KESALAHAN & BAHAYA
MENYAMAKAN ISLAM
DENGAN AGAMA-AGAMA LAIN
oleh: Bill Warner
BANYAK orang² Barat dan non muslim yang berniat baik mengatakan bahwa Islam hanyalah agama kuno dengan konsep² etika yang ketinggalan jaman, sama seperti banyak agama² kuno lainnya. Atau mereka mengatakan kitab² suci Islam mengandung pasal² kekerasan, sama seperti kitab² suci lainnya. Mengapa pendapat seperti ini menyesatkan dan apa akibatnya bagi masa depan kebudayaan non-muslim?
Apakah kau pernah mendengar pernyataan seperti berikut?
Kitab² suci agama² kuno seperti Qur’an mengandung konsep² etika yang telah ketinggalan jaman. Kitab Perjanjian lama juga mengandung hukum² brutal dan pasal² yang penuh kekerasan. Sebagai akibatnya orang² Kristen dan Yahudi jaman sekarang tidak mau mengikuti hukum² tersebut. Muslim itu sama seperti orang² Kristen dan Yahudi; mereka memilih mana yang baik dan menolak mana yang tidak berguna. Karena itu, mengapa Islam dianggap lebih jelek daripada agama atau kepercayaan lain?
Jawaban singkatnya adalah Islam tidak sama atau tidak mirip dengan agama apapun juga, termasuk agama Kristen. Juga tidak benar untuk menganggap bahwa Muslim memandang konsep² etika Qur’an ketinggalan jaman. Berdasarkan doktrin Islam, Qur’an adalah buku yang sempurna, abadi, dan bagi seluruh umat manusia. Bagi Muslim, Qur’an tidak mengandung kesalahan apapun, karena isi Qur’an adalah firman Allâh. Dengan demikian, bagi Muslim, Qur’an tidak pernah ketinggalan jaman.
Selain itu, Qur’an juga bukanlah buku yang asli, tapi meniru dari buku² lain. Setiap pembahasan dalam Qur’an, dengan dua perkecualian, dapat ditelusuri asal-usulnya. Dua perkecualian itu adalah Muhammad adalah Nabi Tuhan yang terakhir dan Jihad penuh kekerasan dapat digunakan untuk menyakiti mereka yang tidak setuju dengan Muhammad. Kekerasan terhadap non-muslim tercantum dalam semua literatur Islam dan pesan utama Islam.
Memang betul bahwa Kitab Perjanjian Lama juga mengandung kekerasan, tapi tidak sebanding dengan jumlah kekerasan dalam Qur’an dan Islam. Silakan periksa jumlahnya. {Kekerasan di dalam Perjanjian Lama (Alkitab) adalah lebih bersifat deskriptif sejarah yang tidak berlaku sepanjang jaman, ia hanya berlaku pada konteks waktu dan wilayah tertentu saja. Berbeda dengan ayat-ayat Quran yang bersifat command, perintah atau seruan kekerasan yang berlaku sepanjang jaman dan dimanapun wilayah yang dianggap muslim sebagai Darul Harb. –adm}.
Kekerasan pada Perjanjian Lama terbatas pada beberapa ayat saja, dan bukan merupakan ayat perintah yg harus dilaksanakan sepanjang masa di seluruh wilayah dunia. Sedangkan kekerasan Qur’an terhadap non-muslim mencakup 61% dari seluruh isi Qur’an. Setiap kali non-muslim disebut, selalu saja dilakukan tindakan yang brutal, penuh kutuk, hinaan, kebencian, dan ancaman terhadap non-muslim. Sebanyak 20% dari Hadis menjabarkan tentang Jihad. Sebanyak 70% dari Sira (sejarah Nabi) mengisahkan Muhammad sebagai Nabi menjalankan Jihad. Perbedaan ini saja sudah menunjukkan bahwa anggapan jumlah kekerasan dalam Qur’an sebanding dengan jumlah kekerasan dalam kitab² suci Yudaisme dan Kristen adalah sangat salah.
Anggapan yang salah berikutnya adalah bahwa baik umat Islam dan Kristen memilih-milih pesan yang baik dalam kitab² suci mereka. Setiap Muslim percaya bahwa Qur’an adalah buku yang sempurna sampai pada kata terakhir, dan tak ada salahnya sama sekali. Kenyataan ini tidak bisa disangkal.
Meskipun demikian, Muslim punya pilihan bersikap, dan pilihan ini tidak ada bagi umat Kristen, Yudaisme, Budha dan Hindu. Islam memiliki dua wajah etika. Semua umat Muslim adalah bersaudara dan harus memperlakukan sesama Muslim dengan baik. Tapi tidak ada Hukum Emas – Golden Rule [perlakukan orang lain seperti dirimu sendiri ingin diperlakukan] dalam Islam dan Muslim bisa memilih untuk memperlakukan non-muslim dengan baik atau buruk, tergantung dari situasi dan kondisi. Begitulah sifat etika dua wajah Islam.
Dualisme Islam inilah yang tampak pada pilihan ayat² Qur’an Mekah atau ayat² Qur’an Medinah. Ketika Muhammad masih tinggal di Mekah, dia masih lemah sehingga berusaha tetap rukun dengan masyarakat Mekah. Maka dari itu dia mengucapkan ayat² toleransi beragama. Tapi setelah hijrah ke Medina, Muhammad punya kekuatan militer dan isi Qur’an juga berubah jadi penuh kekejaman dan penindasan terhadap siapapun yang berani menentang Muhammad. Dengan demikian, setiap Muslim punya pilihan untuk bersikap penuh toleransi dan rukun berdasarkan ayat² Mekah, atau bersikap penuh kekerasan dan kebencian sesuai dengan ayat² Medina.
Adalah pilihan lain pula bagi Muslim. Umat Muslim bisa memilih jadi non-muslim (Muslim KTP) dengan cara tidak melakukan berbagai ibadah Islam dan tidak mengindahkan pesan Islam. Ini tentu kedengarannya aneh bagi mereka yang tidak banyak bergaul dengan berbagai Muslim. Mereka yang awam dengan Islam mengira semua hal yang dilakukan Muslim KTP tentunya Islamiah. Tapi Qur’an dengan jelas mengutuk para Muslim yang hidupnya meniru cara hidup non-muslim. Kutukan ini termasuk pula pada Muslim yang menerapkan Hukum Emas (Golden Rule) terhadap non-muslim.
Jadi ada tiga jenis Muslim: Muslim Mekah, Muslim Medinah dan Muslim ‘non-muslim’ alias Muslim KTP doank.
Sungguh bahaya jika kita mengira Islam itu serupa dengan Kristen, Budha, dll, atau konsep² pemikiran Barat. Pemikiran seperti ini membuat orang menganggap Islam itu sejalan dengan budaya non-muslim. Dengan demikian, mereka enggan menelaah Islam lebih jauh, karena tampaknya Islam itu sama seperti Kristen atau konsep ‘freedom’ (kemerdekaan) Barat. Pendapat seperti ini salah dan tidak didukung fakta apapun. Islam itu unik dan tiada duanya.
Islam berdiri sendiri 100% dengan sistem logika, berpikir dan etika Islamiah, yang berbeda dengan anggapan non-muslim universal lainnya. Islam harus dipelajari dari sudut pandang Islam itu sendiri. Ini berarti orang yang benar² ingin mengerti Islam harus mempelajari Qur’an, Sira, dan ahadis.
Mengapa Islam itu lebih jelek daripada agama atau kepercayaan apapun? Singkatnya adalah karena Islam itu bukan agama, tapi Islam adalah cara hidup lengkap yang memiliki doktrin politik tersendiri untuk menghabisi dan menindas semua kebudayaan non-muslim. Doktrin ini telah dilaksanakan di sepanjang usia Islam sejak 1400 tahun yang lalu sampai sekarang, dan telah mengakibatkan kematian 270 juta non-muslim.
Islam telah menghabisi semua kebudayaan non-muslim. Lihat contohnya Afghanistan. Sebelum Islam menyerang kebudayaan Gandharva (culture Afghanistan jaman dulu), tempat itu adalah tempat yang damai dan makmur selama empat abad. Di sana agama Budha berkembang dan banyak dihasilkan karya seni bermutu tinggi. Lalu datanglah Jihad Islam yang menghancurleburkan Ghandarva sampai habis semua karya seni dan patung² Budhanya. Sekarang yang kita temukan di tempat itu adalah Afghanistan, negara Islam yang menerapkan Syariah dan politik Islam. Kebudayaan Budhisme dan Gandharva telah hancur musnah gara² Islam.
Hukum Syariah Islam dan hasil yang tampak di negara Islam berhubungan satu sama lain sepenuhnya. Selain Islam, tentu saja ada kepercayaan atau aliran sesat lain di dunia ini, tapi tiada yang sedemikian merusak sebesar skala kerusakan yang dihasilkan politik dan hukum Islam. Islam merupakan pemusnah kebudayaan non-muslim dan non-muslim harus memperhatikan Islam dengan seksama.
Saat ini kita punya dua pilihan dalam memandang Islam. Kita bisa memandangnya berdasarkan doktrin dan sejarah Islam, atau kita bisa memilih untuk memandangnya melalui dasar multi budaya di mana kita beranggapan semua budaya sejajar dan valid saja. Tapi Islam menolak mengakui semua budaya duduk sama tinggi. Islam bersikeras harus jadi superior di atas segala budaya. Semua kebudayaan dan peradaban non-muslim itu rendah di mata Islam dan karenanya harus ditundukkan. Ini adalah keinginan Allâh dan Sunah Nabi. Anehnya, para non-muslim Barat pro-multibudaya begitu naif dan membela keberadaan Islam di negara² Barat.
Ini berarti kita sebagai non-muslim pun punya dua pilihan. Apakah non-muslim akan mengabaikan ancaman besar Islam dan pura² menganggap Islam adalah sama seperti kepercayaan lainnya? Apakah kita dengan bodoh akan menerapkan Hukum Emas pada kebudayaan Islam yang bermuka dua dan berharap Muslim akan menghormati dan bersikap baik terhadap non-muslim? Tapi Allâh sungguh membenci non-muslim dan Sunah Nabi menyuruh Muslim untuk menaklukkan non-muslim.
Pilihan: Apakah kita memilih kebudayaan non-muslim untuk terus hidup atau mati saja?
· Sumber bhs Indonesia, Klik-Disini.
· Sumber asli bhs Inggris, Klik-Disini.