SWARA NON-MUSLIM

Blog ini di-dedikasikan bagi kalangan non-muslim Indonesia!

Hi guys, apa kabar? Gimana keadaan di Indonesia sekarang?

FYI:

Sementara blog ini sedang di maintenance silakan click blog ini

-------> nabimuhamad.wordpress

Semua artikel di blog itu bisa langsung di download (PDF file). Juga tersedia terjemahan buku-buku "subversif" dalam bhs Indonesia yg tidak mungkin boleh diterjemahkan & disebarkan secara 'legal' di negara-negara mayoritas islam, include Indonesia, karena akan bikin para muslimer penganut "agama damai" itu ngamuk bin kalap.

Buruan download ebook-nya mumpung belum disensor oleh muslim yg ketakutan islamnya dibongkar habis kepalsuannya.

Untuk info lainnya silahkan email aku: namasamaran@riseup.net atau follow twitterku:@islamexpose

Selamat datang dalam Terang Kebenaran. God bless you all



RAHASIA SUKSES MUHAMAD


The Secret of Muhammad’s Success
By Ali Sina


Saya pernah ditanya: mengapa kalau Islam bukan agama tetapi hanya sebuah aliran sesat, Islam tetap sukses dan masih eksis sementara aliran sesat lainnya gagal?
-------------------------------

Jawab saya :

1). Kerancuan Logika

“Logika” ini adalah halangan terbesar bagi Muslim utk bisa menyadari arti Islam sebenarnya. Saya akan membahas ini, tapi terlebih dahulu mari kita menganalisa logika ini.

Beberapa kerancuan Logika

Pernyataan bahwa Islam pasti benar karena bertahan selama 1400 tahun adalah argumen favorit kaum Muslim apologis. Argumen ini dlm bahasa Arab disebut “Taghrir” dan dlm bahasa Inggris/Latin dikenal sbg “argumentum ad antiquitatem”.

Argumentum ad antiquitatem, adalah asumsi bahwa sesuatu pasti baik karena berusia tua, atau karena “dari sononya memang begitu” (that's the way it's always been).

Kenyataannya, banyak teori bertahan selama ribuan tahun dan ternyata terbukti bersalah.

Salah satu teori ini adalah teori geosentrisitas. Sebelum munculnya Galileo, mayoritas manusia di dunia ini percaya bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Kepercayaan ini sudah ada dari jaman baheula. Matahari, Bulan dan seluruh alam semesta dipercaya memutari Bumi dan jarang ada orang yg menantang konsep ini. Namun terlepas dari awetnya teori ini, ternyata terbukti salah juga.

Contoh kerancuan logika lainnya adalah bahwa pastilah Islam benar karena: mana mungkin satu milyar pengikutnya salah?

Ini dinamakan “argumentum ad numerum”. Argumentum ad numerum menyatakan bahwa semakin banyak orang yg percaya sebuah teori, semakin besar kemungkinan bahwa teori itu benar.

Sama sprti contoh teori geosentri diatas dan teori bumi datar, argument ini juga merupakan logika rancu.

Kebenaran tidak berubah menjadi ketidakbenaran hanya karena tidak ada yg mempercayainya dan sebaliknya ketidakbenaran tidak dapat menjadi kebenaran karena banyak orang mempercayainya. Truth cannot be attained through the consensus of the majority. Kebenaran tidak didapatkan dari consensus mayoritas. Kebenaran bukan hasi pencarian polling pendapat.

Variasi lain dari argumentum ad numerum adalah “argumentum ad populum.” Argumentum ad populum menyatakan suatu teori adalah benar karena disukai oleh banyak orang.

Contoh: "Selama 1400 tahun jutaan orang percaya kpd Islam. Islam memiliki dampak besar terhdp kehidupan mereka. Islam memberikan dunia Algebra dan banyak sains lainnya. Jalanan di Baghdad terang benderang sementara Eropa masih dalam abad kegelapan. Apakah kau menyatakan bahwa satu milyar orang salah?"

Kebenaran sebuah agama harus diuji atas dasar prinsip-prinsip agama itu tanpa memperhitungkan antikuitas atau popularitasnya.

2). Jadi mengapa Islam sukses sementara aliran lain gagal?

Ada 2 jawaban atas pertanyaan ini:
1- Islam adalah kebohongan terbesar (Islam is the biggest lie).
2- Muhamad adalah psikopat keji (Muhammad was a ruthless psychopath).

’Massa sebuah negara lebih mudah menjadi korban kebohongan besar daripada kebohongan kecil’ (The broad mass of a nation will more easily fall victim to a big lie than to a small one). Ini kata-kata Adolf Hitler. Kata-kata ini adalah saksi atas teori bahwa semakin besar sebuah kebohongan, semakin banyak orang yg percaya.

Logikanya adalah bahwa orang-orang normal biasanya tidak berani berbohong. Paling-paling bohong kecil-kecilan. Kita biasanya takut bahwa kebohongan yg lebih besar nanti tidak akan dipercaya dan pastilah kita malu nantinya kalau ketahuan dan dicap pembual besar. Tetapi ini lain dgn kebohongan besar. Kebohongan besar begitu luar biasa kedengarannya shg membuat para pendengar ternganga. Dan karena kebohongan besar itu begitu luar biasa dan mustahil kedengarannya, orang berasumsi bahwa ini pasti benar. Jangan lupa bahwa sang pembohong juga bukan sembarang pembohong, melainkan seorang psikopat, dan cara berpikirnya juga tidak dapat disamakan dgn cara berpikir atau cara berbohong orang normal.

Belum lagi, kesediaan sang psikopat pembohong itu untuk memaksakan kebohongannya itu dgn kekerasan ekstrim. Menggunakan kekerasan guna memaksakan sebuah kebohongan kerap kali diberlakukan dgn sukses oleh diktator macam Muhamad. Kerancuan ini disebut Argumentum ad baculum. Artinya: seseorang menggunakan kekerasan (atau ancaman kekerasan) utk memaksa orang lain agar menerima sebuah teori.

Argumen ini sering digunakan Muslim yg yakin bahwa alasan Muhamad menang melawan musuh-musuhnya adalah karena dukungan Tuhan. Mereka lupa bahwa Muhamad mengirimkan mata-mata utk mencatat kelakuan para calon korbannya dan menyerang mereka saat mereka lengah dan tidak berdaya. Ia menang bukan karena karunia Tuhan tetapi karena ia licik, curang dan biadab yang ngotot utk menang lewat cara apapun, termasuk tipu daya, fitnah dan kecurangan.

Anda memang tidak perlu Tuhan utk membunuh penduduk tidak bersenjata saat mereka pulang dari melakukan pekerjaan sehari-hari. Dgn kuda dan pedang mudah saja anda menebas kepala para wanita, anak-anak dan bahkan lelaki sekalipun.

Singkatnya, “Kekuatan membawa kemenangan”. Bahasa Jawanya: “Might is right.”

Ancaman langsung argumentum ad baculum dapat dilihat dari ayat-ayat Quran dibawah ini:

Slay the idolaters wherever you find them. [9:5].
I will instill terror into the hearts of the unbelievers: smite ye above their necks and smite all their finger-tips off them. [8:12].


Ancaman tidak langsung adalah seperti ini:
And as for those who disbelieve and reject Our Signs, they are the people of Hell. [5:11].

For him (the disbeliever) there is disgrace in this life, and on the Day of Judgment We shall make him taste the Penalty of burning (Fire). [22:9].


Ini menambahkan kesan dramatis dan kesan urgensi pada kebohongan besar itu. Tapi kalau anda memakai otak, anda tidak bisa kaget. Kalau anda cerdas, anda akan mengenal hal ini sbg kata-kata SETAN. Tetapi jika anda lugu dan mudah dibohongi, spt kebanyakan orang, anda menyangka bahwa sang pembohong memang diberikan kekuasaan dari atas.

Apalagi kalau sang pembohong sering menyebut dan memuji nama Tuhan saat membantai manusia lain. Ini bukan kerjaan kriminal. Seorang pelaku pidana sering merasa bersalah. Tidak demikian dgn psikopat. Mereka sanggup membantai jutaan orang tanpa rasa bersalah sedikitpun. Malah mereka merasa berhak. Hitler sendiri menyangka bahwa ia melakukan pekerjaan Tuhan.

Hitler mendapatkan dukungan jutaan orang Jerman dgn kebohongan besarnya. Ia memang pembicara ulung dan mampu mempengaruhi pendengarnya. Tatkala ia berbicara, suaranya semakin keras dan semakin lantang seakan-akan negara memang sedang dikejar-kejar musuh. Ia membakar semangat orang Jerman dengan patriotisme. Kepercayaannya bahwa semakin besar kebohongannya, semakin banyak orang yg percaya, ternyata terbukti benar. Jutaan rakyat Jerman mencintainya dgn sepenuh hati dan menangis histeris saat mendengarkan pidato-pidatonya.

Seandainya Hitler menyatakan dirinya sbg Sang Messiah/Sang Penyelamat, jutaan orang Jerman sekarang memeluk agama Hitlerisme (dan ini menjadi kalimat “syahadat” mereka: “Tidak ada Tuhan selain Nazisme dan Hitler adalah rasulNya” … mirip bukan dgn suara azan dipagi hari?

Nah, sama spt orang Jerman diatas, Muslim menyangka bahwa mereka percaya kpd Allah. Kenyataannya Allah-nya islam hanya kepanjangan ego Muhamad. Allah islam memang alat utk memudahkan kepercayaan kpd Muhamad. Ya, bukan Allah melainkan Muhammad-lah yg dipuja Muslim.

Muhamad adalah gurunya/sesepuhnya Hitler. Ini bukan kemampuan yg kita bisa belajar dgn mudah. Tetapi bagi psikopat narsisis semacam Hitler dan Muhamad, kemampuan membual ini merupakan kemampuan alami. Orang-orang semacam itu sepenuhnya tidak memiliki satu titik kesadaran-pun. Mereka pembohong patologis (pathological liars). Mereka memang benar-benar mempercayai kebohongan mereka sendiri yg semakin diperkuat oleh pujian para pengikut yg mereka bohongi itu.

Ada legenda Persia ttg seseorang bernama Mulla Nasreddin. Begini bunyinya: si Mulla Nasredddin membawa keledai-tuanya ke pasar utk dijual. Untuk menarik pembeli ia memuja-muja keledainya sampai suatu ketika ia mengatakan pada dirinya sendiri: kalau memang keledai saya ini sehebat spt yg saya katakan, mengapa saya menjual keledai ini? Akhirnya ia pulang dgn keledainya itu. Ia percaya dengan kebohongannya sendiri!

Mulla Nasreddin memang karakter lucu. Ia bukan psikopat. Tapi otak psikopat tidak bekerja dgn normal. Logika dan realitas bukan sesuatu yg mereka pusingkan. Nilai moralitas mereka berbeda total dgn manusia biasa.

Apakah kau tidak pernah heran mengapa maling menghancurkan jendela mobil anda hanya utk mencuri uang kecil dlm mobil tsb? Kau heran mengapa orang macam ini tidak memiliki kesadaran sedikitpun. Kau merasa ini tidak masuk akal. Kau mengalami kerusakan mobil seharga jutaan rupiah hanya karena uang recehan Rp.3000 (misalnya). Tapi kalau otak orang sudah dirasuki narkoba maka ia tidak lagi memiliki kesadaran. Nilai-nilainya berbeda dgn nilai-nilai orang normal disekitarnya. Ia tidak memikirkan dirimu apalagi mobilmu ataupun kerugianmu.

Contoh lain: Suatu hari saya pernah berada di sebuah negara Amerika Latin dan saya baca di surat kabar setempat bahwa seseorang membunuh orang yg tidak dikenalnya hanya karena ingin mencuri sepatu Nike-nya.

Nah begitulah, Muhammad, Hitler, Stalin, Mao Tse Tung, Pol Pot dan para narsisis patologis sukses lainnya tidak memiliki satu inci kesadaranpun. Nyawamu dan nyawa saya tidak berarti bagi mereka. Kecuali kalau kita berguna bagi mereka. Tapi kalau tidak, yah, habislah kita mereka babat.

3). Psikopat-psikopat Berpengaruh

Utk mengerti fenomena Muhamad, kita harus mempelajari aliran-aliran sesat modern dan mempelajari jalan pikir para pemimpin mereka:

Jim Jones meyakinkan orang-orang normal dan berpikiran sehat bahwa ia adalah sang penyelamat (the Messiah). Ia meyakinkan mereka agar meninggalkan keluarga merkea dan mengikutinya keujung hutan belaka. Ia meyakinkan pemerintah New Guyana agar memberikannya tanah gratis seluas 300 ha. Ia meyakinkan pengikutnya agar membawa senjata dan membunuhi siapapun yg membangkang. Kelompoknya membunuh seorang senator dan pengawalnya dan ia lalu meyakinkan pengikutnya agar meminum racun cyanide dan 911 pengikutnya dgn senang hati melakukan perintah bunuh diri massal itu.

David Koresh mengumpulkan pengikutnya di sebuah kompleks perumahan diluar Waco, Texas. Mereka mengikutinya. mereka mempersenjatai diri karena ia memerintahkannya. Mereka membiarkan para puteri remaja mereka ditidurinya, spt Abu Bakr mengijinkan Muhamad utk meniduri anak ingusannya, Aisyah. Mereka menembak mati 4 agen negara dan mengebom tempat itu sampai mengakibatkan kematian mereka dan anak-anak mereka sendiri. Ini mereka anggap lebih baik daripada menyerahkan diri ke pihak berwenang. 90 nyawa melayang dalam peristiwa ini akibat kesetiaan mereka pada seorang psikopat.

The Order of the Solar Temple: aliran apokaliptik ini menelan nyawa 74 pengikutnya dalam ritual bunuh diri. Kebanyakan pengikut mereka adalah orang berpendidikan tinggi dan berkecukupan, lebih intelek dari Abu Bakr, Omar dan sang remaja Ali yang lebih doyan menggunakan pedang ketimbang menggunakan otak.

Para pemimpin mereka adalah Luc Jouret, seorang dokter homeopathic Belgia dan Joseph di Mambro, pengusaha kaya. Mereka spt Muhamad dan Abu Bakar-nya aliran ini. Mereka juga percaya akan kesintingan mereka sendiri dan mereka juga bunuh diri.

Heaven's Gate: Tgl 26 Maret 1997, 39 anggota "Heaven's Gate" memutuskan utk "meninggalkan tubuh mereka" dan berlayar mengikuti ekor komet Hale-Bopp. Semua pengikutnya tewas setelah 3 hari. Mereka semuanya meminum racun dan bahkan melilitkan wajah mereka dng plastic agar mempercepat kematian.

John de Ruilter, dipercaya pengikutnya sbg lebih besar dari Yesus Kristus dan merelakan anak perempuan mereka digagahinya. Salah seorang pengikutnya bahkan seorang psikolog yg bersumpah bahwa dalam 30 tahun pengalaman prakteknya, ia belum pernah bertemu orang yg berpikiran “sewajar” John.

Dan masih ribuan lagi kasus macam ini. Para pemimpin aliran ini adalah orang-orang karismatik, persuasif dan yakin benar akan tujuan mereka. Mereka lain dari yang lain. Mereka kebanyakan adalah orang intelek, tetapi tidak dapat membedakan antara fantasi dan realitas. Mereka sanggup merubah pikiran orang dgn kekuatan berbicara dan keyakinan mereka. Ini karena memang mereka mempercayai kebohongan mereka sendiri. Gaya mereka yg begitu yakin sampai mengelabui orang-orang terdekat mereka, membuat mereka percaya bahwa pastilah orang-orang ini dikirim “dari atas.”

Mereka tidak bedanya dgn Muhamad. Ia psikopat. Saya sudah menjelaskan profil psikologis Muhamad dalam artikel lain berjudul The Force Behind Muhammad. Hitler, Stalin dan para pemimpin aliran lainnya bukan orang bodoh. Mereka sangat pandai, tetapi mereka tidak waras.

Lebih gila lagi adalah fakta bahwa satu milyar orang mengikuti psikopat ini dan kesemuanya dari mereka mendasarkan kepercayaan mereka pada beberapa kerancuan logika. Seperti domba mencari domba lain, kesemuanya mendasarkan kepercayaan mereka pada yang lain. Kalau semua domba berjalan menuju satu arah, maka pastilah itu arah yg benar. "Mana mungkin satu milyar orang bisa salah."

4)Mentalitas Domba dan De-individualisasi

Muslim menyebut diri Ummah. Asal katanya adalah “Ummi”. “Ummi” adalah kata yg dipakai Muhamad bagi dirinya sendiri. Artinya: orang yg buta huruf, tidak sekolah, tidak terdidik.

Oleh karena itu Ummah berarti komunitas para buta huruf. Yg dimaksudkan Muhamad adalah bahwa hal ini menujukkan bahwa pengetahuannya datang dari atas. Tetapi definisi sebenarnya Ummah adalah: para pengikut yang bodoh (the ignorant mass of believers).

Bacalah ayat 3:20 dibawah ini:


وَقُل لِّلَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ وَالأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ

dan katakan kpd Ahlul Kitab dan mereka yang tidak terpelajar: (Ummiyeen) "Apakah kalian menyerahkan diri kalian?"


Nah, kata Ummiyeen
الأُمِّيِّينَ disini adalah bentuk jamak kata “Ummi” yg diterjemahkan sbg, menurut:
Yusuf Ali: those who are unlearned - mereka yg tidak terpelajar.
Pickthal: those who read not - mereka yg tidak dapat membaca.
Shakir: the unlearned people - bangsa tidak terpelajar.


Mari kita ambil ayat lain (Imran 3:75):

قَالُواْ لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ

"Mereka mengatakan, "tidak ada suruhan bagi kami (utk berpegang kpd kepercayaan kami) dgn orang-orang berhala bodoh ini. (Ummiyeen)"


Yusuf Ali menerjemahkan kata ini sbg “ignorant” (bodoh).
Pickthal menerjemahkannya sbg “Gentiles” (kafir).
Dan Shakir menerjemahkannya sbg bangsa tidak terpelajar (unlearned people).

Kata benda "gentile" biasanya dipakai bagi seseorang yg tidak mengenal kitab sucinya. Dlm bahasa Inggris, sinonim bagi "gentile" adalah "pagan" (orang penyembah berhala).

Dalam sejarah, kata itu dipakai orang Romawi utk menggambarkan kaum bukan-Romawi (orang asing); orang Yahudi memakainya utk menggambarkan orang bukan-Yahudi; dan orang Kristen menggunakan kata itu bagi kaum penyembah berhala. Qur'an menggunakan kata al-Ummiyeen, utk menggambarkan orang-orang yg tidak dapat baca- tulis atau "the Unlettered folks".

Ayat 62:2 berbunyi,

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ

Terjemahan Yusuf Ali :
"Ia yang mengirimkan dari antara orang yg tidak dapat baca-tulis (the Unlettered) seorang nabi dari antara mereka,"

Dlm Komentarnya ia menulis: "The Unlettered: diterapkan pada sebuah bangsa, yaitu Arab, dan membandingkan mereka dgn para Ahlul Kitab..."

Ayat: 2:78,

وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لاَ يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ

Dan diantara para buta huruf, yg tidak mengenal Kitab (suci) itu…

Kata asal Ummi adalah "Um" (ibu). Secara etimologis, Ummi adalah keadaan alami manusia yg tidak tahu apa-apa, persis spt pada saat dilahirkan oleh sang ibu.

Jadi, Ummah adalah kumpulan orang-orang yg tidak terpelajar, buta huruf dan tidak tahu-menahu akan isi Kitab Suci mereka dan oleh karena itu tidak dpt menemukan jalan mereka. Spt anak kecil, Ummah itu memiliki kebutuhan terus menerus agar diberikan pengarahan. Imam, kata yg juga berasal dari akar kata yg sama, adalah orang yg menuntun sang Ummah. Ini spt konsep penggembala dan domba-dombanya. Seluruh komunitas Muslim dianggap sbg domba yg perlu penggembala.

Sang pengikut harus melakukan apapun yg dilakukan pengikut lainnya dan kedua-duanya harus mengikuti secara buta apa yg dikatakan sang Imam yg memberikan instruksi sesuai dgn contoh-contoh si Muhamad.

Perihal salah-benar, baik-buruk bukan diukur menurut nilai moralitas dan logika sehari-hari. Benar adalah apa yg dikatakan Muhamad dan buruk adalah apa yg dilarang Muhamad. Dgn kata lain, Muslim tidak boleh mengukur Muhamad dgn standar norma moralitas dan logika normal.

Sikap ini menghalangi Muslim utk berpikir. Mereka lebih suka mendapatkan keamanan dan kenyamanan dgn cara mengikuti satu pola kelakuan dan pemikiran yg seragam.

Konformitas dianjurkan dan kemerdekaan pemikiran diancam hukuman keras. Pertentangan dgn pendapat mayoritas bisa membawa kesengsaraan bagi para pemikir independen ini.

Muslim diwanti-wanti agar memenuhi aturan dgn cara stimulus kenikmatan-kesakitan. Dgn mengikuti aturan, mereka akan mendpt penghargaan. Semakin pandai orang mengelu-elukan sesama Muslim, semakin tinggi hadiahnya dan semakin tinggi pula status sosialnya. Dilain pihak, kemerdekaan berpikir diluar kelompok akan diancam dgn ganjaran berat.

Secara psikologis, sang pengikut diteror dgn ketakutan akan neraka sambil di-iming-imingi janji-janji surgawi. Ini membungkam otaknya dan menghalanginya agar berpikir diluar jalur yg dapat menggoyahkan kepercayaannya dalam kebohongan besar ini.

Inilah faktor lain yg membantu Islam bertahan selama beberapa abad. Muslim tidak dianjurkan utk berpikir secara independen. Setiap pemikiran diluar garis batas bisa mengakibatkan sang korban kehilangan isteri, famili, rekan-rekan, pekerjaan, status, kehormatan, harta benda dan bahkan nyawanya.

Ketakutan inilah yg membuat Islam bertahan lama. Kebohongan ini belum pernah ditantang sebelumnya. Tapi usianya yg cukup tua ini bukan bukti bahwa Islam adalah agama benar. Islam bertahan karena faktor KETAKUTAN dan bukan karena faktor kebenaran.

DE-INDIVIDUALISASI adalah istilah teknis utk menggambarkan MENTALITAS DOMBA. Ini keadaan psikologis dimana mentalitas domba tergerak saat individu-individu bergabung dgn sebuah kelompok/massa.

De-individualisasi dikarakterisasi oleh kehilangan kesadaran akan diri sendiri dan individualitas. Dlm Islam, individualitas dibantah secara total dan kehidupan sang individu larut dalam Ummah-nya. Ia bukan hanya menjadi budak, tetapi ia juga menyebut dirinya budak. Dlm bahasa Arab, orang disebut “Ibaad”, yg persisnya berarti BUDAK!

De-individualisasi mengurangi kemampuan sang individu agar menahan diri, berpikir dan berlaku normal. Ini merupakan alasan kelakuan kolektif massa yg bertindak dgn kekerasan, kalap dan tindakan hooliganisme. Kelakuan ini nampak sekali setiap sholat Jumat dimana para anggota Ummah dibakari semangat oleh seruan sang Imam agar mengutuk Yahudi dan kafir karena “menekan” Muslim.

Sang individu tidak diijinkan utk bertanya mengapa. Apa bukti “penekanan” ini dan mengapa mereka harus membenci Yahudi dan kafir? Kalau seorang anak berani menanyakan hal ini pada orang tuanya, kepalanya bakal kena jitak. Kalau orang dewasa yg menanyakannya, kepalanya melayang.

De-individualisasi ini nampak jelas dalam pola kelakuan Muslim:
Pembakaran dan pameran tubuh-tubuh terbakar para kontraktor AS di Fallujah, penyerangan dan penyembelihan tubuh seorang tentara Israel di Ramalah oleh massa Muslim yg kemudian memakan hatinya.

Pola kelakuan ini tidak asing dalam Islam. Di Iran, ribuan pengikut Baha’i tewas karena digantung massa histeris. Di Pakistan, yang sama terjadi jika orang dianggap menghina Muhamad. Saat meninggalkan mesjid, kita sudah sering menyaksikan histeria Muslim yang siap sedia mencabut nyawa orang.

KESIMPULAN
Brutalitas dan sifat represif Islam, sejalan dgn irasionalitas total, menjadikan doktrin ini sebuah agama yg sukses dan bertahan lama.

Islam tidak tahan kritik. Muhamad tahu benar bahwa ia tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yg diajukan para pengritiknya. Oleh karena itu ia merasa perlu utk selama-lamanya melarang orang mempertanyakannya. Ia tahu benar bahwa: KRITIK AKAN MENGAKIBATKAN HANCURNYA ISLAM.

Begitulah, rahasia sukses Muhamad sekarang bukan lagi rahasia. Ia sukses karena berhasil membohongi orang-orang secara besar-besaran, karena ia brutal total terhdp siapapun yg berani mempertanyakannya. Bahkan lelaki jompo dan wanita beranak 7 yg sedang tidurpun tidak segan-segan ia perintahkan agar digorok lehernya.

Muhamad sukes karena ia tampil diantara bangsa yg paling bodoh, paling percaya takhyul dan paling barbar. Chauvinisme, kepicikan, kesombongan, megalomania, kebodohan, kerakusan, gila sex dan tidak ada rasa hormat secuilpun bagi nyawa orang lain adalah TANDA ISLAM, sifat-sifat yg sudah ada dijazirah Arab saat Muhamad melancarkan karirnya sbg nabi. Ia tinggal menciptakan kebohongan besar, tambahkan intoleransi dan beberapa adegan kekerasan, dan jadilah AGAMA KEBENCIAN YANG PALING SEMPURNA (the most perfect religion of hate).

Inilah alasan bertahannya Islam. Tidak lebih tidak kurang. #

Lihat –klik- juga artikel berikut di bawah ini;
Kesehatan Mental Muhamad

sumber:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=1756
http://www.faithfreedom.org/Articles/sina40612.htm