SWARA NON-MUSLIM

Blog ini di-dedikasikan bagi kalangan non-muslim Indonesia!

Hi guys, apa kabar? Gimana keadaan di Indonesia sekarang?

FYI:

Sementara blog ini sedang di maintenance silakan click blog ini

-------> nabimuhamad.wordpress

Semua artikel di blog itu bisa langsung di download (PDF file). Juga tersedia terjemahan buku-buku "subversif" dalam bhs Indonesia yg tidak mungkin boleh diterjemahkan & disebarkan secara 'legal' di negara-negara mayoritas islam, include Indonesia, karena akan bikin para muslimer penganut "agama damai" itu ngamuk bin kalap.

Buruan download ebook-nya mumpung belum disensor oleh muslim yg ketakutan islamnya dibongkar habis kepalsuannya.

Untuk info lainnya silahkan email aku: namasamaran@riseup.net atau follow twitterku:@islamexpose

Selamat datang dalam Terang Kebenaran. God bless you all



Masih Saja Demikian;

Pria Arab Memperlakukan Ternak

Lebih Baik Dari Perempuan Mereka


by Arlene Peck | BrookesNews.Com | May 2007



Beberapa tahun lalu saya menulis kolom berjudul: “Pria Arab dan ternak mereka.” Disitu saya jelaskan bagaimana perempuan arab diperlakukan lebih buruk dari pada hewan-hewan tsb. Tidak heran, perempuan arab menghargai isi kolom saya itu. Sedang pria mereka, boleh dibilang banyak yang membenci saya. Jadi, dalam usaha saya terus menerus agar “adil dan tidak berat sebelah,” saya putuskan utk ‘mengunjungi’ kembali komentar-komentar saya enam tahun lalu itu dan ingin melihat apakah situasinya bagi para perempuan sudah membaik didalam dunia muslim kini.

Mari kita mulai dengan Kerajaan Saudi Arabia. Meski ada fakta bahwa ini adalah sebuah negara yang paling menindas perempuan dan markas pendanaan dan pelatihan teroris, mereka masih saja menjadi teman baiknya Presiden George W. Bush. Siapa yang bisa lupa pada foto dia yang bergenggaman tangan dengan “Uncle Bandi” dan mengesankan mereka sedang berjalan kearah matahari tenggelam? Atau, yang katanya konferensi “penuh wawasan” yang mereka adakan untuk perdamaian dunia?

Para perempuan yang tersedak nafasnya dalam burka-burka hitam yang harus mereka pakai, telah meyakinkan saya bahwa keadaan yang mempermalukan mereka itu belum lagi berubah. Meski begitu “spesialnya” sikap primitif orang-orang saudi terhadap para perempuan mereka, sebenarnya sikap mereka tidaklah unik bagi Saudi saja. Para perempuan di negara-negara Arab khususnya dan didunia muslim umumnya semua diperlakukan tidak benar.

Didunia islam, meski ajarannya kita kenal barbar. Tapi ingat bahwa cara mereka memperlakukan perempuan adalah hasil dari filosofi superioritas dan dominasi kaum prianya. Didunia modern, perempuan waras mana yang akan tertatih-tatih berjalan seperti kambing congek dibelakang bajingan bersorban, yang mungkin tidak akan bisa nge-date (berkencan) sungguhan dimanapun didunia ini?



Tapi, didunia islam mereka, bajingan-bajingan bersorban dan berjenggot kambing itu, bagaimanapun jelek rupa dan tingkah lakunya, adalah “Tuan dan Junjungan” dan berhak utk memaksakan kehendaknya (meski salah) pada para perempuan malang, apakah itu istri-istrinya, anak perempuannya atau saudara perempuan lainnya.

Bersamaan dengan itu, mereka malah berharap para perempuan mereka hidup dengan sikap tunduk, berjalan tiga langkah dibelakang mereka, dan jika kondisi mengharuskan, mencium tanah bekas mereka berjalan. Para perempuan, mereka pikir, melakukan ini dengan suka hati dan senyuman tapi mereka tidak akan tahu karena ada burka yang menutupi wajah-wajah perempuan itu. Saya dulu menulis bahwa keseluruhan agama islam ini didasarkan pada kata “Submission/sikap tunduk/patuh”. Ini mungkin satu-satunya alasan para lelaki tidak punya perasaan harga diri atau punya apresiasi akan identitas mereka sendiri. Mungkin ini asalan mereka memperlakukan hewan ternak mereka lebih baik?

Saya menulis bertahun-tahun lalu, “Hewan dan perempuan punya satu kesamaan: dua-duanya berguna utk berkembang biak. Dalam hal fundamentalis islam, perempuan dipakai sebagai biang utk beranak pinak para calon teroris, atau sekarang, seringnya utk pembom bunuh diri. Pikir-pikir lagi, kambing dan unta malah lebih baik. Mereka tidak pernah dipaksa pakai kain karung yang panas dan menyesakan dada itu.”

Dasar pemikirannya adalah bahwa situasi tsb pd tahun-tahun ini tidak berubah satu titikpun. Saya terkejut bahwa para lelaki arab, dengan sikap primitif dan kasar pada para perempuan, sekarang membiarkan mereka punya lubang untuk mata pada burka mereka. Pikir-pikir, gimana mereka makan spaghetti dengan pakaian mirip karung itu? Saya diberitahu oleh ahlinya bahwa bahkan mereka (para perempuan itu) yang “dirasa” sering main mata akan berakhir dengan kematian. Ini yang mereka sebut “honor killing”.

Para perempuan memulai kehidupan mereka dibawah kontrol dari sebuah pemikiran disfungsional yang menuntut mereka utk tunduk dalam segala hal pada mereka. Tapi, hey, kelompok ini juga cukup adil dan seimbang. Bagi mereka, ini bukan hanya para perempuan yang dijadikan target siksaan seumur hidup. Mereka menuntut non muslim juga tunduk pada mereka. Malah, Quran bahkan menyatakan jika kau bukan golongan mereka tapi seorang Yahudi, Kristen, Hindu atau Buddhis, maka anda harus masuk islam atau ditundukkan sebagai Dhimmi atau M*A*T*E*K (DEAD DEAD DEAD).

Hey, jika seorang perempuan dipusat taman dunia, Saudi Arabia, tidak boleh memberi suara (hak suara dlm Pemilu), menyetir mobil, atau keluar rumahnya tanpa ada lelaki yang mengantarnya, kenapa harus beda utk para turis? Bayangkan tidak boleh berenang dikolam renang hotel international jika anda sungguh-sungguh percaya iklan promosi mentri pariwisata dan turis mereka dan pergi berkunjung kesana. Saya dengar tentang seorang perempuan bule yang ada disana utk ikut konferensi dan boleh berenang dikolam renang hotel; tapiiiiii, harus pada jam enam pagi hari. Dia sendirian dikolam, tapiiiiii juga harus pakai ….. BURKA. (bayangkan… hi hi hi, berenang pake burka, kaya lontong basah!!!)

Penduduk dunia lain semua tertawa dan membicarakan tentang “kehidupan layaknya anjing.” Para perempuan mengeluh mereka tidak bisa menyuruh suami utk membuang sampah. Saya pikir mayoritas perempuan arab mau menukar tempat mereka dalam sekejap dengan anjing Pudel Amerika. Kenapa tidak? Karena di arab sana mereka (perempuan)-lah yang jadi sampah.

Bahkan hewan boleh mendapat kenikmatan seksual. Para perempuan? Pria arab tidak tahan berpikiran perempuan mereka boleh menikmati seks. Lagipula, mereka bagusnya cuma buat beranak saja. Jadi, dengan pola pikir demikian, anak-anak perempuan disubjekkan pada penyunatan kelamin (Female Genitale Mutilation), dg demikian mereka sulit mendapat kenikmatan seks, ini sering dilakukan tanpa alat-alat steril, pembiusan setempat atau anestesi dan pharmaceutical lain utk mengurangi rasa sakit. Dan, bagi para lelaki bersorban berjenggot yang jahat dan goblok ini, perempuan yang belum ‘disunat’ dianggap ‘kotor’ dan ‘tidak cocok’ utk dijadikan pengantin.

Oh, apa saya sudah bilang bahwa Muhammad juga menikahi bocah perempuan ingusan berumur enam tahun? Dengan orang itu sebagai suri tauladan, apa yang bisa kita harapkan? Tentu saja, jawaban mereka adalah utk ‘menyunat’ semua anak-anak perempuan seumur demikian agar mereka tidak mendapat kenikmatan seks. Tapi, mereka juga “adil dan seimbang.” Quran mereka mengagungkan anak-anak lelaki juga. Pastilah, saya ingat ketika berkelana di negara-negara muslim saya lihat ada anak lelaki muda berjalan dan berpegangan tangan dengan lelaki tua yang bukan sanak saudaranya.

Ah, tapi jika hewan terluka, dijamin pasti dibawa ke dokter hewan setempat atau ke ahli pengobatannya. Jika perempuan mencari pengobatan di negara muslim ingin mendapat pertolongan, yang paling bisa mereka harapkan adalah pertanyaan-pertanyaan mistis dari jarak jauh tanpa sentuhan tangan. Mereka harus melalui perantara utk menjelaskan segala sesuatu kepada si dokter, dan lalu si dokter menjawab balik lewat perantara itu juga. Gila nggak? Edan!

Tunggu, masih ada lagi! Jangan sampai deh seorang perempuan arab punya selingkuhan dengan lelaki lain atau pernah diperkosa oleh ayahnya, saudara atau sepupu dll. Salah si perempuan itu sendiri jika begitu dan dia harus dibunuh karena kelakuan seksual yang dipaksakan terhadapnya itu. Selalu salah si korban (perempuan). Jika keluarga menuntut balas kehormatan mereka, tidak pernah jadi kesalahan mereka.


Kambing malah lebih baik lagi. Tidak ada yang membunuh kambing utk membalas kehormatan siapapun. Karena para lelaki muslim menyedihkan ditanah islam ini, jauh atau dekat, bahkan di Amerika sekalipun, merasa tidak aman mempertahankan kontrol terhadap para perempuan mereka, lebih dari 100 juta jumlah mereka telah disunat; puluhan ribu telah dibunuh atas dasar ‘honor killing’ ini.

Ironisnya, islam mengaku melarang kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan kecuali pemukulan sekali-kali. Lebih dari 1400 tahun lalu, katanya islam menghargai perempuan. Katanya Quran berulang-ulang menegaskan persamaan antar gender, menyatakan: “dan untuk perempuan adalah hak atas lelaki sama seperti lelaki atas perempuan.” Islam memberi perempuan hak yang sama utk melakukan perdagangan, utk mendapat penghasilan dan memperoleh harta milik. Perempuan juga punya hak utk menceraikan suaminya. Mereka bisa minta cerai jika secara fisik, mental atau emosional merasa disiksa. Mereka bahkan bisa menceraikan suami jika tidak bisa memenuhi kebutuhan seks mereka. Katanya: jangan coba itu sekarang atau anda bisa dirajam sampai mati dalam sekejap. Wow, saya bertanya-tanya dimana PBB ketika hal itu terjadi! Cuma gitu saja tentang hak asasi manusia.

Orang-orang ini sama sekali tidak peduli dengan demokrasi. Mereka menertawakan usaha-usaha kita dan memandangnya sebagai tanda kelemahan. Bagi mereka, kekuasaan adalah kekuatan. Hal mendasar dalam isu ini adalah, bagi laki-laki muslim itu adalah kekuasaan. Mereka sepenuhnya mengerti konsep bahwa “Senjataku lebih besar dari senjatamu, dan saya tidak akan ragu memakainya.” Hal seperti itu pasti akan membuat anda terpaksa memperhatikannya. Anda tidak bisa memeluk seekor kecoak, dan itu temanku, adalah apa yang kita perjuangkan.

Negosiasi dan memperlakukan mereka seperti partner hanya menghasilkan kebencian mereka belaka. Konsesi apapun yang dibuat bagi mereka hanya mengundang lebih banyak agresi. Israel telah sadar akan hal ini dari dulu kala. Bagaimanapun, Presiden Amerika & company, terus menerus mendorong Israel utk memberi lebih banyak lagi, lebih dan lebih lagi. Ada keberat-sebelahan yang kuat atas perempuan. Sedihnya, sebagian besar Timur Tengah telah mundur kejaman pra-islam. Shit, maksud saya jaman batu. Praktek budaya dan masyarakat patriarchal yang berlebihan – yang bervariasi dari satu negara ke negara lain – adalah apa yang mendiktekan dimana tempat perempuan dalam region ini. Siksaan dan diskriminasi merajalela.

Sepuluh tahun lalu saya berkata, “beberapa pemerintahan mulai menaruh perhatian akan kondisi buruk perempuan. Ratu Yordania Rania telah memimpin hal ini, mengadakan konferensi Perempuan Arab dan bertemu media utk mempromosikan diskusi tentang isu-isu perempuan. Di Maroko, Raja Mohammed VI mendorong reformasi hukum keluarga, utk membuatnya lebih condong kearah kebaikan perempuan. Baru-baru ini, perempuan Mesir memenangkan hak utk meminta cerai.” Saya melanjutkan perkataan ini dengan,
“sementara langkah-langkah positif kearah persamaan hak ini terjadi, masyarakat muslim harus terus bekerja keras mengembalikan harga diri dan kehormatan yang katanya telah islam hadiahkan pada perempuan dari dulu kala.”

Pertama, Quran dan hadis harus diteliti ulang utk mengikuti kebutuhan-kebutuhan saat ini. Para akademisi muslim dan para imam di mesjid-mesjid harus memimpin kutukan tindakan-tindakan yang “tidak islamik”; tindakan yang selama ini telah dibiarkan terjadi tanpa adanya hukuman.

Kedua, organisasi-organisasi netral harus diciptakan utk memberikan para perempuan tempat pelarian. Para perempuan harus kuat secara pendanaan, politik dan hukum utk mengatur dan mendirikan tempat-tempat perlindungan perempuan yang jadi korban, saluran-saluran telepon hotline, dan para pengacara hukum gratis bagi mereka yang menderita siksaan para suami.

Ketiga, perempuan arab harus bekerja sama dengan para aktivis prianya utk membantu mencapai kebebasan dan persamaan hak.

Seluruh masyarakatnya harus berubah, tidak hanya setengahnya saja. Stereotip negatif harus diakhiri dan hukum harus diperbaiki. Jika tidak, pembatasan terhadap setengah dari populasi orang dewasa akan mengutuk negara-negara ini ke status negara dunia ketiga selamanya! Tidak perlu dengan cara demikian, jika mereka tidak sungguh-sungguh mendengarkan nabi mereka dan tidak mengikuti ego kelelakian mereka.

Sayangnya, tidak banyak yang berubah selama satu dekade terakhir ini, sejak saya menulis artikel tsb dan saya pikir juga memang tidak akan ada perubahan. Mungkin budaya primitif dan biadab ini nanti akan berubah dan akan mulai beranjak meninggalkan abad ke-8. Tapi kayaknya hal itu tidak akan terjadi dimasa hidup saya ini.


Sumber:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=18330
http://www.sullivan-county.com/id4/p2.htm