SWARA NON-MUSLIM

Blog ini di-dedikasikan bagi kalangan non-muslim Indonesia!

Hi guys, apa kabar? Gimana keadaan di Indonesia sekarang?

FYI:

Sementara blog ini sedang di maintenance silakan click blog ini

-------> nabimuhamad.wordpress

Semua artikel di blog itu bisa langsung di download (PDF file). Juga tersedia terjemahan buku-buku "subversif" dalam bhs Indonesia yg tidak mungkin boleh diterjemahkan & disebarkan secara 'legal' di negara-negara mayoritas islam, include Indonesia, karena akan bikin para muslimer penganut "agama damai" itu ngamuk bin kalap.

Buruan download ebook-nya mumpung belum disensor oleh muslim yg ketakutan islamnya dibongkar habis kepalsuannya.

Untuk info lainnya silahkan email aku: namasamaran@riseup.net atau follow twitterku:@islamexpose

Selamat datang dalam Terang Kebenaran. God bless you all


ISTRI SOLEH HARUS

HIDUP DLM KETAKUTAN

A Good Wife Must Live In Fear




P

erempuan dilarang menyupir, memperlihatkan wajah mereka dan bicara didepan umum serta dilarang menyalami tangan lelaki bukan se-muhrim. Di TV, pendakwah menganjurkan para suami agar memukuli istri “demi kebaikan mereka sendiri”.

Jurnalis Saudi menjelaskan buuaaanyaaak sekali larangan bagi muslimah dinegaranya dan mengajukan sebuah perbedaan antara kebenaran religius dan kebiasaan sosial.

Pada koran Saudi, Al-Watan, Fatima Al-Faqih menjelaskan banyak larangan bagi perempuan Saudi: “Mereka dilarang menyupiri mobil, bepergian tanpa ijin (suami, ayah atau lelaki yang berwenang dirumahnya), dilarang tinggal sendiri dihotel, dilarang memberi nama anaknya tanpa ijin suami, dilarang meninggalkan rumah atau mengambil pekerjaan tanpa ijin, dilarang mengubah warna pakaian, dilarang sekolah atau kuliah tanpa ijin.”

Dibeberapa kota Saudi, perempuan bahkan tidak boleh “memperlihatkan wajahnya”, dia tidak boleh menikah tanpa ijin, tidak boleh juga “tetap jadi istri” jika suaminya dianggap lebih rendah oleh kerabat laki-laki si perempuan. Tidak boleh menuntut cerai tanpa minta maaf atau membayar denda.” Tanpa ijin, perempuan tidak boleh mengurus anak-anak mereka setelah perceraian atau memegang posisi senior di sektor publik atau swasta. Dilarang membuat sebel suaminya dan terakhir, suara perempuan dianggap (satu bentuk) mencemarkan, jadi perempuan dilarang bicara dimuka umum.”

Banyak pria, tulis Hasna Al-Quna’ir dlm koran Al-Riyadh, membenarkan ‘lebih rendahnya’ perempuan dibanding pria adalah karena “penyimpangan tafsir” terhdp perkataan sang nabi” yang sering dilakukan para pendakwah di TV.

Contoh ada ayat yang mengatakan: “Sebuah bangsa yang dipimpin perempuan tidak akan sukses”. Karena ayat ini, sering para pendakwah di TV mengatakan bahwa sang istri tidak perlu lagi diminta pendapatnya karena mereka/perempuan itu penuh emosi. Ahli lain menganjurkan kpd ayah, saudara dan suami bahwa “anak perempuan yang tidak dipukuli sejak kecil akan tumbuh jadi perempuan pemberontak & sulit diatur” dan “perempuan yang keluar rumah tanpa kerudung sama seperti keluar rumah telanjang”.

Pendakwah yang sama memperingatkan perempuan muslim bahwa tidak menutupi kepala adalah “alasan utama perempuan digoda dan jatuh kedalam dosa.” Pendakwah lain mengatakan, perempuan yang “menyalami tangan lelaki yg bukan suaminya bersalah karena melakukan “zinah tangan”. (lucu banget dng istilah ini, “zinah tangan”... heheheheee.. -adm)

Kata seorang jurnalis, perkataan nabi ini perlu ditempatkan dlm “konteks sejarah tertentu khusus” dan bahwa “kewajiban religius” harus dibedakan dari norma perbuatan sosial yang kontroversial dan bukan subjek bagi dogma iman, “seperti kebiasaan menutup wajah”.

Karena budaya islam, penulis Maha Al-Hujailan di Al-Watan, “perempuan hidup dalam ketakutan melulu... takut suami mengambil istri lain.” “Hanya perempuan yg hidup dlm ketakutan inilah yang dianggap memenuhi syarat sbg istri, sementara perempuan yang yakin suaminya tidak akan ambil istri lagi adalah yang menghina si suami dan keluarganya sendiri. Kebudayaan ini menyebabkan perempuan merasa lebih rendah secara mental dan psikologis, seperti anak nakal yg harus terus menerus diperhatikan, diintimidasi dan dihukum agar menjalankan kewajiban-kewajibannya.”

Menurut para jurnalis, perempuan yang merasa seperti ini mungkin juga percaya bahwa “pria yang hormat padanya adalah pria lemah dan tidak stabil dan pria ideal adalah yang kasar yang suka mempermalukan istri.”

Hasna Al-Quna’ir menambahkan: “Perempuan adalah korban dari budaya picik ini, dan satu-satunya yg bisa menyelamatkan adalah reorganisasi dari struktur budaya seluruh masyarakat tsb.” (BACA: perlu reorganisasi seluruh islam).



Sumber: http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=20303