SWARA NON-MUSLIM

Blog ini di-dedikasikan bagi kalangan non-muslim Indonesia!

Hi guys, apa kabar? Gimana keadaan di Indonesia sekarang?

FYI:

Sementara blog ini sedang di maintenance silakan click blog ini

-------> nabimuhamad.wordpress

Semua artikel di blog itu bisa langsung di download (PDF file). Juga tersedia terjemahan buku-buku "subversif" dalam bhs Indonesia yg tidak mungkin boleh diterjemahkan & disebarkan secara 'legal' di negara-negara mayoritas islam, include Indonesia, karena akan bikin para muslimer penganut "agama damai" itu ngamuk bin kalap.

Buruan download ebook-nya mumpung belum disensor oleh muslim yg ketakutan islamnya dibongkar habis kepalsuannya.

Untuk info lainnya silahkan email aku: namasamaran@riseup.net atau follow twitterku:@islamexpose

Selamat datang dalam Terang Kebenaran. God bless you all





Tantangan Mubahilla

Apr 22, 2008
Shabir Bhatti dasvedas@googlemail.com


Tantangan *Mubahilla

Tantangan Mubahilla I

*Mubahilla = masing-masing pihak melakukan kutuk terhadap pihak lain, sehingga pihak yang bersalah akan mati dihukum Auwloh.

Ini adalah tantangan bagi Ali Sina untuk melakukan Mubahilla agar Auwloh menentukan siapa yang salah dan benar.

Ali Sina,
Aku telah membaca tulisan-tulisan sampahmu di website-mu. Aku bahkan tidak mau berdebat dengan orang seperti kamu, sehingga aku mencari jalan lain untuk memecahkan masalah ini.
Aku menantangmu untuk melakukan mubahilla. Aku akan berdoa pada Tuhanku sesuai imanku dan kau silakan berdoa kepada siapapun yang kau percayai. Jika salah satu dari kita mati dalam waktu 90 hari, maka orang itulah yang salah.
Jika kau merasa dirimu benar dan mau menerima tantanganku, maka hubungilah aku. Kita tunggu dalam waktu 90 hari setelah kau menyatakan menerima tantangan dan kita lihat siapakah yang salah.
Jika kau tidak mau menerima tantangan ini, maka tutup saja website-mu.
Aku sebarkan website ini pada orang banyak agar mereka bisa jadi saksinya.
Silakan kau melakukan hal yang sama.

Kutunggu jawabanmu.
Shabir Bhatti (dasvedas@gmail.com)


[sedang diterjemahkan...]

Tantangan Mubahilla II

Setelah menayangkan jawabanku kepada Pak Shabir Bhatti yang menantangku ber-mubahilla, aku tanya padanya:

Pak Bhatti,
Apakah kau akan mengaku bahwa Muhammad itu pendusta jika setelah 90 hari aku masih hidup?

Inilah jawabannya:

from: Shabir Bhatti
date Sun, Apr 27, 2008
subject Re: Invitatation to mubahila

Aku akan menerima semua yang kau katakan jika kau masih hidup setelah 3 bulan kau menerima di muka umum bahwa jika kau mati dalam waktu 3 bulan, ini merupakan bukti bahwa kau salah dan kau akan menyuruh salah satu kolegamu untuk menutup website ini setelah kau mati dan berjanji tiada yang pura2 jadi Ali Sina baru.


Ali Sina:
Pak Bhatti:

Orang itu mati tanpa peringatan terlebih dahulu. Tiada seorang pun yang yakin akan tetap hidup sejam kemudian. Sungguh konyol untuk beranggapan jika aku mati, maka ini membuktikan Islam itu benar. Sungguh tak masuk akal. Apakah ada jaminan bahwa tanpa kutukanmu, maka aku akan tetap hidup 90 hari kemudian, sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa jika aku mati maka itu adalah karena kutukanmu? Aku tahu kau adalah Muslim dan karenanya kau sering tak bernalar, tapi cobalah gunakan nalarmu kali ini. Jika aku mati, maka ini bukanlah bukti bahwa kutukanmu manjur dan karenanya Islam itu benar. Sebaliknya, jika aku tetapi hidup, maka ini membuktikan bahwa Islam itu salah. Kau masuk dalam taruhan di mana kau pasti kalah atau tidak mendapatkan apapun. Aku tidak membuat jebakan ini, tapi kau sendiri yang memasukinya.

Jika saja kau menggunakan nalarmu, maka kau tentu menyadari bahwa mubahilla itu sungguh ngawur. Kebenaran dan kesalahan tidak ditetapkan melalui adu kutuk. Auwloh tentunya adalah makhluk rendah sehingga menjaga keabsahan diri melalui cara yang begitu bodoh. Kau Muslim malah menunjukkan kesintingan Auwloh sang dewa bulan Arab. Maka itulah aku menyatakan bahwa Islam itu adalah kufr dan Muslim adalah para kafirnya yang sejati.

Kebenaran dan kesalahan tidak ditentukan melalui kutuk, tapi melalui bukti-bukti, nalar, dan logika. Misalnya saja, aku percaya bumi ini datar dan kau mengatakan bumi ini bulat. Apakah kita bisa menentukan siapa yang benar dengan meminta kutukan Tuhan pada satu sama lain agar pihak yang salah mati? Apakah ini cara yang masuk akal untuk memecahkan masalah? Apakah tidak ada cara lain yang lebih baik untuk mengetahui kebenaran? Ayolah, Pak Bhatti. Tulisan Inggrismu bagus, dan tentunya kau berpendidikan. Mengapa kau tidak menggunakan otakmu untuk melihat kebodohan mubahilla ini?

Orang percaya pada banyak hal. Tapi banyak dari kepercayaan ini yang salah. Orang percaya pada kepercayaan salah bukanlah karena mereka itu berbohong, tapi karena mereka salah didikan dan bimbingan. Menyebut orang yang tidak percaya pada apa yang kau percayai sebagai pendusta merupakan tindakan bodoh. Pendusta adalah orang yang jelas-jelas mengganti kebenaran dengan sengaja.

Contohnya, ketika Mulsim berkata peperangan yang dilakukan Muhammad adalah peperangan bela diri, maka mereka jelas berdusta. Hal ini karena mereka tahu peperangan Muhammad merupakan tindakan penjarahan dan perang agresi. Tatkala Muslim berkata Muhammad mengawini para wanita tua (dan janda-janda) untuk melindungi mereka, jelas bahwa Muslim berdusta. Mereka tahu bahwa semua istri-istri dan gundik-gundik Muhammad (kecuali dua istri pertama – Khadijah dan Saodah) berusia remaja, 20 tahunan, atau bahkan di bawah umur dan Muhammad ngeseks dengan mereka semua karena mereka cantik dan menarik. Muhammad malah menganjurkan umatnya untuk berbohong pada kafir untuk bisa menipu mereka. Ini berbeda dengan, misalnya, orang Kristen yang percaya bahwa Yesus bangkit dari kematian. Orang Kristen itu bukan pendusta, karena hal itulah yang diimaninya dan meskipun kepercayaan salah atau benar, dia tetap percaya seperti itu. Ada perbedaan antara berbohong, yakni sengaja mengajukan kesaksian palsu, dan percaya akan sesuatu yang belum tentu benar.

Sebenarnya tidak sulit untuk melihat bahwa mubahilla adalah tindakan bodoh. Dari luar tampak sebagai tantangan berani yang membuat kecut orang-orang yang percaya takhayul. Tapi orang bernalar jelas mengejeknya. Jika memang mubahilla itu manjur, mengapa para Muslim tidak menggunakannya terus-menerus untuk menghabisi musuh-musuh mereka? Kenapa Muhammad perlu menggunakan teror dan peperangan padahal dia sebenarnya mampu membangkitkan murka Auwloh pada siapapun yang menolaknya? Apakah Muhammad menang perang gara-gara menerapkan mubahilla? Tidak. Dia menang perang gara-gara menyebarkan teror. Dia sendiri mengaku, “Aku telah dimenangkan melalui teror.” Penjahat kelamin ini jelas tahu bahwa doa-doanya tidak akan didengar Tuhan. Muhabilla hanyalah bualannya saja, tapi untuk mendapatkan hasil nyata, dia harus bergantung kepada para begundal Muslimnya dan bukan bergantung pada Tuhan.

Tidak seperti Muhammad yang tahu bahwa mubahilla itu tak ada artinya, kau tampaknya yakin betul. Sudah jelas bahwa imanmu akan hal itu bukanlah hal yang bermakna, karena berdasar pada kenyataan kau mudah dikelabui. Aku harap akhirnya kau akan sadar akan kebodohan mubahilla dan Islam pada umumnya sehingga kau murtad. Akan tetapi, aku juga tahu bahwa kecil kemungkinan kau meninggalkan Islam. Kau hanya percaya betul bahwa Ali Sina pasti mati dan lalu muncul orang lain yang menggantikannya. Susah memang menyadarkan orang yang tak mau sadar. Mereka yang mampu bernalar bisa dengan mudah menemukan kebenaran.

Ini bukan yang pertama kali aku ditantang ber-mubahilla. Yang pertama terjadi sekitar delapan atau sembilan tahun yang lalu. Jawabanku juga sama saat itu, tapi selanjutnya aku tidak pernah mendengar lagi tanggapan dari Muslim tersebut. Sama seperti para Muslim lain yang kalah debat, dia pun menghilang dan tidak pernah menulis lagi.

Islam itu kepercayaan yang bodoh, yang diciptakan oleh orang bodoh bagi orang-orang yang lebih bodoh lagi. Kuharap setelah 90 hari berlalu, kau menyadari kesintingan Islam dan mulai mencari kebenaran.


Tantangan Mubahilla III
Debat Ali Sina vs. Shabir Bhatti

Tulisan ini adalah lanjutan dari debat tentang mubahilla (masing-masing pihak melakukan kutuk terhadap pihak lain, sehingga pihak yang bersalah akan mati dihukum Auwloh). Shahir Bhatti menulis:

Shabir Bhatti:
Apa yang akan kau lakukan Pak Sina, jika aku menyebut orangtuamu sebagai pembohong, pemerkosa, gila, dan segala julukan yang kau terapkan pada yang tercinta Muhammad? Apa yang akan kau lakukan? Aku mencintai Nabiku seribu kali lebih besar daripada orangtuaku. Kau bisa bayangkan saat ini bagaimana perasaanku terhadapmu.

Ali Sina:
Pak Bhatti,
Aku juga dulu berperasaan seperti itu akan Muhammad, jadi aku sunguh mengerti apa yang kau rasakan. Tapi pada kenyataannya, Muhammad itu bukan orangtuamu. Dia bahkan menyangkal anak angkatnya sendiri dan membuat tuhan ciptaannya menyatakan bahwa Muhammad bukanlah bapak dari siapapun. Muhammad bukan siapapun bagimu atau bagiku. Kakek moyangku juga bangga dan mengaku sebagai keturunan Muhammad, tapi jika ditinjau baik-baik kenyataannya setelah 10 keturunan kemudian, tidak ada sisa-sisa gen dari Muhammad lagi pada diri mereka yang mengaku sebagai keturunannya. Silakan hitung, bagilah 1 dengan 2 dan terus bagi hasilnya dengan 2 selama 10 kali. Yang tersisa adalah lebih sedikit daripada 1 dalam 1000. Setelah 1400 tahun, tiada seorang pun yang bisa mengatakan mereka merupakan keturunan Muhammad. Sisa-sisa gen yang disebut sebagai keturunan Muhammad itu lebih sedikit dari setetes air di samudra. Karena itu, membandingkan Muhammad dengan orangtuamu merupakan hal yang sangat konyol.

Yang sebenarnya kau alami adalah ketergantungan mental. Kau ini bagaikan orang kecanduan yang tergantung pada candu dan jika candu itu diambil darimu, kau akan mengamuk. Tujuanku adalah untuk membimbing Muslim dari ketergantungan candu yang melumpuhkan ini dan membebaskan mereka sehingga mereka tidak hilang ingatan dan bersikap seperti orang kesurupan setiap kali orang lain mengritik Muhammad. Hubungan antara Muslim dengan Muhammad adalah hubungan yang merusak. Ada obat bagi hal ini, yakni KEBENARAN. Sekali saja Muslim dihadapkan pada kebenaran dan mereka bisa melihat siapa Muhammad sebenarnya, maka mereka akan sembuh dari sakil mental yang dideritanya.

Muhammad adalah seorang narsisis yang menciptakan aliran kepercayaan sesat agar dia bisa dipuja dan dicintai umatnya. Auwloh adalah sisi lain kepribadiannya sendiri. Orang ini menderita kelainan jiwa. Dia menciptakan Islam untuk mendapatkan perhatian dan rasa hormat dari orang lain. Untuk mengerti Muhammad, kau perlu mempelajari biografi narsisis lainnya seperti Jim Johns, David Koresh, Joseph Koni, Charles Manson dan Shoko Asahara. Orang-orang sakit jiwa ini juga mendirikan aliran kepercayaan di sekitar diri mereka agar mereka dipuja oleh umatnya yang telah dicuci otak. Sekali saja kau melihat kebenaran tentang Muhammad, kau tidak bisa berperasaan lain selain rasa benci terhadap kriminal rendah ini. Setelah itu kau akan berterima kasih padaku karena membebaskanmu dari ikatan mental ini dan kau akan menganggapku sebagai sahabatmu dan bukannya orang yang kau kutuki agar mati.

Shabir Bhatti:
Kau katakan bahwa Qur’an hanyalah karangan Muhammad, bukan Tuhan. Kalau begitu, aku tidak bisa membayangkan orang yang narsisis, pembenci wanita, pemerkosa, pedofil, tak bermoral, penyiksa, pembunuh massal, pemimpin aliran sesat, pembunuh, teroris, gila, dan perampok, di masa 1400 lalu mampu menulis buku yang sangat kaya nilai literatur Arabnya dan sangat konsisten selama lebih dari dua dekade.

Ali Sina:
Pertama-tama, Qur’an bukanlah buku yang kaya dalam pengertian apapun. Sudah jelas bahwa penulis buku ini sangat bodoh dan tak berpendidikan. Mungkin dia tahu membaca sedikit saja tapi sudah jelas dia bukanlah orang yang terpelajar. Kita punya naskah-naskah kuno yang menunjukkan pengetahuan luas para penulisnya. Qur’an tidak sebanding dengan naskah-naskah ini. Malah sebenarnya Qur’an adalah karya tulis yang sangat jelek, penuh kesalahan, dan pesannya saling bertentangan. Sedemikian parah isinya sehingga kau tidak akan mengerti maknanya tanpa membaca tafsir dan hadis. Kata-kata Muhammad terus-menerus berubah sehingga ahli Qur’an terpaksa menciptakan “ilmu” yang disebut sebagai nasikh wa mansookh (ayat-ayat yang membatalkan dan yang dibatalkan). Lebih-lebih lagi, Qur’an sendiri mengakui bahwa isinya memang tidak konsisten.

Q 2:106 menyatakan:
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Auwloh Maha Kuasa atas segala sesuatu?

Shabir Bhatti:
Kau pikir jika kau mati di saat mubahilla, maka para pengikutmu akan mengira itu hanya kebetulan saja? Pikir lagi, Pak Sina, dan kali ini coba renungkan psikologi manusia.

Ali Sina:
Pak Bhatti, aku tidak punya pengikut. Aku tidak mendirikan agama apapun agar punya pengikut. Aku punya pembaca dan kau adalah salah satunya. Sebagian pembaca setuju dengan tulisanku, dan sebagian lagi tidak.

Tentu saja jika aku mati dalam waktu 90 hari sesuai dengan doamu agar aku mati, tidak ada orang waras yang mengira aku mati gara-gara Auwloh. Memangnya Tuhan itu mainan anak-anak? Bagaimana mungkin sang Pencipta Jagad Raya tunduk pada keinginan makhluk ciptaanNya? Bagaimana mungkin kau mengira makhluk-makhluk sederhana seperti kita ini dapat mempengaruhi keinginan Tuhan yang Maha Kuasa pencipta Alam Raya yang sangat luas ini? Jika Tuhan ingin mengambil nyawa orang, Dia tidak butuh anjuran atau suruhan siapapun, apalagi dari ciptaanNya sendiri.

Memangnya ada jaminan bahwa tanpa kutukanmu aku tetap bisa hidup selama 90 hari ini sehingga kita semua bisa mengambil kesimpulan bahwa jika aku mati maka itu adalah karena kutukanmu? Di lain pihak, jika aku tetap hidup, apakah kau mau mengakui bahwa kutukanmu tak berarti apapun dan agamamu itu palsu? Dengan taruhan seperti ini, kau jelas bakal kalah atau tak dapat apapun. Akan tetapi, jika setelah 90 hari aku tetap hidup dan kau mulai meragukan Muhammad, maka kau adalah pemenangnya. Kau kalah taruhan tapi kau mendapatkan kemerdekaan. Jika ini terjadi, maka kau menang besar sekali.

Shabir Bhatti:
Jika kau mati dalam waktu 90 hari ini, maka 90% pengikutmu akan tercerai-berai karena tahu kau adalah pendusta. Percayalah, jika ini terjadi, maka hal ini akan terjadi sedemikian rupa sehingga kita semua bisa melihatnya dan semua akan percaya. Insyauwloh.
Mohon cantumkan kalimatku ini di website-mu tanpa diedit segala, jika memang kau pemberani seperti yang kukira.


Ali Sina:
Tidak ada orang yang mengikuti aku. Aku malah mengajak orang-orang untuk menggunakan nalar mereka sendiri. Tiada seorang pun yang percaya apa yang kukatakan karena otoritasku. Aku tidak pernah mengatakan punya kekuasaan apapun. Aku hanya orang biasa tanpa ilmu rahasia. Semua yang kutahu kupelajari dari orang lain. Jika apa yang kukatakan masuk akal bagi pembacaku, maka mereka menerimanya. Tapi jika yang kukatakan tidak masuk akal dan di luar logika, maka tidak ada orang yang menerimanya. Jikalau saja aku mati, tiada orang waras yang mengira aku mati gara-gara kutukanmu. Aku tidak mendoakan agar kau mati, tapi apakah kau yakin kau bisa tetap hidup 90 hari kemudian? Sama seperti kau tidak bisa memberi jaminan seperti itu, maka aku pun tidak. Jika salah seorang dari kita mati, maka ini tidak berarti bahwa orang itu salah. Orang salah atau benar akhirnya tetap mati. Kematian datang bukan karena orang itu salah atau benar. Kita semua akan mati dan kita pun tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Kebenaran tetap harus ditegakkan melalui bukti-bukti, dan bukannya dengan kematianku. Bayangkan saja misalnya, aku mengatakan ada kehidupan di Mars, dan lalu kau menyangkal dan memintaku untuk membuktikannya. Apakah masuk akal jika kita lalu saling kutuk agar yang salah lalu mati? Ini sungguh menggelikan, bukan? Mubahilla itu sungguh konyol dan menggelikan. Mubahilla tidak berguna bagi orang waras yang hidup di abad ke-21.

Kau berjanji padaku bahwa jika dalam waktu 90 hari aku tetap hidup, maka kau akan meninggalkan Islam. Aku yakin hal ini tidak terjadi. Aku tahu pikiran Muslim dan bagaimana terkungkungnya pikiran mereka. Akan tetapi, aku berharap nantinya kau akan merasa ragu dan mulai membaca artikel-artikel di FFI dan mencari kebenaran itu sendiri. Ini bisa jadi titik balik, tapi kau harus mengerjakan PR-mu dulu.




Sumber: http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=24736

Adadeh (Translator)