juga mengakui bahwa dia cemburu pada Juwayriyah, karena dia tahu bahwa suaminya pasti terpesona pula akan kecantikan Juwayriyah. Memang dugaan Aisyah tepat sekali; dengan seketika Muhammad menghapus status budak Juwayriyah dengan menikahinya.
Menurut Aisyah, sewaktu tentara Muslim berhenti untuk beristirahat dalam perjalanan pulang ke Medina di malam hari, dia harus pergi ke luar untuk buang air. Dia terlambat kembali karena mencari kalungnya yang terjatuh ketika buang air. Ketika Aisyah kembali ke tempat tentara Muslim istirahat, dia menemukan mereka sudah meninggalkan tempat itu. Karenanya, Aisyah menunggu di tempat sambil berharap Muhammad akan kembali dan menjemputnya. Ternyata Muhammad tidak kembali menjemputnya dan dia bahkan tidak tahu Aisyah tidak ikut dalam rombongan ketika tiba di Medina.
Safwan ibn Al Muattal melihat Aisyah, dan dia mendekatinya sambil menawarkan ikut menunggangi untanya. Sawan adalah salah seorang mujahirun, atau pengikut Muhammad yang ikut hijrah dari Mekah, dan dia tertinggal tentaranya. Safwan dan Aisyah akhirnya tiba di Medina di mana Muhammad dan tentaranya sedang menunggu. (1,2)
Menurut Ibn Hisham, kisah ini disampaikan oleh Aisyah. Kisah ini menyiratkan bahwa Aisyah buang air jauh lebih lama dari waktu panjang yang dibutuhkan tentara Muslim untuk bersiap-siap berangkat dan akhirnya pergi menghilang dari tempat itu. Kisah ini juga menunjukkan bahwa Aisyah tidak mendengar atau merasakan seluruh gerakan² lebih dari 700 tentara, dengan para tawanan wanita, anak², kuda², dan unta². Kisah ini juga menunjukkan bahwa Aisyah tertinggal dan Muhammad sama sekali tak merisaukan keberadaan Aisyah sehingga dia tak tahu Aisyah ada diantara kelompok Muslim atau tidak. Aisyah yang manja dan masih muda itu tidak terbiasa dicuekin suaminya, yang mungkin lagi asyik terpesona oleh istri barunya, hasil penjarahan, si Juwayriyah.
Pemandangan Aisyah dan Safwan masuk kota Medina berdua menunggangi seekor unta tentunya merupakan pemandangan yang ganjil berdasarkan keadaan dan budaya Muslim Arab saat itu. Kejadian ini menyebabkan umat Muslim bergossip dengan hebohnya, meskipun Aisyah dan Safwan menyangkal berbuat kesalahan. Ibn Abi Salul adalah ketua suku Al Khazraj, dan dia merupakan seorang dari beberapa orang² Arab di Medina yang menentang Muhammad dan menolak kehadiran Muhammad di kotanya. Ibn Abi Salul melihat dengan rasa tak percaya Aisyah masuk Medina bersama seorang pria bukan muhrimnya dan lalu Ibn Abi Salul terang²an menyatakan keraguannya bahwa Aisyah dan Safwan bisa begitu lama berdua tanpa ngeseks segala. Kecurigaan kotor Ibn Abi Salul ini sebenarnya sesuai dengan ajaran Muhammad sendiri; sebab Muhammad-lah yang mengajarkan di hadis sahih bahwa “jika seorang pria dan wanita berduaan saja, maka Setan pun hadir sebagai sosok ketiga.” Ibn Abi Salul berkata dengan jelas dan terbuka apa yang dipikirkan kebanyaka orang secara diam².
Ketegangan Antara Muslim Anshar dan Muslim Muhajirun
Saat munculnya skandal ini juga memperparah ketegangan hubungan antara Muslim muhajirun (pengikut Muhammad di Mekah yang ikut berhijrah bersama ke Medina/Yathrib (nama asli kota Medina sebelum Muhammad menggantinya)) dan Muslim Anshar (penduduk asli Medina). Menurut sejarawan Ibn Hisham, setelah perampokan terhadap Al Mustaliq selesai, terjadi perkelahian antara seorang Muslim Medina dan pembantu Umar (dari kelompok Muslim Muhajirun). Perkelahian ini menyebar dengan cepat dan mengikutsertakan lebih banyak orang dari masing² kelompok. Ibn Abi Salul marah sekali ketika dia mengetahui perkelahian ini dan mengancam mempertimbangkan apakah Muslim muhajirun layak untuk tetap tinggal di kotanya (Medina).
Sudah sewajarnya bahwa masyarakat Medina mengira kasus skandal Aisyah akan selesai dengan cepat karena mereka percaya Muhammad punya kontak langsung dari Allâh-nya yang ‘Maha Mengetahui.’ Wahyu² illahi sangat amat dibutuhkan di saat genting ini, tapi ternyata wahyu tak kunjung muncul. Tiadanya wahyu diartikan bahwa Aisyah memang bersalah dan orang² jadi curiga bahwa dia telah berzinah. Bahkan tokoh² utama Muslim seperti Ali, yang nantinya jadi Kalifah Ketiga, dan Hassan Ibn Thabit, penyair Muhammad, mulai menyebarkan gossip tak sedap di seluruh Medina. Muhammad sendiri juga mencurigai Aisyah dan karenanya dia tidak mau menengok Aisyah yang sedang sakit dan tinggal bersama orangtuanya selama hampir sebulan. Sikap diamnya Muhammad memperparah keadaan; Muhammad tampak bingung dan tidak bisa mengambil keputusan akan masalah genting ini.
Setelah sebulan penuh siksaan bathin, akhirnya Jibril turun dengan kabar bahwa Aisyah tidak berdosa dan mereka yang menganggap Aisyah berzinah adalah orang² yang bersalah. Ini lho ayatnya:
Q 24:11
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.
Ayat ini mengutuk mereka yang menganggap tiadanya wahyu sebagai pertanda bahwa Aisyah bersalah dan menunjuk mereka sebagai pembohong dan orang yang berdosa. Yang dimaksudkan Allâh tentunya adalah Ibn Abi Salul, tapi Allâh rupanya tidak berani terang²an menyebut namanya karena takut hal ini akan membuat Muslim Khazraj ngamuk!
Dengan mewahyukan ayat ini, sebenarnya Muhammad menyangkal ajarannya sendiri. Bukankah dia yang dulu berkata di hadis sahih: “jika seorang pria dan wanita berduaan saja, maka Setan pun hadir sebagai sosok ketiga.” Orang² yang meragukan Aisyah tak bersalah adalah orang² yang menerapkan ajaran Muhammad sendiri. Mereka berharap wahyu akan datang untuk menyatakan Aisyah tak bersalah, tapi ternyata hal itu tak terjadi, sehingga mereka menduga hal ini karena Aisyah memang bersalah. Bagaimana mereka bisa tahu bahwa Allâh butuh waktu sebulan untuk menyatakan firmanNya?
Seperti biasanya, para Muslim lalu berpikir logis dan beradab hanya jika mereka sendiri yang jadi korban. Mereka tiba² saja percaya prinsip beradab bahwa orang tidak bisa dianggap salah sebelum ada bukti yang menunjukkan kesalahan tersebut, dan ini sebenarnya bertentangan dengan ajaran Muhammad. Muhammad mengajarkan pengikutnya bahwa Setan membujuk wanita dan pria untuk ngesex jika mereka sedang berduaan saja. Umat Muslim melaksanakan ajaran² ini di seluruh negara² Islam yang menerapkan Syariah, seperti Saudi Arabia, dengan ancaman hukuman yang mengerikan. Saudi Arabia itu terkenal dengan begitu banyak kisah mengerikan tentang hukuman yang menimpa wanita yang bepergian dengan pria yang bukan muhrimnya (pria yang bukan sanak keluarganya) atau wanita yang jalan² sendirian saja. Sami Al Rabaa dalam bukunya yang berjudul ‘Karen di Saudi Arabia’ menerangkan ngerinya praktek hukum barbar ini. (3)
Mengapa Kok Sampai Sebulan?
Muhammad sering menghadapi masalah sulit; dia adalah ‘Nabi’ yang berpengalaman dan tahu cara keluar dari kesulitan dengan mengeluarkan ayat² illahi nan sakti. Akan tetapi, dia ternyata tak berdaya dalam menghadapi gosip skandal Aisyah; yang bisa dilakukannya hanyalah menunggu saja. Muhammad menunggu sebulan sebelum menyatakan wahyu sebab khawatir Aisyah akan hamil dan ini bisa bertentangan dengan isi ayat yang diwahyukannya. Jika Aisyah hamil, hal ini jelas membuktikan bahwa Aisyah berzinah karena Muhammad tidak berhubungan sex dengan Aisyah sejak dia menikahi Juwayriyah. Setelah tiba di Medina, Aisyah sakit dan hidup bersama orangtuanya yang merawatnya; Muhammad tidak bicara dengannya selama sebulan. Selain itu, kenyataan menunjukkan bahwa Aisyah tidak pernah hamil setelah menikah dengan Muhammad selama bertahun-tahun; dengan demikian jika Aisyah hamil sekarang maka hal ini akan menimbulkan banyak kecurigaan.
Perselingkuhan Aisyah, yang jelas merupakan hal yang membuat Muhammad gundah, merupakan masalah yang dapat ditanganinya jika hal itu merupakan masalah pribadi. Akan tetapi, keadaan jadi bertambah pelik karena berita perselingkuhan Aisyah telah menyebar ke seluruh kota. Tapi hal ini pun bisa diselesaikan dengan mudah andaikan saja Muhammad menyatakan wahyu illahi yang menerangkan duduk perkara dan keputusan Allâh.
Muhammad tentunya amat lega ketika Aisyah mengalami datang bulan lagi dan tidak hamil. Dengan demikian kehormatan Aisyah bisa kembali utuh. Muhammad lega karena terhindar dari beban berat dan dia seketika menyatakan wahyu yang telah lama dinantikan.
Apakah Aisyah Memang Serong?
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Muhammad mencintai Aisyah lebih daripada istri²nya yang lain, termasuk Juwayriyah, istri barunya yang cantik jelita. Muhammad mungkin menganggap Juwayriyah sebagai boneka baru yang menarik hati, tapi Aisyah adalah istrinya yang tercinta. Istri² Muhammad yang lain juga tahu akan kasih sayang Muhammad terhadap Aisyah. Ketika Muhammad akan menceraikan Saodah karena sudah terlalu tua, Saodah memohon pada Muhammad agar tidak diceraikan dan menawarkan waktu gilirannya ditiduri Muhammad untuk diberikan pada Aisyah. Tawaran ini ternyata disambut Muhammad dengan baik, dan Muhammad tidak jadi menceraikan Saodah karena dia tidak usah ngesex dengan wanita tua itu lagi.
Aisyah adalah anak perempuan yang cerdas, percaya diri, dan sangat sensitif terhadap apa yang bisa mengancam kedudukannya. Di suatu saat, Aisyah tidak ragu untuk mengakali istri Muhammad yang baru agar diceraikan oleh Muhammad. Aisyah menasehati istri baru ini untuk mengatakan “Aku mencari perlindungan dari Allâh terhadapmu” di malam pengantin. Akibatnya, Muhammad menceraikan istri barunya, sedangkan Aisyah tetap tampil seakan tak berdosa.
Klik > Ketika Muhammad menunjukkan bayi lakinya yakni Ibrahim (dari gundiknya Mariah bin Kuptiah) pada Aisyah, tanggapan Aisyah adalah, “Bayinya kok tidak mirip dengan Muhammad” dan ini menyiratkan bahwa Mariah bin Kuptiah serong dengan lelaki lain sampai hamil. Di lain waktu, ketika Aisyah tahu bahwa Qur’an isinya tak lain dari penghalalan semua hasrat Muhammad, dia berkata pada Muhammad, “Kulihat Allâh-mu itu gesit sekali mewujudkan semua hasratmu.” Tiada seorang pun yang berani mengucapkan kata² sindiran pedas seperti itu tanpa takut dihukum kecuali Aisyah.
Kita mungkin tidak akan pernah tahu pasti apakah sebenarnya yang benar² terjadi diantara Aisyah dan Safwan. Apakah Safwan memang benar ketinggalan tentara atau apakah kelambanan Safwan mengikuti tentara Muslim memang sudah direncanakan? Beberapa ahli Islam menjelaskan Safwan tidak mengikuti tentara Muslim karena sibuk mengumpulkan barang² peninggalan tentara, tapi ini hanyalah asumsi karena tiada bukti sejarah tertulis apapun tentang hal ini. Apakah mungkin istri dari insan yang paling sempurna ternyata berbuat serong? Jawabannya adalah: iya, mungkin saja, sebab Aisyah punya banyak alasan untuk melakukan serong.
Aisyah adalah gadis remaja manja yang sadar betul bahwa Muhammad tergila-gila padanya. Dia sangat menikmati kedudukannya sebagai istri kesayangan Muhammad dan dia tentu berusaha mempertahankan kedudukannya dengan sangar. Di penyerangan terhadap Bani Al-Mustaliq, Aisyah tentunya sangat tersinggung ketika mengetahui perhatian Muhammad beralih kepada Juwayriyah, wanita yang dibencinya. Dari perbuatan²nya terdahulu, jelas tampak bahwa Aisyah bukanlah gadis yang menerima nasibnya dengan pasrah.
Sudah sewajarnya jika kita menganggap bahwa Aisyah dan istri² sang Nabi lainnya kurang dapat sentuhan seksual dari suami, karena terlalu banyaknya jumlah istri bagi seorang pria yang sudah uzur. Pernyataan Islamiah bahwa kekuatan ngesex Muhammad setara dengan kekuatan ngesex 40 pria (4) tentunya hanyalah dusta Islam belaka dan hal ini tak dianggap sebagai kebenaran oleh kafirun. Selera Muhammad yang besar terhadap wanita bukan berarti bertambahnya kekuatan seksual; malah ini menunjukkan kemungkinan Muhammad mengidap impotensi.
Aisyah adalah gadis muda yang menyadari bahwa dia diperlakukan tak adil oleh suaminya yang berusia lebih tua daripada ayahnya. Dia belum berpengalaman dan tidak tahu bagaimana hubungan suami istri yang saling menghormati. Nasib Aisyah sangat buruk karena dia hanya boleh berhubungan dengan suaminya yang sudah tua saja dan tidak boleh menikah lagi setelah suaminya mati. Perintah Muhammad yang melarang umat Muslim menikahi istri²nya juga menunjukkan bahwa dia ingin menutupi sesuatu hal tentang daya sexnya. Gimana jika istri²nya pada hamil setelah menikah dengan suami² baru sedangkan dulu sewaktu menikah dengannya mereka tidak pernah hamil? Kan repot tuh jika ketahuan bahwa sang Nabi Islam ternyata impoten. Dengan cara melarang menikah lagi setelah Muhammad mati, maka rahasia daya sex Muhammad tetap terkubur.
Muhammad meminta umatnya untuk belajar separuh dari agama Islam dari Aisyah. Memang betul bahwa Aisyah-lah yang menyampaikan hadis² jauh lebih banyak daripada istri² Muhammad yang lain. Kebanyakan hadis² yang disampaikan Aisyah berhubungan dengan hubungan sex antara pria dan istrinya; dan ini merupakan jenis hadis ‘untuk orang dewasa saja.’ Untuk menangkis kritik apapun terhadap hal memalukan ini, Muslim diajari bahwa tiada hal yang memalukan dalam agama (la haya fid din). Menurut Muhammad hadis²sexual itu merupakan separuh dari agama Islam!
Salah satu dari hadis² yang disampaikan Aisyah menyatakan bahwa Muhammad sering mengelus-elus istrinya yang sedang datang bulan dan Aisyah memuji kemampuan Muhammad untuk mengontrol ejakulasi. Di akhir hadis, Aisyah bertanya, “Siapakah dari antara kalian yang mampu menahan ejakulasi lebih hebat daripada Rasul Allâh?” (5)
Bagaimana Aisyah bisa tahu akan hal ini? Apakah dia membandingkan kemampuan kontrol ejakulasi Muhammad dengan Safwan ibn Al Muattal? Walahualam bisawab :)
Daftar Pustaka (Catatan Kaki):
1) Ibn Sa’ad, Al Tabakat Al Kubra, vol.8 (Arabic)
2) Ibn Hisham, sira al nabaweyya (Arabic)
3) Dr. Sami Alrabaa, Karen in Saudi Arabia
4) Sahih al Bukhari, chapter of washing, Narrated by Anas. (Arabic)
5) Al Lulu wa Al Marjan fima ittaffaqa alihi al shaikhan: Muslim and Bukhari, hadith No.168; 173 (Arabic)
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/gossip-di-medina-tentang-aisyah-serong-t35175/
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/gossip-di-medina-tentang-aisyah-serong-t35175/#p526138