SWARA NON-MUSLIM

Blog ini di-dedikasikan bagi kalangan non-muslim Indonesia!

Hi guys, apa kabar? Gimana keadaan di Indonesia sekarang?

FYI:

Sementara blog ini sedang di maintenance silakan click blog ini

-------> nabimuhamad.wordpress

Semua artikel di blog itu bisa langsung di download (PDF file). Juga tersedia terjemahan buku-buku "subversif" dalam bhs Indonesia yg tidak mungkin boleh diterjemahkan & disebarkan secara 'legal' di negara-negara mayoritas islam, include Indonesia, karena akan bikin para muslimer penganut "agama damai" itu ngamuk bin kalap.

Buruan download ebook-nya mumpung belum disensor oleh muslim yg ketakutan islamnya dibongkar habis kepalsuannya.

Untuk info lainnya silahkan email aku: namasamaran@riseup.net atau follow twitterku:@islamexpose

Selamat datang dalam Terang Kebenaran. God bless you all




ISLAM PROMOSIKAN PELECEHAN

HOMOSEKSUAL ANAK-ANAK


by Denise Caster
The International Organization of Heterosexual Rights

S

ebelum 9/11, tidak banyak diketahui ttg agama Islam. Kita semua mendengar ttg Muhamad. Kita semua mendengar ttg minyak, harem, dan gurun pasir. Tapi tahukah anda CERITA SEBENARNYA ttg Islam? TAHUKAH ANDA BAHWA PEDOPHILIA SAH DALAM ISLAM DAN MEMANG DIPRAKTEKKAN MUSLIM? Tahukah anda bahwa alasan sebenarnya penyunatan perempuan (female genital mutilation) adalah karena merajalela-nya lesbianisme?

Ketika Muhamad menciptakan agamanya, ia menerapkan praktek yg sudah ada dijaman dan kawasan itu: sex dgn anak-anak. Dgn kata lain, Muslim sejak 1400 tahun lalu mempraktekkan 'pedophilia dgn kelamin sejenis'! Islam menuntut keperawanan perempuan sebelum menikah, tapi sex dgn sesama jenis kelamin tidak dilarang. Artinya, sex antara satu jenis kelamin malah didorong, selama dilakukan secara Islami.

Spt juga budaya Yunani yg berlaku dlm masanya Muhamad itu, lelaki dewasa didorong agar membentuk hubungan dgn lelaki muda yg baru mencapai pubertas. Lelaki Muslim dewasa memang diajarkan utk melakukan hubungan seksual dgn para lelaki muda itu. Selama lelaki dewasa 'memberikan' sex kpd lelaki lebih muda, ini diterima. Lelaki yg lebih muda itu, setelah mencapai kedewasaan, diharapkan akan melakukan yg sama kpd lelaki yg lebih muda darinya.

Dlm budaya Muslim, homosexualitas dibeda-bedakan.

Jika lelaki dewasa men-sodomi lelaki muda (8-14 thn), ini tidak dianggap melakukan kejahatan seksual. Tapi kalau lelaki dewasa yang DI-sodomi lelaki muda, ini yg bisa berakibat fatal ! Hukumannya: penggal kepala!

Jadi jika seorang lelaki dewasa suka di-sodomi, ia akan dianggap 'gay', dan bukan 'homosexual'. Jika orang dianggap 'gay', aturan Islam menyatakan ia harus 'dipenggal'. Jadi yang dewasa harus men-sodomi, dan bukan di-sodomi. Ini semua karena konsep kontrol, dan konsep rancu ttg kejantanan.

Banyak perempuan menjadi anggota harem. Sheik-sheik kaya juga harus menerapkan “kontrol” atas perempuan dikawasan itu. Perempuan dibeli dari keluarga mereka, guna mengontrol keturunan mereka. Orang yang memiliki uang atau kekuasaan, harus memilih dari perempuan yg statusnya paling rendah dan paling tidak menarik. Ini semakin meningkatkan “rejim elitis” yg sangat disukai Muslim.

Para sheik memiliki lusinan isteri dan segudang gundik. Ini mengakibatkan para istri menganggur saat sang suami sedang menggilir perempuan lain. Dan mereka tidak mungkin utk berzinah. Hukumannya: mati, bahkan pada level masih tuduhan (belum dapat dibuktikan) perzinahan-pun bisa kena hukuman mati. Tapi ingat bahwa perzinahan dlm Islam hanya mempedulikan sex heterosexual. Oleh karena itu perempuan penghuni harem diketahui mempelajari teknik lesbianisme. Tapi ini kemudian mengakibatkan para lelaki menjadi senewen dan mewajibkan mereka agar melakukan clitoridectomy (penyunatan clitoris) agar menghilangkan kenikmatan hubungan lesbian mereka.


Pasangan gay muslim tuntut persaman hak

Selama 5.000 tahun, budaya Timur Tengah mempraktekkan 'Homosexualitas Terbatas'. Budaya ini MEMPROMOSIKAN HOMOSEXUALITAS DGN ANAK-ANAK (paedophilia-pederasty), sbg cara menjaga keperawanan perempuan. Budaya ini melahirkan individu-individu dgn semangat sex tinggi yg demi memenuhi ‘doktrin seksual’ agama mereka harus melakukannya dgn lelaki muda.

ISLAM DAN SURGA

Anda sudah tahu bukan bahwa surga Islam menjamin “houri” dan merupakan tempat poligami dimana lelaki berhak akan kenikmatan seksual dan perempuan dibebani kewajiban utk memuaskan keinginan lelaki. Jadi para penguasa dan aristokrat Muslim di India memperlakukan seksualitas sbg bentuk pemenuhan agama tanpa batasan moral apapun.

Islam me-maksimalkan ruang seksual bukan hanya di dunia tetapi di akhirat nanti, yg tiket masuknya hanya bisa dijamin lewat Muhamad. Filosofi ini menghancurkan jalan pikir Muslim dimanapun didunia: ini merupakan opium/candu yg menjaga pengikut agar terus berada dlm keadaan tidak masuk akal (in a state of insensibility); mereka lupa segala realitas kehidupan maupun segala kewajiban moral demi bayang-bayang kenikmatan seksual nanti.

Aturan kosmik Quran memang sengaja tidak lengkap. Utk melengkapinya, pengikut harus melakukan perang suci utk menundukkan orang lain pada kemauan Tuhan. Adalah kewajiban setiap lelaki Muslim agar menginisiasi non-Muslim ke dlm Islam lewat metode penundukan. Konsep mereka ttg Kaum Naf (non-Muslim) adalah sbg lelaki pasif. Ini menandakan adanya elemen erotis dalam perang suci “menundukkan” orang ini. Dgn kata lain, inisiasi dan submisi ke dlm Islam mencakup penaklukan non-Muslim lewat agresi seksual: memerangi sodomi pasif dgn sodomi aktif.

Utk mengerti pandangan jaman baheula ttg homosexualitas, penting utk mengakui bahwa orang-orang jaman dulu membedakan antara (1) penetrasi sexual para ‘bukan-lelaki’ (yaitu, lelaki yg impoten dgn perempuan atau di-kastrasi/dipotong kelaminnya), dan (2) penetrasi sexual ‘lelaki’ — kejantanannya dianggap sbg kapasitas memainkan peran lelaki dlm melangsungkan keturunan.

Sebelum timbulnya filosofi rasional, dunia kuno menganggap kategori pertama sbg suci, Sementara penetrasi seksual oleh lelaki bebas dan dewasa dikutuk secara universal karena dianggap merusak sifat alami lelaki. Seks dgn bocah-bocah lelaki dan belum berbulu-kelamin dianggap kontroversial karena status mereka yg belum lelaki penuh atau akil-baliq (pre-male). Kalaupun diijinkan, spt di Yunani, tradisi ini dikontrol secara ketat. Penggunaan budak lelaki sbg budak seks diijinkan karena budak tidak perlu dipertanggungjawabkan dan tidak memiliki hak atas tubuh mereka, yg nota bene merupakan hak majikan.
Utk menahan godaan perempuan, Islam mengeksploitasi keinginan lelaki utk mendominasi, yang menuntut kepuasan seksual atas dasar perintah. Pemikiran ini yg akhirnya menciptakan budaya harem.

Memang sejarah manusia penuh dgn predator yg dikenal sbg penakluk yg melakukan pembunuhan dan penculikan perempuan guna memuaskan nafsu mereka akan kekuasaan, perampokan dan prestise (power, plunder and prestige). Mereka tahu bahwa kelakuan biadab mereka ini didikte oleh ambisi pribadi. Namun JIHAD, perintah Auwloh utk menghancurkan non-Muslim, tidak hanya mensahkan/mensucikan kekejaman ini, tetapi juga menganggapnya sbg tindakan kesalehan, kemurnian dan kepantasan."

Gay dari Iran :p


THE NATURAL EUNUCH

Qur'an mengutuk "pendekatan lelaki dgn nafsu", sebgm kastrasi lelaki, sbg dosa rakyat Lot (Qur'an 7:81, 26:165-166, 27:55, 29:28-29).
7:81: "Kalian memilih lelaki dgn nafsu dan mengecualikan perempuan…"
Arabic: "Innakum lata'toona ar-rijaala shahwatan min doon in-nisaa'i."

[26:165-166] Kalian memilih lelaki dan menolak mereka yg diciptakan Tuhanmu sbg pasanganmu.
Arabic: "Ata'toona adh-dhukraana min al-'aalameena, wa tadharoona ma khalaqa lakum Rabbukum min azwaajikum."

[27.55] Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) perempuan?
Arab: "A 'innakum lata'toona ar-rijaala shahwatan min doon in-nisaa'i?"

[29.28] "Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu".
[29.29] Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?
Arab: "Innakum lata'toona al-faahishata ma sabaqakum biha min ahadin mina al-'aalameena. Innakum lata'toona ar-rijaala wa taqta'oona as-sabeela wa ta'toona fee naadikumu?"

Tetapi Qur'an tidak melarang penggunaan partner sex yg pasif, yaitu lelaki yg tidak dianggap ‘lelaki’ karena tidak memiliki nafsu terhdp perempuan. Di jaman modern ini, lelaki macam ini sering dikenal sbg "gay", namun dijaman dulu disebut "natural eunuch."

Walaupun Qur'an tidak pernah menggunakan kata eunuch [khasiyy] atau laki-laki yg dikebiri, hadis menyebutkannya. Qur'an mengakui bahwa ada lelaki yg "tidak memiliki ciri khas lelaki" (24:31: "ghair ulaa il-irbati min ar-rijaali") dan sbg pembantu domestik diijinkan melihat perempuan telanjang. Ini rujukan kpd natural eunuchs, i.e. lelaki gay.


AKTIVITAS HOMOSEKSUAL OLEH LELAKI HETEROSEXUAL

Aktivitas homosexual oleh gay/eunuch tidak dibahas dlm Qur'an, yg hanya menyebut pemerkosaan homosexual yg tidak sah oleh lelaki heterosexual terhdp lelaki heterosexual lainnya. Disamping cerita Lot itu, eksploitasi sexual lelaki hetero juga dihindari karena para pemilik budak jaman nabi Yusuf "abstain darinya" (12:20: "wa kaanuu feehi min az-zaahideen").

Namun Qur'an dan hadith menunjuk tanda-tanda yg mengijinkan nafsu homosexual oleh lelaki hetero. Bahkan ada hadis Bukhari, yg memberikan pendapat Abu Jafar, yg mengatakan bahwa seorang pedofil dilarang mengawini ibu pacarnya (bocah lelakinya) jika terjadi penetrasi:

(Bukhari LXII, 25) As for whom(ever) plays with a boy: if he caused him to enter him, then he shall not marry his mother.
Bagi siapapun yg bermain dgn bocah lelaki; jika ia mengakibatkannya memasukinya (penetrasi seksual. –adm), maka ia tidak boleh menikahi ibunya.
Arab: feeman yal'abu bis-sabiyy: in 'adkhalahu feehi falaa yatazawwajanna 'ummahu.

(Aturan ini dibarengi dgn larangan terhdp lelaki yg ingin menikahi baik seorang ibu maupun puterinya.) Nampaknya menurut hadis ini, penetrasi seksual bocah lelaki tidak dianggap sodomi. Karena kalau dianggap sodomi, maka jelas si pelaku sodomi itu tidak hanya perlu memusingkan apakah ia akan menikahi ibu pacaranya itu.

Perbedaan antara pederasty (sex dgn anak-anak) dan sodomy (penetrasi ‘lelaki’) dianggap normal dalam dunia kuno, dan memang masih berlangsung selama sejarah Islam sampai paling tidak abad ke 19.

Qur'an sendiri memberi dukungan kpd para pederas/pedofil dlm menggambarkan surgawi .
[52:17-29] Dan mereka akan mendapatkan bocah lelaki (ghilmaan] yg beredar diantara mereka seakan mereka mutiara tersembunyi...

[56.22] Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli [hoorun 'eenun],
[56.23] laksana mutiara yang tersimpan baik ...

[76.19] Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda [wildaanun mukhalladuna]. Apabila kamu melihat mereka kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.

[2:25[ dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci

Bahasa Inggrisnya bukan 'istri-istri' tapi partner/pasangan [azwaajun mutahharatun]
"And they shall have immaculate partners in [the gardens] …"

[4.57] mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci, dan Kita masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.
Bahasa Inggrisnya : And they shall have immaculate partners [azwaajun mutahharatun] …

Salah seorang ahli Sufi, Rabi'a al-'Adawiyya memberikan pengesahan ilahi bagi hubungan pederastik, yg diulangi-ulangi tanpa sedikitpun penentangan dlm buku abad ke 10 ttg perempuan ternama Sufi:

Satu hari seorang perempuan, Rabi'a melihat pria, Rabah [al-Qaysi] menciumi seorang lelaki muda ["huwa yuqabbil sabiyyan"]. 'Kau mencintainya?' tanya Rabi’a. 'Ya,' kata Rabah. Rabi’a menjawab, 'Saya tidak dapat membayangkan masih ada ruang dalam hatimu utk mencintai orang selain Auwlohu Akbar!' Rabah teperanjat dan ia pingsan. Ketika ia bangun ia mengatakan, 'Justru sebaliknya, inilah kemurahan Tuhan yg ditanamkanNya dalam hati budak-budakNya.'
(Dikutip dari as-Sulami, Early Sufi Women = Dhikr an-niswa al-muta 'abbidat as sufiyyat, translated by Rkia E. Cornell, Louisville, KY: Fons Vitae, 1999, pp. 78-79.)

Disamping bocah lelaki, lelaki Muslim hetero sekali-sekali juga interes kpd lelaki dewasa, selama mereka bukan "lelaki." Ada hadis dimana sahabat nabi ditanya apakah mereka diijinkan menggunakan lelaki (tahanan perang) sbg "eunuch" utk memenuhi kepuasan seksual mereka, karena mereka jauh dari isteri-istri mereka.

Bukhari LXII 6:9 [Dinarasi ibn Mas'ud:] "Kita biasanya berperang dgn Nabi, saw. Tidak ada perempuan dgn kita. Kita katakan: O Rasul, bolehkah kita menggunakan beberapa sbg eunuch [a laa nastakhsii]? Ia melarang kita."

Versi Bukhari LXII 8:13 mengatakan bahwa ketimbang menggunakan lelaki hetero sbg eunuch, Nabi mengijinkan mereka utk ‘menikahi ara perempuan laknat.’ [rakhasa lana an nankih al-maraa bil-shaub]. Ini yg dibacakannya dari Qur'an: "Ya kaum beriman ! Jangan membuat tidak sah hal-hal yg telah dibuat Auwloh sah bagimu …"

Yg dipermasalahkan bukannya bahwa Muhamad melarang menggunakan lelaki sehat sbg eunuch. Tetapi bahwa tradisi menggunakan seorang eunuch sbg obyek seksual itu adalah hal yg normal dalam masy Arab yg juga disetujui nabi. Eunuch memang tidak dianggap lelaki, karena itu tidak ada larangan terhdpnya, bahkan Quran tidak melarangnya.

Dlm dinasti Mamluk, menurut David Ayalon dlm bukunya Eunuchs, Caliphs, and Sultans: A Study in Power Relationships (Jerusalem, 1999), mereka tidak hanya berfungsi utk menghindari orang-orang Mamluk mengadakan seks dng para eunuch muda yg sedang dalam masa latihan:

Para eunuch nampak sbg pelindung terhdp nafsu homosexual. Mereka sebaliknya menjadi target nafsu tsb, shg menolehkannya dari mereka yg lebih muda. Mereka digambarkan sbg lunak di tempat tidur pada malam hari dan jantan saat pagi hari (hum nisaa' li-mutmainn muqeem wa rijaal in kaanat al-asfaar; li-annahum bin-nahaar fawaaris wa bil-lail 'araa'is).
[Arabic quoted by Ayalon from Abu Mansur al-Tha'alibi, Al-Latâ'if wal-Zarâ'if, Cairo 1324/1906-7, p. 79, lines 1-7; and the same quote from Tha'alibi in his Tamthîl wal-Muhâdara, Cairo 1381/1961, p. 224.]

Nah, apakah Muhamad sendiri menyatakan bahwa memang ada orang yg tidak suka hubungan heterosexual, spt para eunuch? Bacalah hadis berikut.

Salah seorang sahabat nabi, Abu Huraira, menghadap nabi dan mengatakan ada ’lelaki muda’ yg ‘takut akan siksaan jiwanya’ tetapi bahwa ia ‘tidak tahu bgmn menikahi seorang perempuan.’
[innee rajulun shaabbun wa ana akhaafu 'alaa nafsee al-'anata wa laa ajidu ma atazawwaju bihi an-nisaa'a].
Nabi terdiam dan setelah ditanya utk keempat kalinya ia menjawab: "Ya Abu Huraira, pena sudah kering menulis ttg apa yg pantas bagimu. Jadi, jadikanlah eunuch bagi alasan itu, atau biarkanlah."
[ya Abaa Hurairata, jaffa al-qalam bimaa anta laaq fa'akhtasi 'alaa dhalika au dhar] (Bukhari, LXII #).

(Sbg perbandingan, bandingkan ketika Uthman datang kpd Muhamad dan meminta jika ia diijinkan menjalankan hidup tanpa sex, ia ditolak.)

Pertama-tama kita harus tanya apa ‘siksaan jiwa’ yg dimaksudkan Abu Huraira?

Muhammad Muhsin Khan, penerjemah Bukhari ke dlm bahasa Inggris, menginterpretasinya sbg: ketakutan melakukan hubungan seksual tidak sah.

Apa yg diaksudkan dgn hgubungan seskual tidak sah? 2 hal tidak sah bagi seorang lelaki hetero:

1) keinginan utk pasif secara seksual dgn lelaki lain (dikenal sbg ubnah) atau
2) keinginan utk berzinah dgn perempuan. Tapi jika AbuHuraira mengatakan bahwa ‘ia tidak tahu bgmn menikahi perempuan’, maka ini bukan hal yg dikhawatirkannya. Dan iapun tidak dapat disebut sbg ‘lelaki hetero’, tetapi sbg eunuch. Muhamad mengatakan kpdnya bahwa identitasnya itu sudah ditentukan oleh Penciptanya (‘pena sudah kering’) dan ia harus menentukannya sendiri.

ALEXANDER dan HELLENISME

Iskandar Zulkarnaen atau Alexander the Great, walau orang Masedonia, membuktikan diri sbg duta besar kebudayaan Yunani yg memiliki unsur homoseksualitas. Ia bukan saja jendral jenius, ia juga memiliki kelihaian politik dan administratif. Ia jatuh cinta pada tata krama Timur dan sering mengenakan busana Timur dan bahkan memiliki dua permaisuri Timur, tetapi heterosexualitasnya hanyalah tameng bagi politiknya di Timur. Ia homosexual. Lewat dirinya, budaya Yunani yg dikenal dgn nama Hellenisme, tumbuh subur di negara-negara Timur Tengah.

Alexander menyatakan diri sbg dewa yg kemudian diterima dan ia dipuja diseluruh jajahannya di Timur. Tidak heran kalau kemudian, kepribadiannya sampai direkam oleh sajak-sajak erotis Persia, sampai tersebar ke semua negara Muslim yg menggunakan bahasa Persia.

Jazirah Arab juga tidak dilewatkan. Bagian selatan yg memuja dewa-dewa perempuan yg berhubungan dgn tradisi Hellenisme Yunani, juga mencapai bagian Utara, atau Hijaz, tanah asal ‘nabi’ Muhamad. Bahkan ayat Quran memuji Iskandar Zulkarnaen sbg orang bijaksana yg Auwloh suka ajak bicara dan mengijinkan utk mengambil keputusan vital :

[18.83] Mereka akan bertanya kepadamu (Muhamad) tentang Zulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya".

[18:86]Kita (Auwloh) berkata: "Hai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka".


Jelas bahwa Quran tidak mengutuk Iskandar Zulkarnaen. Malah homo yg satu ini oleh Auwloh ditunjukkan sbg orang bijak, yg keputusannya dipercayai dan dihormati Auwloh! (Astagfirullah) Jelas, Auwloh tidak risih dng kehomo-annya. Ini didukung oleh:

[52.23] Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa.
[52.24] Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan.


Versi Indonesianya tidak menunjukkan jenis kelamin para penghuni surga itu, tapi versi Inggrisnya menyatakan :
"While they (boys) hand therein (paradise) a cup One to another wherein is no idle talk, no cause of sin, and there go around youths, own, as if they were concealed pearls."

Ayat-ayat ini jelas menunjukkan bahwa:

1. Semua lelaki Muslim memiliki bocah-bocah lelaki mereka “masing-masing,”yg secantik mutiara, dan
2. hukum di surga begitu liberal sampai Ketidaksenonohan tidak dihitung sbg dosa.


Hal diatas ini dikuatkan oleh Professor Philip K. Hitti yg menulis dalam tulisannya yg terkenal, "History of the Arabs" (10th edition, p.341) ttg kehidupan hedonis Arab kelas atas:

"Hampir semua pelayan adalah budak yg direkrut dari bangsa-bangsa non-Muslim yg ditangkap secara paksa, dijadikan tahanan pada saat perang atau diperjualbelikan pada saat damai. Budak-budak putih (Mamluk) terutama terdiri dari bangsa Yunani dan Slav (Eropa Timur), Armenia dan Berber. Ada budak yg dianggap eunuch (Khisvan, lelaki yg dikebiri) utk melayani harem. Ada yg disebut Ghilman, yg juga eunuch, yg disukai tuan mereka dan diberikan seragam indah, mewah, wangi dan bergaya feminin. Tradisi Ghilman eksis di jaman al-Rashid, tetapi al-Amin-lah yg, mengikuti preseden Persia, menginstitusikan Ghilman bagi praktek hubungan seksual tidak alami. Hakim dibawah al-Mamun bahkan sampai menggunakan 400 remaja (!) Penyair-penyair spt abu-Nuwas juga tanpa malu-malu menuangkan cinta kasihnya bagi para lelaki muda yg tidak berjanggut ini."

Fakta-fakta historis ini cocok dgn ayat-ayat Quran yg sangat erotik ttg para lelaki di surga, yg cantik spt mutiara, berbusana sutra dan brokat dan mengenakan gelang. Mereka menuangkan anggur dlm gelas-gelas kristal. Jangan salah! Laki-laki ini bukan spt jongos kita di rumah yg biasanya berwajah burik, kurang gizi, buta huruf, miskin dan tidak modis pula!

Orang Persia mewarisi cinta pada homosexualitas dari siapa lagi kalau bukan dari jendral, pemimpin dan dewa mereka: ISKANDAR ZULKARNAEN dan tentara-tentaranya. Praktek ini disahkan oleh Arab lewat Quran dan Al-Rashid serta al-Amin adalah para pemimpin dunia Muslim yg menganggap orang-orang Yunani ini sbg Model Kelakuan. Oleh karena itulah para Qazi (hakim-hakim Muslim) yg diharapkan dapat berlaku adil dan menyampaikan keputusan keadilan menurut prinsip-prinsip islam, TANPA SUNGKAN-SUNGKAN MENYIMPAN HAREM LAKI-LAKI!

BUDAYA MUSLIM DI INDIA

Homosexualitas, dan khususnya SODOMI, tidak diperkenalkan kpd India oleh Muslim, tetapi dibawah penguasa Muslim, homosexualitas masuk rumah tangga istana India. Harem laki-laki muda disimpan oleh para nawab Muslim dan para aristokrat Hindu di abad ke 16. Raja Babar menulis dgn romantis ttg petualangan cintanya dgn lelaki bernama Baburi di Andezan di Tuzuk-i-Babri. Dargah Quli Khan, pejabat penting di Haiderabad, mematuhi aktivitas homosexual penting dlm budaya Delhi pada malam invasi Nadir Shah. Memoirnya berjudul ‘Muraqqa-e-Delhi: Ibukota Mughal di jaman Muhamad Shah,’ mengandung cuplikan ttg kehidupan gay selama 3 tahun ia tinggal di Delhi, antara 1739 dan 1741.

Azam Khan, salah seorang aristo Muslim, digambarkan sbg "tukang tidur dgn anak kecil yg suka cinta gadis-gadis cantik. Begitu ia tahu ttg tersedianya seorang lelaki atau gadis cantik, ia mencoba menjadi pembeli."


Sementara itu, Mirza Munnu, lelaki kelas atas juga sempurna dlm kegiatan sodomi macam ini. Ia bertindak sbg pengarah kpd para pemula yg juga merasa bangga telah mendapatkan wangsit darinya. Ia mengorganisasikan mehfils (pertunjukan) dimana sekelompok lelaki disediakan. Rumahnya adalah istana milik Shaddad (raja kurang bijaksana dan pendiri Bagh-e-lram, dimana para WTS cantik berkumpul), penuh dgn lelaki dan perempuan yg nampak bidadari …

Sultana adalah lelaki umur 12 tahun, berwarna kulit kecoklatan, yg keolekannya nampak dari caranya menari… Ia adalah kuncup yg bersaing dgn bunga-bunga atau nyala lampu yg menghadapi sinar matahari. Penonton ingin berkali-kali mendengarnya dan dahaga mereka bagi kecantikannya tidak mudah dipadamkan.

Mian Hinga adalah pemuda berkulit putih dan dalam baju putihnya nampak sesegar bunga yasmini. Ia berkumpul diluar tembok benteng Kerajaan… Banyak orang-orang ternama berjalan-jalan utk pergi ke ‘chowk’ dan berpura-pura membeli barang langka, menonton penampilannya… ia nampak sesegar pagi yg dicelupkan dlm embun…

Dan walaupun sering diundang, ia tidak pernah megnunjungi siapa-siapa di rumah mereka. Fans-nya harus mengunjungi rumahnya jika mereka ingin mendapatkan kenikmatan penampilannya. (Muraqqa-e-Delhi, translated by C. Shekllar and S. Chenoy)

Dlm literatur Sufi, erotisme homosexual merupakan cara ekspresi metaforis ttg hubungan antara tuhan dan manusia, dan banyak sajak dan fiksi Persia menggunakan hubungan gay sbg contoh cinta berahklak.

Walau Quran dan tulisan dini Islam menunjukkan sikap negatif terhdp homosexualitas, budaya Muslim tidak mempedulikan homosexualitas, atau bahkan mengaguminya. Karya-karya klasik syair dan prosa Arab mulai dari Abu Nuwas sampai Seribu dan Satu Malam, memperlakukan orang-orang gay dan sexualitas mereka dgn hormat atau menganggapnya biasa-biasa saja. Bahasa Arab sendiri mengandung perbendaharaan kata-kata yg luas ttg terminologi erotik gay, dgn lusinan kata utk hanya menggambarkan satu tipe WTS lelaki.

Panggilan erotis oleh seorang lelaki bagi lelaki lain adalah tata krama syair cinta Arab; bahkan sajak yg benar-benar ditulis utk perempuan sering menggunakan kata benda maskulin dan perumpamaan kecantikan lelaki. Asosiasi perasaan homosexual dgn ketidakmoralan nampaknya merupakan fenomena baru-baru ini (John Boswell, Christianity, Social Tolerance, and Homosexuality).

Kutipan ini datang dari sebuah situs Islam:
“Hukuman dlm Islam bagi siapapun yg mengaku secara terbuka sbg homosexual sudah jelas bagi semua orang beriman. Dlm Islam, 'Hadd' atau hukuman yg dinyatakan dimuka umum adalah bagi dosa-dosa yg dilakukan secara terbuka. Saat seseorang secara terbuka melakukan dosa yg sudah ditentukan hukumannya oleh Auwloh, sudah menjadi kewajiban bagi penguasa Muslim utk menghukumnya. Tetapi dosa yg dilakukan secara tertutup harus dibereskan oleh sang pelaku dgn Auwloh dng cara tobat.



Sumber:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=1541&start=0&postdays=0&postorder=asc&highlight=

http://reactor-core.org/islamic-homosexuality.html