SWARA NON-MUSLIM

Blog ini di-dedikasikan bagi kalangan non-muslim Indonesia!

Hi guys, apa kabar? Gimana keadaan di Indonesia sekarang?

FYI:

Sementara blog ini sedang di maintenance silakan click blog ini

-------> nabimuhamad.wordpress

Semua artikel di blog itu bisa langsung di download (PDF file). Juga tersedia terjemahan buku-buku "subversif" dalam bhs Indonesia yg tidak mungkin boleh diterjemahkan & disebarkan secara 'legal' di negara-negara mayoritas islam, include Indonesia, karena akan bikin para muslimer penganut "agama damai" itu ngamuk bin kalap.

Buruan download ebook-nya mumpung belum disensor oleh muslim yg ketakutan islamnya dibongkar habis kepalsuannya.

Untuk info lainnya silahkan email aku: namasamaran@riseup.net atau follow twitterku:@islamexpose

Selamat datang dalam Terang Kebenaran. God bless you all



Dua Wajah Islam Yang


Bertolak Belakang


Oleh Abul Kasem



Judul Asli:

The Janus* face of Islam




P

ara Islamis yang hidup enak di negara-negara Barat yang mereka mereka sebut sebagai masyarakat “Kafir” itu, sangatlah gundah dan bingung dengan terjadinya serangan teroris pada tanggal 11 September, 2001 di Amerika. Setelah tragedi 9/11, banyak dari mereka yang jungkir balik & kerja lembur untuk mencari ayat-ayat yang ‘bagus-manis-sedap’ dalam Quran dan berusaha setengah mati membersihkan wajah Islam yang belepotan darah.

Mereka berulangkali hanya mengutip pesan-pesan ‘bagus’ dari ‘Ayat-ayat Mekah’ dalam Quran yang isinya lebih lunak daripada ‘Ayat-ayat Medinah’. Mereka dengan seksama menyembunyikan ayat-ayat yang sadis, tak bertoleransi dan barbarik yang berceceran di seluruh Quran dengan mengatakan bahwa ayat-ayat keras ini sering dimaknai di luar konteks dan tidak dapat diterapkan bagi non-muslim yang telah memberikan mereka kesempatan hidup enak dan menerima mereka sebagaimana layaknya warga negara sendiri. Tiada yang lebih memuakkan daripada permainan “petak umpet” yang dilakukan para Islamis di negara Barat. Bagi kepentingan non-Muslim di seluruh dunia (dan juga Muslims yang tidak paham arti ‘Islam yang sebenarnya’) maka kebenaran harus diberitakan.

Pesannya sudah sangat jelas. Para Islamis yang hidup dinegara Barat yang mengutip yang ‘bagus-bagus’ dari Qur’an sebenarnya sedang menunjukkan ‘Islam Mekah’ yang sudah mati untuk menutupi versi Islam yang lebih mutakhir yakni ‘Islam Medina’ yang hidup dan bernafas. Strategi para Islamis ini sudah sangat jelas:

1. Jika tinggal di negeri Barat atau tanah kafir atau sedang dalam keadaan lemah, maka praktekkan ‘Islam Mekah’.
2. Jika jumlah Muslim signifikan di negeri para kafir, maka praktekkan ‘Islam Medina’ atau ‘Islam yang sebenarnya’.


Semakin cepat masyarakat dunia beradab mengetahui wajah ganda Islam (seperti Dewa dalam mitologi Romawi, Janus*, yang berwajah dua), lebih cepat mereka akan terselamatkan dari malapetaka yang lebih parah dari peristiwa 9/11.


Dewa Janus dalam mitologi Yunani


Jadi bagaimana kita dapat mengetahui tentang ‘Islam Medina’ yang hidup dan bernafas kini? Inilah jawabnya.

Untuk mengerti ‘Islam sebenarnya’, kita harus melihat urutan kronologi ayat-ayat (kapan ayat diturunkan) Qur’an dan bukannya cara Qur’an dipublikasikan. Urutan kronologi menunjukkan ayat-ayat mana yang dibatalkan dan ayat mana yang menggantikannya. Tiada artinya untuk belajar dan menjelaskan Qur’an tanpa mengetahui nilai ayat-ayat itu. Banyak ayat-ayat Qur’an [Mekah] yang telah dibatalkan(di-abrogasi) oleh ayat-ayat lain [Medinah].

Qur’an sendiri menyatakan hal itu dalam ayat-ayat berikut:

Q 2:106
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Auwloh Maha Kuasa atas segala sesuatu?

Q 13:39
Auwloh menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).

Q 16:101
Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Auwloh lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja". Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui.

Ayat-ayat di atas telah membuat banyak orang bingung. Akan tetapi, satu hal sudah jelas. Auwloh memang sering berubah pikiran dan perubahan ini bisa menjadi sangat dramatis, sampai melibatkan situasi antara hidup dan matinya seluruh manusia non-muslim di muka bumi. Dalam berbagai kasus, masalah pembatalan berkaitan dengan keadaan hidup dan mati. Maka dari itu, adalah sangat penting (terutama bagi Muslim KTP) untuk mengetahui ayat-ayat mana yang masih berlaku dan mana yang tidak. Yang paling penting diantara ayat-ayat ini adalah yang berisi tentang perintah memerangi non-muslim atau kafir. Ada saat di mana perang dilarang dan saat di mana perang diwajibkan.

Ayat-ayat yang dikeluarkan di Mekah adalah ayat-ayat lunak dan tidak menganjurkan kekerasan. Ada 87 Sura berisi ayat-ayat Mekah dan 27 Sura berisi ayat-ayat Medinah. Jadi total berjumlah 114 sura (bagian) dalam Qur’an.

Ayat-ayat Medina mengandung perintah berperang karena pada saat di Medina-lah Muhammad menerima lampu hijau dari Auwloh untuk memerangi kafir. Jadi, untuk artinya ayat-ayat berkronologi urutan 87 ke atas adalah ayat-ayat yang menggantikan ayat-ayat Mekah tentang perlakuan terhadap kafir.

Dalam laporan pendek ini, aku akan mencoba untuk menghilangkan kebingungan tentang pembelaan akan Islam oleh para Islamis dan kritik akan Islam yang dilakukan oleh sekularis/atheis/agnostik/kafir.

Perhatikan urutan kronologi yang ditulis dengan huruf tebal dalam tanda kurung ().
Kita bisa bagi perubahan Islam oleh Muhammad dalam 4 fase atau tahapan. Inilah tahap-tahap itu:

1. Agama Damai atau Fase Bujukan Damai
2. Fase Perang untuk Bela Diri
3. Penyerangan Agresif Terbatas
4. Penyerangan Agresif Tanpa Batas utk Menyebarkan Islam


Tahap 1: Agama Damai
Hal-hal yang Terutama:
# Kebijakan untuk hidup damai dengan orang-orang pagan Mekah.
# Taktik beri dan ambil dengan kaum pagan dan Muslim munafik.
# Orang-orang Yahudi dan Kristen (ahli Kitab) dianggap teman.
# Muhammad bagaikan Yesus dan Buddha berkhotbah tentang kasih, pemberian maaf, anti kekerasan, dan damai.
# Hanya pagan Mekah saja yang dianggap sebagai musuh (jumlah musuh: masih 1 kelompok)

Ayat-ayat penting saat pada tahap ini:

Quran 73:10
Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (3)

Quran 109:6
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (8)

Quran 38:17
Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). (38)

Quran 20:130
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang, (42)

Quran 19:84
maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (44)

Quran 20:134-135
Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al Quran itu (diturunkan), tentulah mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah?" Katakanlah: "Masing-masing (kita) menanti, maka nantikanlah oleh kamu sekalian! Maka kamu kelak akan mengetahui, siapa yang menempuh jalan yang lurus dan siapa yang telah mendapat petunjuk". (45)

Quran 17:54
Tuhanmu lebih mengetahui tentang kamu. Dia akan memberi rahmat kepadamu jika Dia menghendaki dan Dia akan meng'azabmu, jika Dia menghendaki. Dan, Kami tidaklah mengutusmu untuk menjadi penjaga bagi mereka. (50)

Quran 10:25-26
Auwloh menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya. (51)

Quran 15:91-93
(yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al Quran itu terbagi-bagi. Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (54)

Quran 6:104
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu). (55)

Quran 43:88-89
dan (Auwloh mengetahui) ucapan Muhammad: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman". Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah: "Salam (selamat tinggal)." Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk). (69)

Quran 16:125-126
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (70)

Quran 23:54
Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.(74)

Quran 23:96
Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. (74)

Quran 52:45-48
Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain daripada itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. (76)

Quran 67:26
Katakanlah: "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Auwloh. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". (77)


Tahap 2: Perang untuk Bela Diri
Hal-hal yang Terutama:
# Muhammad bersama sekelompok kecil pengikutnya hijrah ke Medina (622 AD). Beberapa suku Medina menerimanya sebagai ketua mereka.
# Muhammad dan gerombolannya mulai merampok kafilah-kafilah pedagang Mekah untuk cari makan / nafkah.
# Muhammad menang dalam perampokan Badr (624 AD) dan ini mendongkrak moralnya untuk terus melakukan perampokan terhadap kafilah Mekah.
# Setelah beberapa tahun tinggal di Medina, Awloh memberi ijin Muhammad untuk melakukan perang “bela diri”.
# Pihak musuh adalah kaum pagan Mekah dan kaum munafik (perhatikan: jumlah musuh sekarang 2 kelompok).

Ayat-ayat penting saat pada tahap ini:

Quran 22:39-41
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Auwloh, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Auwloh". Dan sekiranya Auwloh tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Auwloh. Sesungguhnya Auwloh pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Auwloh benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Auwloh-lah kembali segala urusan. (105)

Quran 22:58
Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Auwloh, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Auwloh akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Auwloh adalah sebaik-baik pemberi rezki. (105)


Tahap 3: Penyerangan Agresif Terbatas
Hal-hal yang Terutama:
# Muhammad mengira orang-orang Yahudi Medina akan menerima dia sebagai Musa yang baru. Hihihihi...
# Kaum Yahudi menolak Muhammad sebagai utusan Tuhan.
# Muhammad sewot dan memasukkan Yahudi ke dalam daftar musuhnya dan mulai menyerangi suku-suku Yahudi.
# Musuh-musuh Muhammad sekarang adalah kaum pagan (penyembah berhala), Muslim munafik, dan orang-orang Yahudi (perhatikan: jumlah musuh sekarang 3 kelompok).
# Perang Uhud (623 AD) terjadi. Muslim keok berat.
# Perang Khandak atau Perang Parit (625 AD) terjadi. Muhammad menang.
# Muhammad memenggal 900 orang Yahudi Qurayza dalam waktu sehari (627AD).
# Perjanjian Hudaibiya (626 AD) ditandatangani oleh kaum pagan Mekah untuk berdamai dengan pihak Muhammad/Muslim selama 10 tahun. Muhammad dan pengikutnya boleh mengunjungi Ka’abah saat bulan suci.
# Penyerangan Khaybar (628 AD) terjadi.

Ayat-ayat penting saat pada tahap ini:

Quran 2:109
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Auwloh mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Auwloh Maha Kuasa atas segala sesuatu. (87)

Quran 2:190-194
Dan perangilah di jalan Auwloh orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Auwloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Auwloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Auwloh. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Auwloh dan ketahuilah, bahwa Auwloh beserta orang-orang yang bertakwa. (87)

Quran 2:216-217
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Auwloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Auwloh, kafir kepada Auwloh, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Auwloh. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (87)

Quran 2:256-257
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Auwloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Auwloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Auwloh Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (87)

Quran 8:1
Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Auwloh dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Auwloh dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Auwloh dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman." (88)

Quran 8:12-13
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggauwloh kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Auwloh dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Auwloh dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Auwloh amat keras siksaan-Nya. (88)

Quran 8:15-16
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Auwloh, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. (88)

Quran 8:39-41
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Auwloh. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Auwloh Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasanya Auwloh Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang. Maka sesungguhnya seperlima untuk Auwloh, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Auwloh dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Auwloh Maha Kuasa atas segala sesuatu. (88)

Quran 8:45-46
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Auwloh sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Auwloh dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Auwloh beserta orang-orang yang sabar. (88 )

Quran 8:61
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkauwloh kepada Auwloh. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (88)

Quran 8:65
Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (88)

Quran 8:67
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Auwloh menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Auwloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (88)

Quran 3:195
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Auwloh. Dan Auwloh pada sisi-Nya pahala yang baik.". (89)

Quran 33:50
Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Auwloh untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Auwloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (90)

Quran 4:76
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Auwloh, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (92)

Quran 4:84
Maka berperanglah kamu pada jalan Auwloh, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Auwloh menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Auwloh amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya). (92)

Quran 4:89
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Auwloh. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong, (92)

Quran 4:95-96
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Auwloh dengan harta mereka dan jiwanya. Auwloh melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Auwloh menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Auwloh melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Auwloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (92)

Quran 4:100
Barangsiapa berhijrah di jalan Auwloh, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Auwloh dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Auwloh. Dan adalah Auwloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (92)

Quran 22:58-59
Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Auwloh, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Auwloh akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Auwloh adalah sebaik-baik pemberi rezki. Sesungguhnya Auwloh akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (syurga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Auwloh Maha mengetahui lagi Maha Penyantun. (103)

Quran 22:78
Dan berjihadlah kamu pada jalan Auwloh dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Auwloh) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Auwloh. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong. (103)

Quran 48:16
Katakanlah kepada orang-orang Badwi yang tertinggal: "Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam). Maka jika kamu patuhi (ajakan itu) niscaya Auwloh akan memberikan kepadamu pahala yang baik dan jika kamu berpaling sebagaimana kamu telah berpaling sebelumnya, niscaya Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih". (111)

Quran 48:29
Muhammad itu adalah utusan Auwloh dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Auwloh dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Auwloh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Auwloh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (111)


Tahap 4: Penyerangan Agresif Tanpa Batas untuk Menyebarkan Islam.

Tahap ini adalah pelaksanaan perang yang menyerang terhadap semua non muslim atau kafir. Tahap ini mulai di tahun 630 AD setelah Muhammad masuk lagi ke Mekah dan mengambil alih Ka’abah dari tangan kaum pagan. Inilah tahap yang berlaku bagi semua Muslim saat ini.

Hal-hal yang Terutama:
# Ijin perang diturunkan oleh Awloh/Muhammad untuk mengumumkan perang agresif terhadap semua kafir.
# Bunuh kaum pagan dan tundukkan kaum Yahudi dan Kristen melalui pajak paksa Jizya.
# Operasi Militer Tabuk (late 630 AD) adalah serangan pertama terhadap Kristen.
# Dunia dibagi dalam dua jenis rumah, yakni Rumah Islam (Darul Islam) dan Rumah Perang (Darul Harb).
# Semua Muslim harus berperang untuk mengganti Darul Harb menjadi Darul Islam.
# Inilah ajaran akhir Qur’an dan ini berlaku hari ini dan untuk seterusnya, selama-lamanya.
# Kristen sekarang termasuk dalam daftar musuh (jadi sekarang jumlah musuh ada 4 kelompok).
# Ayat 9:5 (yang juga dikenal sebagai ayat pedang) mengganti semua ayat-ayat yang menunjukkan pengampunan, kasih sayang, toleransi dan pemaafan terhadap semua non-Muslim.

Ayat-ayat penting saat pada tahap ini:

Quran 3:85
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (89)

Quran 5:33
Dan Auwloh sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Auwloh akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun, (112)

Quran 5:51
Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Auwloh sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya, (112)

Quran 9:1-6
Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Auwloh dan RasulNya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka). Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Auwloh, dan sesungguhnya Auwloh menghinakan orang-orang kafir. Dan (inilah) suatu permakluman daripada Auwloh dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Auwloh dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Auwloh. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Auwloh menyukai orang-orang yang bertaqwa. Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Auwloh Maha Pengampun lagi maha Penyayang. Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Auwloh, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (113)

Quran 9:11-15
Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Auwloh-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. Perangilah mereka, niscaya Auwloh akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Auwloh akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Auwloh menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Auwloh maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (113)

Quran 9:16
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Auwloh belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Auwloh, RasulNya dan orang-orang yang beriman. Dan Auwloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (113)

Quran 9:17
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Auwloh, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. (113)

Quran 9:19-22
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Auwloh dan hari kemudian serta bejihad di jalan Auwloh? Mereka tidak sama di sisi Auwloh; dan Auwloh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Auwloh dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Auwloh; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padaNya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Auwloh-lah pahala yang besar. (113)

Quran 9:28
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Auwloh nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Auwloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (113)

Quran 9:29-31
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Auwloh dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Auwloh dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Auwloh), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Auwloh" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Auwloh". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Auwloh mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Auwloh dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Auwloh dari apa yang mereka persekutukan. (113)

Quran 9:38-41
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Auwloh" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Auwloh menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Auwloh Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Auwloh telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Auwloh beserta kita." Maka Auwloh menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Auwloh itulah yang tinggi. Auwloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Auwloh. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (113)

Quran 9:52
Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Auwloh akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu." (113)

Quran 9:90
Dan datang (kepada Nabi) orang-orang yang mengemukakan 'uzur, yaitu orang-orang Arab Baswi agar diberi izin bagi mereka (untuk tidak berjihad), sedang orang-orang yang mendustakan Auwloh dan Rasul-Nya, duduk berdiam diri saja. Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka itu akan ditimpa azab yang pedih. (113)

Quran 9:111
Sesungguhnya Auwloh telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Auwloh; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Auwloh di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Auwloh? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (113)

Quran 9:122
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (113)



KESIMPULAN


Jadi apakah yang kau pelajari dari ayat-ayat Qur’an di atas? Bingung? Kalau iya, itu wajar. Ketika para ahli Islam di Barat teriak-teriak bahwa “Islam itu agama damai. Islam itu agama penuh toleransi. Islam itu mengajarkan pengampunan,” siapa yang tidak bingung mendengar pernyataan-pernyataan yang kontradiktif dengan ayat-ayat di atas? Kuberitahu ya... Sebenarnya tidak ada kebingungan sama sekali jika kau mengikuti hukum sederhana pembatalan atau abrogation dalam Islam. (lihat penjelasan ‘abrogasi’ di bagian akhir artikel. -adm).

Hukum pembatalan ini berkata bahwa jika terdapat pernyataan-pernyataan kontradiktif dalam Qur’an, maka ayat yang paling baru membatalkan ayat-ayat yang lama. Hasilnya adalah hanya ayat-ayat terbaru saja yang tetap sah berlaku tanpa ragu. Karena itu penting untuk mengetahui kronologi susunan ayat-ayat Qur’an.

Mari kita lihat dari penerjemah modern Qur’an dan Hadis. (terjemahan Yusuf Ali sih udah terlalu tua).
“Jadi pertama-tama ‘berperang’ itu dilarang, lalu diijinkan dan setelah itu diwajibkan melawan mereka yang memulai ‘perang’ melawan Muslim dan semua yang tidak menyembah Auwloh”.
(Ref. Bagian pendahuluan dari terjemahan Inggris Sahih Bukhari oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan, Medina Islamic University).

Pada bagian yang sama, Dr M. Muhsin Khan menulis lebih jauh:
“Lalu Awloh menurunkan Sura Bara’at (9) untuk membuang (semua) kewajiban dan memerintahkan Muslim untuk berperang melawan semua kaum pagan dan juga orang-orang Kitab (Yahudi dan Kristen) jika mereka tidak memeluk Islam, sampai mereka membayar Jizya (pungutan pajak bagi kaum Yahudi dan Kristen yang tidak mau memeluk Islam dan hidup di bawah kekuasaan Islam) dengan perasaan tunduk dan takluk (9:29). Jadi mereka (Muslim) tidak diijinkan untuk tidak berperang melawan mereka (pagan, Yahudi dan Kristen) atau berdamai dengan mereka atau tidak memusuhi mereka untuk jangka waktu tak terbatas pada saat mereka (Muslim) kuat dan punya kemampuan untuk memerangi mereka (pagan, Yahudi, Kristen)."

Jalaluddin Suyuti menulis Itqan fi 'ulum-il-Qur’an di tahun 1497 AD. Buku ini adalah Tafsir Qur’an dan diakui di dunia Islam. Ini merupakan buku wajib baca bagi semua yang ingin mempelajari Qur’an dan ingin tahu ‘arti sebenarnya’. Bukunya yang lain yang terkenal berjudul Istenbat al-Tanzeel.

Di bukunya dia menulis:
"Semua dalam Qur’an tentang pengampunan telah dibatalkan oleh ayat 9:5”.

Mohon baca kutipan di atas sekali lagi jika kau serius ingin mengetahui tentang Islam. Ingatlah bahwa ayat ini adalah urutan kronologi nomer 113 (Ingat bahwa ada 114 sura dalam Qur’an).

Apologis Islam selalu mengutip ayat-ayat di bawah untuk menunjukkan pengampunan dan pemaafan dalam Islam:
@ Bagimu agamamu dan bagiku agamaku... Quran 109:6
@ Tiada paksaan dalam agama... Quran 2:256
@ Berpalinglah dari mereka yang menyembah illah-illah yang salah selain Auwloh... Quran 15:94

Sayangnya, semua ayat-ayat ‘lunak’ dalam Qur’an itu telah dibatalkan jika kita mengikuti Tafsir Suyuti dan hukum pembatalan oleh ayat pedang Q 9:5.

Orang-orang Islam senang sekali sama Karen Armstrong karena dia berpihak pada mereka. Karen Armstrong menulis untuk mengelabui non-Muslim untuk mempercayai apa yang tadinya sempat dikatakan George Bush, “Islam adalah agama damai.” Setiap orang yang punya pengetahuan cukup akan Islam tahu betul bahwa apa yang ditulisnya sangatlah menyesatkan dan tidak mengatakan yang sebenarnya sama sekali.

Ketika Karen Armstrong menulis dengan mengutip ayat Quran 2:190
‘satu-satunya perang yang diijinkan (dalam Qur’an) adalah perang bela diri. Para Muslim tidak boleh memulai permusuhan” (Time magazine, October 1, 2001), dia benar-benar tidak jujur dalam mengungkapkan arti sebenarnya 4 tahap perang dalam Islam yang jelas-jelas memerintahkan semua Muslim untuk mengumumkan perang terhadap Darul Harb (kawasan non-muslim atau kafir). Tahap Empat Jihad itu sah dilakukan sampai semua orang di seluruh dunia ditundukkan di bawah Islam. Karena itu Muslim masa kini sedang berada dalam masa perang dengan para kafir, tidak peduli apakah mereka (Muslim) itu berada di surga Islam seperti Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, Iran…. atau di tanah ‘kafir’ seperti USA, UK, Kanada, Perancis, Belanda, Jerman, (Eropa) dll.

Ini kutipan dari Alsaylu Jarar (4:518-519) oleh Al-Shawkani. Shawkani adalah penulis terkenal masalah-masalah Islam. Tulisannya penuh wibawa dan digunakan para Jihadis untuk membenarkan tindakan-tindakan kejam mereka:
Islam secara menyeluruh adalah tentang perang melawan non-muslim (kafir) dan memaksa mereka masuk Islam atau tunduk dan direndahkan dengan bayar pajak Jizya (uang keamanan bagi Kristen dan Yahudi saja) atau dibunuh. Ayat tentang pengampunan bagi kafir telah dibatalkan secara keseluruhan dengan kewajiban berperang untuk alasan apapun.”

Dapatkah Karen Armstrong dan Islamis lain yang tinggal dengan nyamannya dalam masyarakat sekuler non-Muslim di Barat membantah pernyataan ulama Islam ternama itu? Siapa yg lebih ber-otoritas, ulama islam tersebut atau si bule Karen Armstrong?

Ingatlah bahwa ayat 9:5 merupakan ayat Qur’an yang sangat penting. Ayat ini menandai momentum perubahan tahap pertama yakni pemberian maaf dan pengampunan kepada non-muslim ke tahap keempat yakni serangan terbuka terhadap non-muslim. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, ayat ini dikenal sebagai Ayat Pedang. Ayat ini membatalkan semua ayat-ayat yang berisi toleransi bagi non-Muslim (sebanyak 111 sampai 124 ayat; kau harus mengamati semua ayat dalam Qur’an tentang pemberian maaf, pengampunan, persahabatan).

Juga, perhatikan dengan seksama bagaimana urutan kronologi meningkat tatkala Muhammad berubah dari orang anti kekerasan (seperti Buddha) ke nazi fasis seperti Hitler, Mussolini, Osama, atau Ayatollah. Kenyataannya, kita dapat mengambil kesimpulan dengan tepat bahwa Muhammad adalah orang “suci” sebelum urutan kronologi Qur’an mencapai 87, tapi setelah itu dia jadi diktator fasis yg bengis.

Juga perhatikan bahwa urutan kronologi di tahap akhir penyerangan agresif terhadap semua non-Muslim di dunia (tahap 4) adalah di bagian yang hampir paling akhir (113) dari Sura Qur’an. (Ingat bahwa terdapat 114 Sura dalam Qur’an).

Apakah berbohong (taqiya) diperbolehkan dalam Islam? Aku mestinya sinting untuk bertanya semacam itu! Kau kira tentu saja tidak, bukan? Bohong merupakan dosa besar dalam islam, setidaknya begitulah yang para Islamis inginkan kita percaya. Ini benar-benar tipuan semata. Muslim boleh bohong (disebut sbg prinsip ‘taqiya’) untuk membuat Islam agama yang menguasai dunia. Apakah kau tidak percaya? Lihat sendiri apa yang dikatakan Imam Ghazali (ulama top Islam yang lain):
“Tujuan berbicara adalah untuk mencapai tujuan. Jika tujuan yang baik dapat dicapai melalui menyatakan kejujuran dan kebohongan, maka tidaklah diperbolehkan untuk berbohong karena tidak perlu. Jika tujuan dapat dicapai melalui berbohong dan tidak bisa dicapai melalui kejujuran, maka diperbolehkan untuk berbohong.”
(Ref: Ahmad Ibn Naqib al-Misri, The Reliance of the Traveller, translated by Nuh Ha Mim Keller , Amana publications, 1997, section r8.2, p.745).

Dan apakah tujuan yang lebih mulia bagi Muslim selain untuk membuat Islam menjadi pemimpin dunia? Inilah rahasia mengapa orang Islam selalu saja bohong (ber-taqiya) tentang agama mereka yang sebenarnya ketika mereka hidup di negara Barat. Jika mereka mengatakan yang sebenarnya, tiada seorang pun yang tertarik memeluk Islam.

Islamis seringkali menyerang orang-orang sekuler dan tak beragama jikalau mereka (orang-orang sekuler tak beragama) mengutip ayat-ayat keras Qur’an. Islamis itu dengan cepat mengajukan argumen bahwa pengutipan itu di luar konteks.

Argumen ini jelas bukti nyata bahwa mereka memang sedang mempraktekkan kebohongan belaka.

----------
*A double-faced head represented Janus, a Roman god. (Janus, dewa bermuka dua dlm mithologi Yunani).


Kasem writes from Sydney, Australia. Comments could be made by writing to abul88@hotmail.com

Note: The author relied on the English Translation of Qur’an by A. Yusufali and the English Translation of Sahih Bukhari by Dr. M. Muhsin Khan. All references given are believed to be correct. However, the author is not responsible for any misconception that a reader may have due to his consultation of other sources.

Klik-Link-Sumber







ABROGATION


D

alam Islam ada konsep Nasikh-Mansukh atau Abrogation (penganuliran) untuk hapus-menghapus ayat-ayat Quran. Menurut hemat saya hal ini membuktikan bahwa Auwloh tidak konsisten dengan wahyunya dan tidak maha tahu. Kalo maha tau, tidak perlu pakai acara ralat meralat. Berikut ayat-ayat dalam Quran mengenai Nasikh-Mansukh:

Quran 2:106
Ayat mana saja yang Kami nasakh-kan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa Auwloh Maha Kuasa atas segala sesuatu?

Quran 13:39
Auwloh menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).

Quran 17:86
Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapat seorang pembelapun terhadap Kami.

Quran 16:101
Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Auwloh lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja". Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui.

Quran 22:52
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Auwloh menghilangkan apa yang dimaksud oleh syaitan itu, dan Auwloh menguatkan ayat-ayatNya. Dan Auwloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,

Ayat 22:52 ini ada kaitannya dengan "Satanic Verse".

Ketidak-konsistenan Auwloh jelas terlihat jika kita membandingkan ayat-ayat Quran di atas dengan ayat-ayat Quran berikut yang mengatakan bahwa kata-kata Auwloh yang diwahyukan tidak pernah berubah sepanjang masa:

Quran 10:64
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Auwloh. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.

Quran 6:34
Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Auwloh. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu..


Klik-Sumber1 & Klik-Sumber2



CHRONOLOGY AYAT-AYAT QUR’AN

Nih, gue tulis terjemahan bagian kecil aja. Lagi capek banget. Bagian seterusnya terjemahin sendiri ya. Sorry.

Surah-surah dari Periode Mekah Pertama biasanya pendek. Ayat-ayatnya juga pendek dan ritme bahasanya penuh ‘imagery.’ Surah-surah periode ini, dlm urutan yg diberikan Nöldeke adalah: 96, 74, 111, 106, 108, 104, 107, 102, 105, 92, 90, 94, 93, 97, 86, 91, 80, 68, 87, 95, 103, 85, 73, 101, 99, 82, 81, 53, 84, 100, 79, 77, 78, 88, 89, 75, 83, 69, 51, 52, 56, 70, 55, 112, 109, 113, 114, 1.

Pada Periode Mekah Kedua ini ada transisi dari entusiasme periode pertama kepada ketenangan Surah kedua. Surah-surah disini semakin panjang dan sering memiliki introduksi formal spt: 'Ini firman Tuhan...' Dan kalimat-kalimat sering didahului dgn ‘qul,’ 'katakan', sbg perintah kpd Muhamad. Tuhan sering dirujuk sbg ‘ar-Rahmån.’
Surah-surah periode ini adalah : 54, 37, 71, 76, 44, 50, 20, 26, 15, 19, 38, 36, 43, 72, 67, 23, 21, 25, 17, 27, 18.

Dlm Periode Mekah Ketiga, penggunaan istilah ar-Raømån berhenti, tetapi karakterisitik Periode Kedua nampak semakin intensif. Cerita-cerita ramalan sering diulang-ulang dgn variasi pada penekanan. Surah-surah ini adalah: 32, 41, 45, 16, 30, 11, 14, 12, 40, 28, 39, 29, 31, 42, 10, 34, 35, 7, 46, 6, 13.

Surah-surah periode Medinah tidak menunjukkan perubahan gaya melainkan perubahan subyek. Karena kini nabi sudah diakui oleh masyarakat, wahyu-wahyu yg turun mengandung hukum dan peraturan bagi masy. Sering ayat ini disampaikan kpd masyarakat. Peristiwa-peristiwa kontemporer disebut dan pentingnya mereka ditekankan.
Surah-surah periode itu: 2, 98, 64, 62, 8, 47, 3, 61, 57, 4, 65, 59, 33, 63, 24, 58, 22, 48, 66, 60, 110, 49, 9, 5. 2




The suras of the First Meccan Period are mostly short. The verses also are short, and the language rhythmic and full of imagery. Groups of oaths often occur at the beginning of passages. The suras of this period, in the order assigned to them by Nöldeke are: 96, 74, 111, 106, 108, 104, 107, 102, 105, 92, 90, 94, 93, 97, 86, 91, 80, 68, 87, 95, 103, 85, 73, 101, 99, 82, 81, 53, 84, 100, 79, 77, 78, 88, 89, 75, 83, 69, 51, 52, 56, 70, 55, 112, 109, 113, 114, 1.

In the Second Meccan Period there is a transition from the sublime enthusiasm of the first period to the greater calmness of the third. The fundamental teaching is supported and explained by numerous illustrations from nature and history. There are also discussions of some doctrinal points. In particular emphasis is placed on the signs of God's power both in nature and in the events which befell former prophets. The latter are described in a way which brings out their relevance to what was happening to muhammad Muøammad and his followers. Stylistically, the period is distinguished by new modes of speech. Oaths are seldom used. The suras grow longer and frequently have formal introductions, such as: 'This is the revelation of God...'. Passages are often preceded by qul, 'say', as a command to muhammad Muøammad. God is frequently referred to as ar rahman ar-Raømån, 'the Merciful'. The suras of the period are: 54, 37, 71, 76, 44, 50, 20, 26, 15, 19, 38, 36, 43, 72, 67, 23, 21, 25, 17, 27, 18.

In the Third Meccan Period the use of ar rahman ar-Raømån as a proper name ceases, but other characteristics of the second period are intensified. The prophetic stories are frequently repeated with slight variations of emphasis. The suras of this period are: 32, 41, 45, 16, 30, 11, 14, 12, 40, 28, 39, 29, 31, 42, 10, 34, 35, 7, 46, 6, 13.

The sums of the Medinan Period show not so much a change of style as a change of subject. Since the Prophet is now recognized as such by a whole community, the revelations contain laws and regulations for the community. Often the people are directly addressed. Some contemporary events are mentioned and their significance made clear. The suras of the period are: 2, 98, 64, 62, 8, 47, 3, 61, 57, 4, 65, 59, 33, 63, 24, 58, 22, 48, 66, 60, 110, 49, 9, 5. 2

As a first approximation to the historical order of the quran QurŸån Nöldeke's arrangement is useful. The criterion of style plays too large a part in it, however. The style of the quran QurŸån undoubtedly changes through the years, but it should not be assumed that the change was a steady progression in one direction, for example, towards longer verses. It may well be that the style of different passages of about the same date varied according to their purposes, as indeed is suggested in the quran QurŸån (e.g. 47.20/2; cf. 62.2). It is doubtful, too, whether the use of ar rahman ar-Raømån as a proper name can be restricted to a few years. It may have been introduced in the Second Meccan Period, but there is no record of it having been explicitly dropped. It continued to be used in the bismillah bismillåh, and the Meccans who objected to this as a heading for the protocol of the treaty of hudaybiya al-Øudaybiya seem to have regarded ar rahman ar-Raømån rahim ar-Raøæm as proper names.
The chief weakness of Nöldeke's scheme, however, is that he mostly treats suras as unities. Occasionally he admits that passages of different dates have found their way into the same sura, but this is exceptional. Subsequent scholars, while retaining the sura itself as the ultimate unit and showing reluctance to admit breaks in its composition, have allowed more intrusion of later passages into earlier suras. If, as has been argued above, however, the original unit of revelation was the short passage, and such passages were afterwards 'collected' to form suras, then the date of the separate passages becomes a prior question. There may be a slight presumption that passages of about the same date would be 'collected' into the same sura, but it is at least possible that some suras contain passages originally revealed at different dates. If both the unit passages and the suras have been subject to revision during muhammad Muøammad's lifetime, the problem becomes even more complicated. Thus it may well be doubted whether it will ever be possible for scholars to produce a complete arrangement of the quran QurŸån in chronological order.
Other proposed solutions of the problem by European scholars may be mentioned briefly. In his biography of muhammad Muøammad Sir William Muir, working independently of Nöldeke, suggested an arrangement of the suras that was broadly similar; but a number of passages dealing with the wonders of nature were placed before muhammad Muøammad's call to be a prophet and before the suras traditionally accepted as the first revelations [96 and 74]. 3 An order different from Nöldeke's resulted from Hubert Grimme's attempt to arrange the suras on the basis of doctrinal characteristics. 4 He distinguished two main groups of Meccan suras. The first proclaims monotheism, resurrection, the Last Judgement and a future life of bliss or torment; man is free to believe or not; muhammad Muøammad is spoken of as a preacher only, not a prophet. The second group introduces God's rahma raøma, 'mercy' or 'grace', and with this the name of ar rahman ar-Raømån is associated; the revelation of 'the Book' becomes prominent, and stories of former recipients of revelation are recounted. Between these two groups are some intermediate suras in which the Judgement is represented as near, and stories are told of punishments falling on unbelieving peoples. While Grimme is right in looking to the sequence of ideas, this criterion by itself is insufficient and must be combined with others.

A radical departure from Nöldeke's scheme came at the beginning of the twentieth century with Hartwig Hirschfeld's New Researches into the Composition and Exegesis of the quran Qoran. 5 He based his dating on the character of separate passages as original revelation, confirmatory, declamatory, narrative, descriptive or legislative. His position is interesting in that he recognizes that it is passages rather than suras with which we have to deal; but his detailed arrangement has not found much acceptance. A recent treatment of the subject is that of Régis Blachère in his French translation. 6 The suras are printed in a chronological order which deviates from Nöldeke's only at a very few points, and fully accepts his idea of three Meccan periods, In the actual arrangement two suras have been divided into two; the opening verses of suras 96 and 74 come first of all (in accordance with Islamic tradition), while the remainder of each sura is put considerably later. Even where a sura is all printed consecutively, however, it may be divided into separate sections and different dates assigned to these. When blachere Blachère's dating and structural analysis is compared with Bell's, it appears that, while he is prepared to accept many of the latter's presuppositions, he is less radical in working them out. Though he refers to Bell, the impression is given that he became familiar with the Translation only after his own work was virtually complete-something for which the Second World War may be chiefly responsible.
The most elaborate attempt so far to discover the original units of revelation in the quran QurŸån and to date these is that incorporated by Richard Bell in his Translation, published in 1937 and 1939. He set out from the position, accepted in a general way by Muslim scholars, that the original unit of revelation was the short passage. He further held that much of the work of 'collecting' these into suras had been done by muhammad Muøammad himself under divine inspiration, and that both in the process of 'collecting' and at other times-always under divine inspiration-he had revised passages. The arguments Bell used are roughly those given in the first two sections of the previous chapter. These points seem to be accepted by Blachère, though he is much more hesitant in claiming that he is able to detect revisions. Beyond that Bell put forward the hypothesis explained and criticized in the last section of the previous chapter. Though the hypothesis has greatly influenced the physical appearance of the printed translation, its rejection does not invalidate to any appreciable extent his dating of particular passages. This dating was based on a careful analysis of each sura, which was in effect a dissection of the sura into its component parts. This analysis, though making the work of dating more complex, in itself yielded certain results, for example, through the recognition of alternative continuations of a verse or phrase. Bell also made a resolute attempt not to read into any passage more than it actually says. This meant setting aside the views of later Muslim commentators in so far as these appeared to have been influenced by theological developments which came about long after the death of the Prophet, and endeavouring to understand each passage in the sense it had for its first hearers.
Like all those who have attempted to date the quran QurŸån Bell accepted the general chronological framework of muhammad Muøammad's life as this is found in the sira Særa or biography by hisham Ibn-Hishåm (d. 833) and other works. This is chiefly a chronology of the Medinan period from the Hijra or emigration to Medina in 622 to muhammad Muøammad's death in 632. For the previous period the dates are few and uncertain. Where passages of the quran QurŸån can be linked up with events like the battles of Badr or uhud Uøud or the conquest of Mecca, they can be dated fairly exactly. This chronological framework may be supplemented by the sequence of ideas in the quran QurŸån. About this, of course, there is some disagreement. On this point Bell had definite views, some already worked out in his book on The Origin of Islam in its Christian Environment. These views were similar to those about to be given in the next section, but not identical with them. Bell also regarded style as being to some extent a criterion of relative date, and agreed with Nöldeke in holding that the short crisp verse and studied rhyme usually belong to an earlier stage than the loose trailing verse and rhyme mechanically formed by grammatical terminations. Now some thirty years after the appearance of Bell's Translation it is clear that he did not solve all the problems, but he nevertheless made a contribution of supreme importance by calling the attention of scholars to the complexity of the phenomena.

3. The sequence of ideas as a guide to chronology
Islamic scholarship, regarding the quran QurŸån as the eternal Word of God, is unwilling to admit any development of thought in it. Clearly, in so far as God is eternal and unchanging, his thought cannot change. Yet in so far as the quran QurŸån is God's Word addressed to men, there is nothing inconsistent in supposing a change of emphasis according to the needs of the original hearers at any given time and according to what they were able to accept and understand. Some such idea is indeed implicit in the doctrine of abrogation. It is no easy matter, of course, to establish a sequence of ideas or of emphases, and in details there are bound to be divergences between scholars. Yet by noting the ideas emphasized in the suras or passages about whose date there is some agreement, an approximation may be made to the sequence of ideas. The study of phraseology sometimes helps, since certain words and turns of phrase are associated with the introduction of a new emphasis in doctrine. The use of a word or phrase tends to continue indefinitely, however, and in its later instances it does not necessarily indicate a special emphasis.
During the last century there has been considerable discussion among European scholars about which points were given prominence in the earliest revelations. For long it had simply been assumed that, in so far as muhammad Muøammad's mission had had a genuinely religious aim, it was to proclaim the unity of God and to attack idolatry. In 1892 in a biography of muhammad Muøammad 7 the German scholar Hubert Grimme tried to show that he was primarily a socialistic reformer who made use of religion in order to carry out his reforms. This hypothesis was vigorously criticized and demolished by a Dutchman, C. Snouck Hurgronje, 8 who argued not only that muhammad Muøammad was primarily a religious leader but also that the motive which drove him on had been the thought of the Day of Judgement and its terrors. This view was accepted favourably in certain circles, especially where eschatology was in fashion. It is prominent, for example, in the life of muhammad Muøammad by Tor Andrae, a Swede. 9 There were also opponents, however, and among these was Richard Bell who suggested rather that the earliest revelations were appealing to men to recognize 'God's bounties in creation' and to show gratitude to him. Bell admitted that the idea of Judgement was in some sense present from the first, but maintained that the descriptions of the terrors of Hell came only later, and indeed after accounts of special punishments on those who disbelieved in prophets. 10
The question is best answered by a careful examination of the passages generally agreed to be early. It may also be assumed that before opposition appeared to muhammad Muøammad, he had proclaimed some positive message which had annoyed some men; and from this it follows that among the early passages those in which the existence of opposition is mentioned or implied are likely to be later than those where it is not. If one then considers the passages which are regarded as early by both Nöldeke and Bell, and where there is no mention of opposition, one finds that the following points are most prominent:
(1) God is all-powerful and also good or well-disposed towards men; all that is best in men's lives is due to him and also life itself.
(2) God will judge men on the Last Day, and assign them to Heaven or Hell according to their conduct in this life.
(3) Man is to recognize his dependence on God and to show gratitude to him and worship him.
(4) Man's recognition of his dependence on God must also express itself in his attitude to wealth-no niggardly hoarding, but generosity to those in need.
(5) muhammad Muøammad has a special vocation to convey knowledge of these truths to those round him. 11
In the early passages these points are of course elaborated in various ways; but it is perhaps worth remarking that on the practical side (point 4) there is virtually nothing apart from the different aspects of the attitude to wealth.
There seems to be some connection, though its precise nature is not clear, between the appearance of opposition to muhammad Muøammad and the revelation of passages criticizing and attacking idol-worship. At a very early date in Surat Quraysh (106) there is an appeal to the people of Mecca to worship 'the Lord of this house', that is, the kaba kaaba Kaÿba at Mecca. This phrase has puzzled some European scholars, since they assumed that at this period the Lord of the kaba kaaba Kaÿba was an idol. The explanation of the verse is simple, and rests on two points. 12 One is that the Arabic word auwloh allåh, like the Greek ho theos, may be understood either as 'the god' worshipped at a particular sanctuary (and so one god among many) or as 'God' in the sense of the purest monotheism. Thus while some Arabs may have thought of auwloh allåh as 'the god' of the kaba kaaba Kaÿba in a polytheistic sense, Muslims could believe that it was God, the source of the revelations to muhammad Muøammad, who was worshipped there. The transition from one interpretation to the other was made easier by the second point for which there are several pieces of evidence in the quran QurŸån. This is that among the Arabs of muhammad Muøammad's time there were many who believed that above the deities represented by the idols there was a 'high god' or supreme deity, auwloh Allåh. One passage apparently describing such a view is 29.61, 63, 65:
If you ask them who created the heavens and the earth and made the sun and moon subservient, they will certainly say, 'God' . . . And if you ask them who sent down water from the heaven and thereby revived the earth after its death, they will certainly say, 'God' . . . And when they sail on the ship, they pray to God as sole object of worship, but when he has brought them safe to land they 'associate' (sc. other beings with God).
Sometimes the lesser deities were apparently regarded as interceding with the supreme God. 13 The temptation in the 'satanic verses' intruded after 53.19,20 was probably to regard God as a supreme deity of this type besides whom there were lesser deities-perhaps to be identified with angels-who might intercede with him on behalf of those who showed honour to them.
Whatever the precise form of the pagan beliefs of those who opposed muhammad Muøammad, and whatever non-religious motives they may have had, it is clear that at some point the quran QurŸån began to attack all forms of polytheism with the utmost vigour. In some passages the pagan deities are not denied all reality, but are spoken of as a species of inferior beings, possibly angels or jinn, who have no power to thwart or even influence God's will though popularly supposed to be able to intercede with him. In other passages all reality is denied to them, and they are said to be mere names invented by the ancients. In yet other passages belonging to the Medinan period and perhaps with Christians in view, it is stated that messengers sent by God have wrongly had worship rendered to them, but that they will deny their worshippers at the Judgement. Chronologically the emphases probably came in the order in which they are described here.
After the appearances of opposition a change is also found in the statements about God's punishment of unbelievers and wrongdoers. On the one hand, it is frequently asserted that God will destroy or otherwise punish unbelieving peoples in this world. This theme is illustrated from a number of actual stories, the 'punishment stories' to be considered in chapter 8, section 2. On the other hand, the doctrine of the Last Day is further developed, and the torments of Hell and joys of Paradise are described in greater detail. In connection with this, however, several other matters seem to make their first appearance or to receive greater emphasis. It may be that the angels were first mentioned in connection with the Judgement. Certainly it is towards the end of the Meccan period that they are often spoken of as agents, either alone or with 'the spirit' (ar ruh ar-rõø), of God's providence and revelation. About the same time the name of ar rahman ar-Raømån, 'the Merciful', is introduced, and is perhaps accompanied by a deeper sense of rahma raøma or 'mercy'. It is presumably because of the deepening spiritual understanding of the believers that the quran QurŸån begins to employ such terms expressive of their relation to God as tawba, 'repentance', maghfira, 'forgiveness', kaffara kaffåra, 'absolution', and ridwan riðwån, 'approval'. Some of these may first have come after the Hijra.
The Hijra brought the Muslims into close contact with Jews. muhammad Muøammad seems at first to have expected that the Jews would recognize the identity of the revelation given to him with what they had in the Hebrew Bible, and was prepared to be friendly with them. It soon became evident, however, that the Jews were not prepared to accept the quran QurŸån as revelation, and relations between them and the Muslims deteriorated. The Muslims learnt too of the differences between Judaism and Christianity and were greatly puzzled, since they regarded both as based on genuine revelations from God. Gradually an understanding of the solution of this problem was provided by the quran QurŸån. It was linked with fresh emphasis on the figure of Abraham, especially on the fact that he was neither a Jew nor a Christian. 14 Though Jews and Christians believe that they worship 'the God of Abraham, Isaac and Jacob' and there is some continuity with the religion of these men, it is also a fact that the Jewish religion can be said at earliest to begin with Jacob (Abraham's grandson), though the main revelation only came with Moses. In the quran QurŸån Abraham is connected with Mecca, but the contemporaries of muhammad Muøammad do not seem to have thought of Ishmael (Abraham's son) as their ancestor, though the descent of many Arabs from Ishmael (as alleged in the Old Testament) was accepted by later Muslim scholars






Sumber:

http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=3332
http://www.420megs.com/users/undressing-islam/two-faces-of-quran.htm
http://www.faithfr.dreamhosters.com/Articles/AbulKasem50623.htm

- Kontributor: NoMind.
# Mind is full of biased, prejudiced, and dualistic thoughts. No-mind is consciousness without thoughts.
# I disapprove of what you say, but I will defend to the death your right to say it. – Voltaire.