BENARKAH DERAJAT PEREMPUAN
MEMBAIK SETELAH DATANGNYA ISLAM?
Bertentangan dengan kepercayaan umum kaum Muslim, Islam TIDAK sedikitpun meningkatkan derajat perempuan di Arab Saudi. Malah merendahkan. Salah satu bukti terdapat dalam Hadith:
Bukhari Volume 3, Buku 43, Nomor 648
Narasi Abdullah bin Abbas:
"Saya ingin bertanya kepada Umar tentang kedua perempuan diantara para isteri Nabi yang dikatakan Auwloh: “Jika kedua diantara kalian bertobat kepada Auwloh …”
Saya mengatakan, “Wahai Ketua!” Siapa kedua perempuan di antara isteri Nabi yang disebut Auwloh sebagai “Jika kedua diantara anda bertobat kepada Auwloh”? (66.4) Ia menjawab, “Saya heran atas pertanyaan anda, Wahai Ibn Abbas, tentu mereka adalah Aisha dan Hafsa.”
Lalu Umar meneruskan narasi dan mengatakan:
“Saya dan tetangga saya dari suku Ansari dari Bani Umaiya bin Zaid yang dulunya tinggal di “Awali al Medina” bergantian menemui Nabi Muhamad...
Kami, suku Quraish dulunya memiliki kuasa atas perempuan, tetapi setelah tinggal dengan suku Ansar, kami melihat bahwa para perempuan-lah yang memiliki kekuasaan atas lelaki. Kemudian perempuan kami juga mulai mengikuti contoh perempuan Ansari. Suatu kali saya berteriak kepada isteri saya… tetapi isteri saya berbalik menyahut dan saya tidak suka. Isteri saya mengatakan “Mengapa kau tidak suka jika saya menyahutmu? Demi Auwloh, para isteri Nabi menyahuti Nabi dan beberapa dari mereka dilarang berbicara padanya sehari semalam.” Apa yang dikatakannya membuat saya takut dan saya mengatakan kepada isteri saya, “Siapapun yang melanggar (perintah), akan kalah…”
Seperti anda lihat, Umar mengeluh bahwa setelah sampai di Medina, kaum Quraish--yang percaya bahwa lelaki berkuasa terhadap perempuan--melihat bahwa perempuan Ansari lebih memiliki kekuasaan terhadap kaum lelaki.
Tidak aneh kalau perempuan Mekah sadar derajat mereka lebih rendah ketika melihat hak-hak yang dinikmati kaum perempuan Yahudi dan Ansari di Medina. Perempuan Mekah lalu menuntut persamaan hak. Ini kemudian tidak disukai 2 lelaki tradisionalis (misogynist) di Mekah. Pembicaraan antara kedua tokoh penttng dalam Islam ini jelas menunjukkan ketidaksenangan mereka melihat isteri-isteri mereka menikmati kebebasan.
Kaum Arab tidak biasa mencatatkan sejarah mereka. Tidak banyak diketahui dari gaya hidup budaya pra-Islam mereka. Versi sejarawan muslim adalah bahwa jaman itu adalah jaman jahilyah dan bahwa sebelum datangnya Islam mereka orang ganas yang mengubur hidup-hidup bayi-bayi perempuan. Selain itu mereka dikatakan suka berperang. Dikatakan bahwa harga perempuan jaman jahiliyah itu lebih rendah dari onta. Datanglah Muhamad yang meningkatkan harga diri perempuan-perempuan tsb. TETAPI Hadis yang disebutkan diatas menunjukkan fakta bertentangan. Hadis itu menunjukkan bahwa perempuan Arab dimanapun, kecuali di Mekah, memiliki lebih banyak hak yang kemudian dicabut oleh Islam. Ini juga menunjukkan bahwa perlakuan rendah terhadap perempuan dalam Islam bukan Mandat dari Atas tetapi dari tata cara perlakuan kaum Qurash terhadap kaum perempuan mereka. Muhamad yg berasal dari Qurash terbiasa dengan perlakuan terhadap perempuan macam itu dan baginya: begitu memang seharusnya. Inilah yang dijadikan dasar perlakuan terhadap perempuan dalam agama dan buku suci Muhamad.
Tetapi ada faktor lain yang berperan penting dalam menetapkan nasib muslimah, yaitu pengaruh para isteri Muhamad terhadap Quran. Satu cara Muhamad membungkamkan orang adalah kebiasaanya mengatakan bahwa: itu lho, AUWLOH YANG MENURUNKAN WAHYU.
Jangan lupa bahwa Muhamad ketika itu berusia lanjut, dengan harem berjumlah 20 isteri dan gundik. Semua isterinya muda dan cantik, kecuali kedua isteri pertamanya Khadijah dan Saudah, yang dinikahinya ketika ia belum berkuasa. Sekarang ia sudah punya nama dan kuasa. Bukan saja ia mampu menikahi siapa yang diinginkannya, bahkan perempuan menyediakan dirinya kepada sang Nabi. Tentu ia memilih para perempuan cantik. Namun kuasa politik belum tentu berarti kuasa/stamina fisik. Sang Nabi sadar betul akan jarak usianya dengan para isterinya. Ia sangat iri kalau lelaki lain melirik isteri-istrinya. Oleh karena itu ia mewanti-wanti para isterinya agar tidak selingkuh.
Surah 33.30
"Hai istri-istri Nabi, siapa di antara kalian yang terlibat perbuatan tidak pantas, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan hal demikian itu mudah bagi Auwloh.
31. Dan siapa di antara kalian (istri-istri Nabi) tetap taat pada Auwloh dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia.
Ia sering memperingatkan isteri-isterinya agar tidak menarik perhatian orang lain dengan menutupi tubuh mereka.
32. Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti perempuan lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah sembarang dalam berbicara seperti orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik,
33. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Auwloh dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Auwloh bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan bersihkan dan tak bernoda.
Surah tersebut diatas jelas menunjukkan kekhawatiran seorang bandot tua akan isteri-isteri mudanya: mereka perlu dikontrol. Ironisnya, aturan yang khusus dimaksudkan bagi isteri-isteri nabi menjadi bagian dari Syariah dan diterapkan selama 1400 tahun disemua negara berpenduduk Islam. Muhamad berkali-kali menekankan pentingnya isteri mematuhi suami. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan isteri-isteri muda Muhamah yang perlu dikontrol? Mereka kadang malas mengikuti aturan Muhamad, tetapi kalau aturan itu datang dari Auwloh, mereka tidak berani bantah. Setiap kali Muhamad menghadapi problem rumah tangga, datanglah "Auwloh" dengan wahyu-wahyunya.
Surah 66:5
Jika ia menceraikan kalian, Auwloh akan memberikan padanya isteri-isteri yang lebih baik dari kalian; muslimah yang percaya dan taat kepada Auwloh, bertobat kepada Auwloh, mengagungkan Auwloh, khusuk dalam puasa … baik janda maupun perawan.
Salah satu bukti bahwa perempuan Arab memiliki lebih banyak hak sebelum datangnya Islam adalah bahwa Khadijah, sebelum bertemu Muhamad, adalah perempuan sukses yang memiliki usaha sendiri dan mempekerjakan banyak orang termasuk lelaki. Muhamad bahkan salah satu pekerjanya. Nah, mana ada cerita perempuan Islam memiliki bisnis sendiri setelah era Muhamad?
Bagi Muhamad perempuan tidak lebih dari obyek seks. Dilaporkan bahwa ia tidak suka berjabatan tangan dengan perempuan, dan memberikan tugas itu kepada pengikutnya. Apa yang begitu seksual dari kegiatan berjabatan tangan? Mungkin sang Nabi tercabik-cabik antara nafsu seksual dan statusnya sebagai nabi. Sesuatu terjadi dalam benaknya sehingga membuatnya merasa bersalah kalau sampai menyentuh perempuan.
Nabi Auwloh ini juga merasa bahwa derajat intelektualitas perempuan jauh dibawah lelaki, bahwa mayoritas penghuni neraka adalah perempuan karena mereka tidak tahu terima kasih, bukan terhadap Auwloh, tetapi terhadap suami mereka. Ini yang dikatakannya:
Bukhari Volume 2, Buku 24 Nomor 541
Narasi Abu Said al-Khudri: Pada Idul Fitri atau Idul Adha, Nabi Muhamad saw keluar dari musolah. Setelah selesai solat ia menyampaikan ceramah dan memerintahkan orang untuk memberikan zakat. Ia mengatakan “Wahai pengikut, berikanlah zakat” dan ia beralih kepada para perempuan “Wahai perempuan, berikanlah zakat. Karena saya melihat mayoritas penduduk Neraka adalah perempuan.”
Para perempuan bertanya “Wahai Nabi, apa alasannya?” Ia menjawab “Wahai Perempuan, kalian sering mengutuk dan tidak berterima kasih kepada suami. Saya belum pernah melihat kaum yang begitu rendah dalam tingkat intelektualitas dan agama selain kalian. Wahai perempuan, diantara kalian akan menggoda lelaki baik-baik ke jalan tidak benar.”
Sulit dimengerti bagaimana seseorang yang percaya bahwa:
- perempuan bertanggung jawab membawa lelaki ke jalan yang tidak benar dan,
- bahwa mayoritas penduduk Neraka adalah perempuan karena mereka tidak berterima kasih kepada suami dan,
- bahwa derajat intelektualitas perempuan tidak memadai,
sanggup menghormati perempuan. Hadis-hadis macam ini seringkali terulang.
Dalam versi berikut Muhamad menjelaskan alasannya mengapa perempuan dianggap rendah dalam segi intelektualitas.
Bukhari Volume 1, Buku 6, Nomor 301
Narasi Abu Said Al-Khudri: Begitu Rasulullah keluar dari musolah Idul Adha atau Idul Fitri ia mengatakan: “Hai Perempuan! Berikanlah zakat, karena saya meilhat mayoritas penduduk Neraka adalah perempuan.”
Mereka bertanya “Mengapa demikian hai Rasulullah?”
Ia menjawab, “Kalian sering mengutuk dan lebih rendah derajat intelektualitas dan agama. Lelaki baik-baik bahkan kalian bawa ke jalan tidak benar.” Para perempuan bertanya, “Hai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan rendah derajat intelektualitas dan agama?”
Ia balik bertanya “Bukankah kesaksian DUA perempuan sama dengan kesaksian SATU lelaki? Mereka menjawab ya.
Rasulullah kemudian mengatakan “Itulah yang dimaksud dengan rendahnya derajat perempuan dalam intelektualitas. Bukankah benar bahwa perempuan tidak dapat solat ataupun berpuasa kalau sedang datang bulan?“
Mereka menjawab ya.
Rasulullah mengatakan “Itulah yang dimaksud dengan rendah derajat dalam intelektualitas dan agama.”
Jadi menurut alasan nabi Auwloh itu, perempuan rendah derajat dalam intelektualitas karena kesaksian dua perempuan sederajat dengan kesaksian seseorang lelaki. Saking rendahnya derajat perempuan ini sampai mereka dilarang puasa atau solat kalau lagi datang bulan. Tidak jelas apa yang dimaksudkan Muhamad dengan rendah derajat dalam urusan agama. Mungkin bahwa perempuan kurang berkembang secara spiritual. Alasan-alasan inilah--yang memang umum dikalangan Arab-- diterapkan Muhamad dalam buku sucinya.
Tetapi lihatlah absurdnya alasan-alasan tersebut diatas. Apa atau siapa yang menentukan kesaksian perempuan setengah dari kesaksian lelaki? Sang Nabi atau tradisi waktu itu? Bagaimanapun, aturan yang absurd ini bukan bukti kekurangan intelektualitas perempuan. Nabi Auwloh itu selalu menggunakan alat favoritnya: RASA TAKUT. Auwlohnya Muhamad bahkan tidak sungkan-sungkan mengirimkan perempuan yang tidak patuh kepada suami ke neraka.
Bukhari Volume 1, Buku 6, Nomor 161:
Narasi Abdulah bin Abbas: Saya juga melihat Api Neraka dan belum pernah melihat hal yang lebih mengerikan. Saya melihat bahwa kebanyakan penduduk Neraka adalah perempuan.” Orang kemudian bertanya “Wahai Rasulullah, mengapa demikian?” Rasulullah menjawab “Karena mereka tidak tahu terima kasih.” Apakah mereka tidak berterima kasih kepada Auwloh? Rasulullah menjawab “Mereka tidak berterima kasih kepada suami dan kepada tindakan baik suami … Jika lelaki bermurah hati kepada perempuan selama hidupnya dan perempuan melihat sesuatu yang tidak memuaskan dalam lelaki, ia akan mengatakan “Saya belum pernah mendapatkan satupun hal baik darimu.”
Namun tidak ada sepatah kata apapun tentang hukuman yang diterima suami kalau tidak memperlakukan isteri dengan baik. Malah, para suami DIANJURKAN untuk melecehkan isteri mereka lewat perkataan, secara emosi maupun fisik. Ya, inilah tepatnya apa yang dianjurkan Auwloh:
Surah 4:34:
Lelaki adalah penguasuh perempuan karena Auwloh menciptakan yang satu lebih tinggi derajatnya dari yang lain dan juga karena mereka (kaum lelaki) menggunakan bagian dari harta mereka; perempuan baik adalah mereka yang taat, menjaga aurat sebagaimana Auwloh menjaganya; dan kalau isteri tidak patuh, tegurlah mereka dan tinggalkan mereka sendirian dalam pelaminan dan PUKUL mereka; baru setelah mereka patuh jangan lagi menjauhkan mereka ….”
Kalau ada diantara anda yang meragukan posisi perempuan dalam Islam, surah tersebut diatas menjelaskannya. Jelas-jelas dikatakan bahwa lelaki adalah pengasuh perempuan, mengambil alih kebebasan dan otonomi mereka, membuat mereka tergantung lelaki. Lelaki adalah boss rumah tangga karena ia pencari nafkah. Ini menunjukkan bahwa perempuan tidak mampu atau tidak diperbolehkan bekerja. Perempuan hanya pantas tinggal di rumah, beranak, jaga anak dan berterima kasih atas makanan yang didapat dari nafkah suami. Dengan lain kata, perempuan tidak lebih dari BUDAK. Tetapi muhamad tidak berhenti disini. Ia bahkan memerintahkan lelaki untuk melecehkan isteri mereka, secara fisik dan seksual, seperti binatang. Superioritas lelaki terhadap perempuan ini juga diratifikasi dalam Surah 2:228 yang mengatakan “lelaki adalah satu derajat diatas perempuan.”
Versi Hadis lainnya sehubungan dengan derajad perempuan:
Sahih Muslim, Buku 004, Nomor 1926
Jabir bin Abdullah melaporkan: Saya bersholat dnegan Rasulullah pada hari Id. … dan kepada sekelompok perempuan yang ditemuinya ia berceramah dan menegur mereka, dan meminta mereka agar memberikan zakat karena kebanyakan dari mereka adalah bahan bakar neraka. Seorang perempuan bertanya “Mengapa demikian Rasulullah? Ia mengatakan kalian selalu mengomel dan menunjukkan ketidakpuasan terhadap suami. Dan lalu mereka memberikan zakat dengan menyerahkan perhiasan yang mereka kenakan …
Singkatnya, guna meningkatkan pengikut Rasulullah menggunakan taktik menakut-nakuti (scare tactics). Lihatlah bagaiman Auwloh membandingkan perempuan dgn setan.
Bukhari Volume 1, Buku 6, Nomor 301
Jabir melaporkan bahwa Muhamad saw melihat seorang perempuan dan ia meminta isterinya Zainab yang sedang bekerja, agar mengijinkannya melakukan hubungan seksual dgn Zainab. Muhamad saw kemudian menemui rekan2nya dan mengatakan kepada mereka ; PEREMPUAN ITU DATANG DAN PERGI DALAM BENTUK SETAN. Jadi kalau kalian melihat perempuan, pergilah kepada isteri kalian. Dengan cara itulah kalian bisa mengusir nafsu yang membakar dalam hati.
ANDA PATUT BERTANYA: seorang nabi mata keranjang horny melihat perempuan lain dan melampiaskan nafsu seksualnya ini terhadap isterinya? Bayangkan bagaimana perasaan seorang isteri kalau tahu bahwa ia hanya digunakan sebagai alat pemuasan nafsu suaminya terhadap perempuan lain?
Ada beberapa surah dalam Quran dan Hadis yang mengejutkan. Yang satu ini, menurut saya, yang paling dahsyat.
Bukhari Volume 4, Buku 54, Nomor 460
Narasi Abu Huraira: Rasul Auwloh mengatakan, “Jika seorang suami memanggil isteri ke tempat tidur (untuk senggama) dan perempuan itu menolak dan mengakibatkan sang suami tidur selagi marah, para malaikat akan mengutuknya sampai keesokan hari.”
Hadis tersebut diatas mengundang pertanyaan, apakah benar Auwloh tidak punya kesibukan lain selain mengurusi kenikmatan seksual rasul-rasulnya ? Tidak masuk akal Tuhan membiarkan malaikat-malaikatNya mengutuki perempuan yang menolak memuaskan nafsu birahi suami. Hadis macam ini diulangi berkali-kali sehingga membuat saya bertanya jangan-jangan Auwloh itu memiliki nafsu birahi yang tidak terkontrol dan menikmati melihat pengikutnya bersenggama.
Sahih Muslim, Buku 008, Nomor 3367
“Abu Huraira melaporkan Rasulullah sebagai mengatakan: …jika seorang suami memanggil isteri ke pelaminan, dan isterinya tidak menanggapi, selama suaminya tidak senang dengan perempuan itu, IA yang di surga juga akan tidak senang.”
Dan
Bukhari Volume 7, Buku 62, Nomor 122
Narasi Abu Huraira: Rasulullah mengatakan, “jika seorang perempuan tidur tidak dipelaminan suami, maka para malaikat akan mengirimkannya kutukan kecuali ia kembali ke suaminya.
Mengapa seorang rasul suci begitu sibuk membahas urusan seksual? Mungkinkah bahwa Rasulullah sudah mencapai usia lanjut? Mungkin giginya mulai rontok dan nafasnya tidak sedap. Sementara isteri-isterinya berusia muda. Mereka menikmati status First Ladies di Arabia, tetapi enggan menemani Rasulullah di pelaminan. Mungkin ancaman dikutuk malaikat dan ketidaksenangan Auwloh adalah cara Rasulullah memaksa isteri-isterinya untuk tidur dengannya.
Saya bukan perempuan tetapi saya-pun tersinggung kalau hal tersebut diatas dipaksakan kepada saudara perempuan saya. Berikut ini adalah ayat yang paling merendahkan bagi perempuan oleh Rasulullah:
Bukhari Volume 7, Buku 62, Nomor 33
Narasi Usama bin Zaid: Rasulullah mengatakan... “saya telah meninggalkan lebih banyak sengsara (affliction) terhadap kaum perempuan daripada kaum lelaki.”
Sahih Muslim Buku 008, Nomor 3466:
Abu Huraira melaporkan Rasulullah berkata: Perempuan seperti tulang rusuk. Jika kau mencoba meluruskannya, kau akan mematahkannya. Jika kau membiarkannya, kau akan tetap mendapat manfaatnya, tetapi ketidaklurusan akan tetap berada didalam (hati)-nya.
Hadis-hadis macam ini sering diulangi oleh narator-narator lain.
Bagaimana Ummah bisa menghormati perempuan jika sang rasul saja merendahkan mereka? Kalau sang Rasul saja mengejek derajat agama perempuan, intelek dan hak perempuan, apa yang bisa diharapkan dari pengikutnya?
Standar moralitas dan etis Rasulullah bisa dilihat dari contoh dan cerita kehidupannya. Simaklah:
Bukhari Volume 4 Buku 55, Nomor 623
Narasi Abu Musa: Rasulullah mengatakan, “Banyak diantara kalian lelaki mencapai tingkat sempurna, tetapi tidak satupun diantara perempuan mencapai tingkat ini kecuali Aisha, isteri Faraoh dan Mariam, puteri Imran. Dan tidak diragukan, superioritas Aisha dibanding dengan perempuan lain seperti membandingkan Tharid dengan hidangan lain (membandingkan daging dengan roti).
Nilai-nilai etik dan standar moral Rasulullah bisa disimak dari contoh kelakuan dan cerita tentang hidupnya. Seperti dibawah ini:
Bukhari Volume 7, Buku 63, Nomor182:
Narasi Abu Said: Kami pergi dengan Rasulullah ke sebuah taman bernama Ash-Shaut… Rasul mengatakan, “Duduklah disini,” dan pergilah Rasul kedalam taman tersebut. Seorang perempuan dari Bani Jaun menetap di rumah milik Umakima bint An-Num’manm bin Sharahil …Ketika Rasul memasuki rumahnya, ia mengatakan padanya “Relakan dirimu padaku.” Perempuan itu menjawab, “Apakah seorang puteri raja bisa memberikan dirinya kepada rakyat biasa?” Rasul menyentuhnya guna menenangkannya. Perempuan itu mengatakan “Saya mencari perlindungan Auwloh agar jauh darimu.” Rasul mengatakan, “Kamu sudah mendapatkan perlindungan dari Sang Maha Pelindung.”
Lalu Rasul datang kepada kami dan mengatakan “O Abu Usaid! Berikan padanya dua baju putih dan biarkan ia kembali kepada keluarganya.”
Apakah sang Rasul tidak puas dengan perempuan yang sudah ia miliki? Apakah ia harus menggenjoti setiap perempuan yang ditemuinya? Kalau ini kelakuan Idi Amin atau milyoner bejat, masih bisa dimengerti. Tapi ini NABI! Utusan Yang Maha Kuasa! Muhamad ini begitu dirasuki nafsu birahi sampai menuntut perempuan harus meng”hadiah”kan diri baginya… Kalau kemauannya ditolak ia membalas dengan kekerasan …tapi kalau ia sadar akan tindakan cabulnya itu dan merasa bersalah, sang Rasul tidak malu-malu memberi sogokan kepada korban (dengan memberi dua baju putih, seperti kisah di atas). Inikah tabiat orang yang bermental stabil?
Rasulullah tidak menghormati perempuan. Baginya, perempuan melambangkan segala sesuatu yang ia benci. Ia menganggap perempuan sebagai pembawa sengsara. Kalau ia bermimpi tentang perempuan berkulit hitam, ia menginterpretasikannya sebagai tanda datangnya epidemi (penyakit).
Bukhari Volume 9, Buku 87, Nomor163
Narasi ayah Salim: Rasulullah mengatakan, “Saya melihat dalam mimpi seorang perempuan berkulit hitam dengan rambut tidak tersisir keluar dari Medina dan bersinggah di Mahai’a. Saya mengartikannya sebagai ditularkannya epidemi Medina kepada Mahai’a, yaitu Al-Juhfa.”
Bahkan dalam hal religius, Rasulullah menekankan tingkat rendah perempuan:
Sahih Bukhari 1.778
Narasi Sahl bin Sa’d: Mereka yang solat dengan Rasulullah mengikat Izar dileher mereka …dan setelah sujud para perempuan diperintahan agar tidak mengangkat kepala sebelum para lelaki kembali pada posisi tegak.
Berikut ini menetapkan ketergantungan abadi perempuan.
Bukhari 2,194
Narasi Abu Huraira: Rasulullah mengatakan, “Tidak diijinkan bagi perempuan yang percaya Auwloh dan Hari Kiamat untuk mengadakan perjalanan selama satu hari dan satu malam, kecuali dengan sesama Mukhrim.”
Marilah kita mengakhiri tulisan tentang status perempuan dalam Islam ini dengan kata-kata Rasulullah dalam berbagai Hadis:
- menemukan perempuan baik-baik sama dengan menemukan burung gagak putih diantara seratus burung lainnya.
- Perkawinan adalah macam perbudakan bagi perempuan.
- Perempuan harus sujud kepada suami.
- Pun jika sang isteri menjilati nanah dari seluruh tubuh suaminya, ia tetap tidak akan sanggup melunasi hutangnya kepada suaminya.
* terjemahan bebas oleh Ali5196
sumber:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=48